9 episodes

Sundul Langit adalah ruang untuk mendiskusikan dan mendokumentasikan tradisi dan memori.

SUNDUL LANGIT Sundul Langit

    • History

Sundul Langit adalah ruang untuk mendiskusikan dan mendokumentasikan tradisi dan memori.

    Bersekolah di Masa Orde Baru (5/14)

    Bersekolah di Masa Orde Baru (5/14)

    "There were fundamental distinction between education in the New Order era and now." Do you agree? Happy listening!


    ---

    Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/sundullangit/message

    • 33 min
    Bersekolah di Masa Orde Baru (4/14)

    Bersekolah di Masa Orde Baru (4/14)

    Was the Suharto regime repressive? Albertus recounted his grandfather's experience. He was arrested and imprisoned for his protest actions.


    ---

    Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/sundullangit/message

    • 4 min
    Besekolah di Masa Orde Baru (3/14)

    Besekolah di Masa Orde Baru (3/14)

    Apakah PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa) masih diperlukan saat ini? Sinta Widiasari mencoba menggali hal itu dengan mewawancarai pamannya.


    ---

    Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/sundullangit/message

    • 5 min
    Bersekolah di Masa Orde Baru (2/14)

    Bersekolah di Masa Orde Baru (2/14)

    Salah satu hal yang tidak biasa dari teman-teman adalah keberadaan kakak rohani. Hesti, salah satu teman mahasiswa di kelas, mewawancarai kakak rohaninya yang menjadi seorang aktivis di akhir rezim. Dari proses ini, ia menemukan hal lain, yaitu belajar tentang metode untuk penelitian sejarah.


    ---

    Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/sundullangit/message

    • 4 min
    Bersekolah di Masa Orde Baru (1/14)

    Bersekolah di Masa Orde Baru (1/14)

    Siapakah yang membuat kurikulum? Bisakah kita membuatnya sendiri? Apa landasannya? Pertanyaan-pertanyaan itu adalah pertanyaan pembuka di kelas semester lalu. Seminggu dua kali, selama delapan minggu, kami terus mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lain. Mayoritas tentang kekhawatiran bagaimana nanti menghadapi semester baru dengan model hibrid. Bagaimana jika tidaak lupa caranya bersosialiasi dan mengerjakan tugas bertatap muka, mungkin sambil makan-makan seperti semestinya dilakukan.

    Barangkali itu terdengar berlebihan. Namun, selama satu tahun kami bahkan tidak melihat satu sama lain. Hanya mendengarkan suara untuk memastikan bahwa diskusi juga bisa diikuti oleh teman-teman di daerah yang belum memiliki infrastruktur telekomunikasi memadai.

    Di satu malam ketika membahas topik hidden curriculum Ivan Illich, Al, salah satu kawan sekelas kami, mengajukan pertanyaan panjang, "Jika kurikulum adalah agenda tersembunyi, kira-kira apa yang disembunyikan rezim Orde Baru? Apa yang diingat oleh orang-orang yang bersekolah di zaman itu? Apakah tentang politik? Kapan kesadaran politik dimiliki oleh orang-orang yang bersekolah waktu itu? Bagaimana jika narasinya bukan haanya tentang politik?" Tentu saja, saya harus membalasnya dengan pertanyaan, "mengapa tidak dicoba untuk bertanya?"

    Tidak sesuai dengan rencana pembelajaran. Begitu kekhawatirannya, disusul teman-teman lain. "Mengapa tidak boleh? Kapan terakhir kali kalian berbicara, menelepon, atau ditelepon keluarga kalian?" Pertanyaan itu menjadi awal bagi teman-teman untuk memulai tugas baru. "Memori kolektif orang-orang yang bersekolah di rezim Orde Baru." Begitulah nama kegiatan belajar di kelas kami. Saya sengaja mencobai mereka mengapa tidak rezim lain saja? Jawabannya cukup beragam. Ada yang kakeknya dipenjara, ada yang ayahnya hampir dihilangkan, ada pula yang bercerita bahwa sekolah di rezim ini jauh lebih baik daripada masa kini. Perbedaan ini menjadi alasan mengapa teman-teman memilih topik ini.

    Pada akhirnya, episode pertama akan dimulai dari pengalaman Brus. Ia menelepon mamanya di Tual, Pulau Kei. Bagaimana cerita mama Brus? Selamat mendengarkan!

    P.S. Kelas ini mengajak mahasiswa untuk memulai memikirkan merancang pengetahuan dari lingkungan sekitarnya. Selain itu, saya meyakini bahwa pendidikan tidak lepas dari peran keluarga. Sebagai sejarawan, tentu saja saya ingin membawa cerita "orang-orang biasa" yang tidak pernah tertulis dalam sejarah. Semua orang punya sejarah! 


    ---

    Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/sundullangit/message

    • 5 min
    Membaca Kartini

    Membaca Kartini

    Siapa Kartini?

    Landro, teman muda dari Suku Dawan, Amanuban Timor, memiliki banyak komentar sekaligus pertanyaan.

    "Siapa itu Kartini? Di Timor, orang hanya tahu 21 April sebagai Hari Ibu Kita Kartini."

    Setengah semester kelas sejarah pendidikan dan dintelektual dihabiskannya untuk mencari tahu Kartini.  Ketika saya memberinya arsip-arsip tentang Kartini, ia memrotes saya mengapa saya belum juga mengiriminya arsip yang saya janjikan untuk dipelajarinya. Ia bahkan tidak tahu apa itu arsip!

    "Oh mengapa di TImor orang tak punya arsip? Siapa yang membuatnya? Untuk apa?" Pada akhirnya ia mengajukan pertanyaan dan menjawabnya sendiri.

    Warisan intelektualitas hanya bisa disebarluaskan apabila kita mencari tahu dan memahami pemikiran seorang cendekiawan. Berdasar dari pemikiran itu--yang ditemukannya sendiri-- ia pun membaca karya Kartini. Dua minggu dihabiskannya untuk membaca dan ia hanya memahami dua kalimat. Kalimat-kalimat pertama dalam pembukaan Surat Kartini. 

    "Bagaimana kita akaan memahami pemikirannya jika membacanya pun tak pernah juga tak bisa?"

    Landro menjawab pertanyaan itu dengan melakukan sebuah proyek sosial, "tahukah kamu siapa R.A. Kartini itu?"


    ---

    Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/sundullangit/message

    • 13 min

Top Podcasts In History

Stuff The British Stole
ABC listen and CBC
Короче, история
Максим Зеленский
A History of the World in 100 Objects
BBC Radio 4
History Extra podcast
Immediate Media
Dan Snow's History Hit
History Hit
The Last Archive
Pushkin Industries