Dialog Diriku Tika Virginia
-
- Maatschappij en cultuur
Sebagai tanda dan pengingat bahwa manusia punya dirinya sendiri sebagai tempat untuk bercerita, apa adanya. Sebagai tempat untuk merasa dan menerima apa yang sedang dialami.
Dalam perjalanannya jika ada teman-teman yang ingin sharing atau berkenan untuk aku dialogkan pengalamannya dalam podcast ini, aku sangat terbuka. Silakan hubungi melalui dm instagram @dialogdiriku
-
Eps. 20 Pamit yang Sudah Usai
Sambil ditemani rintik hujan, tertulislah suara hati tentang pamit yang sudah usai. Langkah semakin mudah, usai semakin tampak. Aku punya jalanku, kaupun begitu.
-
Eps. 19 Rindu yang Tersampaikan tapi Tak Terselesaikan
Teruntuk rindu, terima kasih untuk hadir
seakan akan menjadi tali yang menghubungkan,
seakan akan menjadi penguat raga yang tak saling bertatap nyata. Tetaplah ada untuk menyampaikan
rasa yang tak pernah selesai. -
Eps. 18 I Let You Go
Mungkin ada dari kamu yang pernah sulit sekali untuk menerima kenyataan, untuk iklas pada suatu peristiwa yang terjadi di luar kontrol kita, sulit memaafkan apa yang terjadi, lelah terluka, lelah berjuang untuk sembuh. Percayalah saat kita mengijinkan luka sembuh, ia akan sembuh lebih cepat. Percayalah saat kita memilih memaafkan, hati yang terikat akan terbebaskan. Pelan-pelan, dengan caramu.
-
Eps. 17 Gigih dan Kuat
Hidup memang tak semudah itu untuk dilalui. Tapi, manusia tak hanya punya lelah dan lemah. Ia punya kuat dan gigih.
-
Eps. 16 Rasa Tak Bertemu Raga
Teruntuk kamu yang menjalani long distance relationship. Setiap hari rasanya hanya ingin menanti hari baik untuk bisa mempertemukan rasa dengan raga. Selamat mendengarkan dialogku bersama rasa yang tak bertemu raga. Semoga hari baik cepat datang.
-
Eps. 15 Cemas, Teman atau Musuh?
Kita manusia, wajar merasa cemas, takut, atau khawatir. Cemas bisa menjadi teman ataupun musuh untuk kita. Cemas bisa terus menerus menjadi pemeran utama, namun juga tidak. Siapa yang menentukan? Diri sendiri?