Obrolan Kota dan Keseharian habibizaki

Siapa sangka gaya bisa menentukan bagaimana kita memahami kota kita? Siapa duga bergaya ternyata tidak hanya soal pilihan personal, tetapi juga bisa dimaknai sebagai karakter kolektif yang bisa juga digunakan untuk menelusuri ciri kota tempat hidup mereka?

Episode ini membincangkan bagaimana kota telah menjadi ‘panggung’ bagi warganya dan juga pelancong yang datang. Ketika nilai guna telah tergeser oleh nilai simbolik, kota menjadi ruang untuk ‘dialami’ dan melahirkan berbagai panggung untuk menampilkan ragam gaya warganya dalam proses mengonsumsi (dan juga memproduksi) nilai-nilai simbolik tersebut.

Alun-alun atau dalam bahasa lain disebut “square”, “midan”, dan sebagainya ternyata punya makna lebih dari sekadar tanah lapang di pusat kota. Sepanjang sejarah peradaban kota di banyak belahan dunia, alun-alun adalah saksi dinamis bagaimana perubahan sosial, pergolakan politik, ketegangan kultural, hingga ekspresi seni menyeruak dan menjadi ruang hadirnya beragam suara warga kota.

Ruang kota identik dengan pertumbuhan dan percepatan, sementara sepeda kerap dianggap sebagai simbol masa lalu dan berkaitan dengan segala hal yang lambat. Keduanya pun ditengarai sebagai dua hal yang tidak sejalan bila hadir di ruang yang sama. Apakah selalu demikian? Ternyata tidak! Kami mengulas relasi sepeda di ruang urban baik sebagai objek material, fungsi sosial, hingga makna simboliknya di ruang hidup perkotaan.

Sebuah fragmen adegan yang menggambarkan bagaimana dan mengapa Obrolan Kota dan Keseharian ini hadir.