11 min

Ep. 11 - Perceraian Orang Tua Membuatku Takut Nikah Jangan Nyasar

    • Society & Culture

Kenapa pertanyaan "kapan nikah" itu basi dan sebaiknya kamu hindari untuk diajukan ke orang lain? Kamu bisa denger Jangan Nyasar edisi kali ini buat nemuin salah satu jawabannya. Pernikahan di sekeliling kita, kalau kita mau buka mata, tak sedikit yang berujung pada kepedihan mendalam. Kamu-kamu mungkin juga semakin sadar, kawan-kawan di sekeliling tumbuh dengan keluarga yang beragam latar hidupnya. Salah satunya, mereka yang orang tuanya bercerai. Kalau kalau diamati, kawan-kawan ini pasti punya pembawaan-sikap berbeda dengan mereka yang kedua orang tuanya tidak bercerai. Perceraian orang tua tak sedikit membawa dampak dalam keberhidupan sang anak. Mulai dari sikap tertutup, hingga sangat potensial mengidap depresi yang berujung pada bunuh diri misalnya. Nah, apakah menurutmu sopan dan patut mengajukan pertanyaan tak beradab macam "kapan nikah" kepada kawan-kawan korban perceraian orang tua? Apalagi kalau kamu bukan kawan dekatnya. Kegagalan pernikahan orang tua jelas memicu krisis kepercayaan diri, krisis identitas sang anak yang tak jarang membuatnya takut menikah. Seperti cerita korban dalam edisi kali ini. Jangan mentang-mentang kamu pasangan muda, sedang senang-senangnya memadu kasih buah pernikahan, rajin ikut kajian atau kelas pranikah, lantas sok merasa paling benar mengampanyekan seruan "yuk buruan nikah!". Itu sungguh tidak kontekstual dan jauh dari perikemanusiaan. Mari tidak jadi munafik dengan memahami setiap pilihan hidup orang lain, termasuk pilihan untuk takut menikah bahkan tidak menikah. Jangan pakai dalih dan dalil agama dengan serampangan. Apakah menikah itu wajib hukumnya? Iya, buat yang sudah kebelet. Tapi toh ada hukum lain yang menyatakan nikah itu mubah, sunnah, bahkan haram. Setidaknya begitu menurut Islam.

Kenapa pertanyaan "kapan nikah" itu basi dan sebaiknya kamu hindari untuk diajukan ke orang lain? Kamu bisa denger Jangan Nyasar edisi kali ini buat nemuin salah satu jawabannya. Pernikahan di sekeliling kita, kalau kita mau buka mata, tak sedikit yang berujung pada kepedihan mendalam. Kamu-kamu mungkin juga semakin sadar, kawan-kawan di sekeliling tumbuh dengan keluarga yang beragam latar hidupnya. Salah satunya, mereka yang orang tuanya bercerai. Kalau kalau diamati, kawan-kawan ini pasti punya pembawaan-sikap berbeda dengan mereka yang kedua orang tuanya tidak bercerai. Perceraian orang tua tak sedikit membawa dampak dalam keberhidupan sang anak. Mulai dari sikap tertutup, hingga sangat potensial mengidap depresi yang berujung pada bunuh diri misalnya. Nah, apakah menurutmu sopan dan patut mengajukan pertanyaan tak beradab macam "kapan nikah" kepada kawan-kawan korban perceraian orang tua? Apalagi kalau kamu bukan kawan dekatnya. Kegagalan pernikahan orang tua jelas memicu krisis kepercayaan diri, krisis identitas sang anak yang tak jarang membuatnya takut menikah. Seperti cerita korban dalam edisi kali ini. Jangan mentang-mentang kamu pasangan muda, sedang senang-senangnya memadu kasih buah pernikahan, rajin ikut kajian atau kelas pranikah, lantas sok merasa paling benar mengampanyekan seruan "yuk buruan nikah!". Itu sungguh tidak kontekstual dan jauh dari perikemanusiaan. Mari tidak jadi munafik dengan memahami setiap pilihan hidup orang lain, termasuk pilihan untuk takut menikah bahkan tidak menikah. Jangan pakai dalih dan dalil agama dengan serampangan. Apakah menikah itu wajib hukumnya? Iya, buat yang sudah kebelet. Tapi toh ada hukum lain yang menyatakan nikah itu mubah, sunnah, bahkan haram. Setidaknya begitu menurut Islam.

11 min

Top Podcasts In Society & Culture

Fe Alves SN
Fe Alves SN
Private Parts
Spirit Studios
дочь разбойника
libo/libo
هدوء
Mics | مايكس
اشعار عراقيه منوعه
اشعار عراقيه منوعه
Idiossincrasia Africana
Idiossincrasia Africana