3 min

Lika-liku Lembaran Baru: Selamat Melangkah dengan Langkah yang Sesungguhnya nonasompel

    • Books

Selamat bertemu kembali dengan hunian usang yang sengaja dikosongkan pemiliknya. Menjanjikan rumah sebagai tempat berteduh, tapi tidak aku bukakan pintu untuk sekian lama. Banyak hal yang sudah dilalui. Pahit manisnya kehidupan yang masih belum seberapa ini. Untuk apa aku kembali? Ribuan kisah yang tertanam dalam netraku, yang semuanya luar biasa itu, membuatku rindu. Dulu aku pernah sebegitu senangnya berada di sini. Beriringan dengan rasa khawatir akan pendapat manusia paling dekat yang aku punya. Masih ingat juga bagaimana aku berteriak kencang saat isi rumah ini dipertontonkan pada banyak orang. Namun, pada akhirnya aku mengerti. Hal semacam itu tidak perlu. Aku kembali lagi dengan keberanian yang lebih banyak lagi. Meski jauh tertinggal, meski mungkin seperti dulu lagi, sepi. Tapi dengan begini aku tidak menyesali tiap detik yang akan kian menyusut. 



Aku kembali. 



Tahun sudah berganti. Termasuk diri ini yang masih haus pembuktian yang sama. Rasa sesak menampung ribuan kata bertajuk keraguan yang lagi dan lagi kudapati. Memang apa salahnya memilih jalan begini? Apa pada akhirnya aku akan mati ditelan kata-kataku sendiri? Jalan hidup yang telah kutempuh, dengan ribuan kata remeh yang sambung menyambung jadi satu, aku bangga. Sejauh ini aku tidak pernah menyayangi diri lebih dari kali ini. Selamat melangkah. Selamat bertumbuh semuanya. 



Terima kasih sudah membaca celotehan tidak jelasku ini. Semoga bahagia selalu.

Selamat bertemu kembali dengan hunian usang yang sengaja dikosongkan pemiliknya. Menjanjikan rumah sebagai tempat berteduh, tapi tidak aku bukakan pintu untuk sekian lama. Banyak hal yang sudah dilalui. Pahit manisnya kehidupan yang masih belum seberapa ini. Untuk apa aku kembali? Ribuan kisah yang tertanam dalam netraku, yang semuanya luar biasa itu, membuatku rindu. Dulu aku pernah sebegitu senangnya berada di sini. Beriringan dengan rasa khawatir akan pendapat manusia paling dekat yang aku punya. Masih ingat juga bagaimana aku berteriak kencang saat isi rumah ini dipertontonkan pada banyak orang. Namun, pada akhirnya aku mengerti. Hal semacam itu tidak perlu. Aku kembali lagi dengan keberanian yang lebih banyak lagi. Meski jauh tertinggal, meski mungkin seperti dulu lagi, sepi. Tapi dengan begini aku tidak menyesali tiap detik yang akan kian menyusut. 



Aku kembali. 



Tahun sudah berganti. Termasuk diri ini yang masih haus pembuktian yang sama. Rasa sesak menampung ribuan kata bertajuk keraguan yang lagi dan lagi kudapati. Memang apa salahnya memilih jalan begini? Apa pada akhirnya aku akan mati ditelan kata-kataku sendiri? Jalan hidup yang telah kutempuh, dengan ribuan kata remeh yang sambung menyambung jadi satu, aku bangga. Sejauh ini aku tidak pernah menyayangi diri lebih dari kali ini. Selamat melangkah. Selamat bertumbuh semuanya. 



Terima kasih sudah membaca celotehan tidak jelasku ini. Semoga bahagia selalu.

3 min