Cerita Hati Fitri Areta

Di suatu sore dalam balutan senja, keretaku tiba. Aku turun dan melihatmu menungguku di pintu gerbang stasiun. Kamu tersenyum, matamu menyorot kerinduan

Seringkali diam-diam ekor mataku mengikuti setiap lakumu. Memperhatikan caramu berbicara, caramu tertawa dan hal-hal spesial dari dirimu yang mungkin bagimu itu biasa tapi tidak bagiku. Aku selalu menentramkan debaran hatiku tiap kali menatap parasmu. Tapi di lain waktu aku sering mengesampingkan rasa cemburu saat tak sengaja melihatmu berdua dengannya. Dengan wanita yang selalu kamu ceritakan kepadaku. Kalian tertawa renyah dan penuh canda, seolah dunia hanya milik kalian berdua.

Kata siapa aku dan kamu tak pernah melakukannya? Kita sering tertawa bersama. Menertawakan hal-hal receh atau bahkan kamu yang sering menertawakanku ketika kamu tahu diam-diam aku menulis puisi di buku catatanku.
Kamu tertawa dan menganggap aku sedang jatuh cinta.
Memang... Kamu benar.
Aku sedang jatuh cinta. Dan laki-laki yang selalu kamu tanyakan itu adalah kamu. Iya, Kamu.
Tapi kamu tak sepeka itu.