12 min

Kontak Bathinku dengan Hafidz Sahabat ARI

    • Relaciones

7 Desember 2016 sekitar pukul 05.03 WIB, Pidie Jaya, Aceh diguncang gempa 6.5 SR. Waktu itu Aku berada di Kota Banda Aceh selepas menghadiri kegiatan diksar relawan cabang Banda Aceh. Getaran hebat begitu terasa saat diri ini baru saja bangun dari tidur untuk melaksanakan ibadah shalat subuh. Baru saja kaki ini turun menginjakkan lantai dari dipan kasur, dinding rumah yang terbuat dari kayu bergetar hebat. Tiada pernah menyangka akan merasakan getaran hebat gempa setelah terakhir kali merasakan getaran hebat gempa di September 2009 waktu gempa mengguncang Kota Padang.
Seketika pasca kejadian, setelah menunaikan ibadah shalat subuh Aku langsung mencari informasi terkait dimana titik episentrum kejadian. Diketahui episentrum gempa berada di Kabupaten Pidie Jaya, 4 jam jaraknya dari Kota Banda Aceh jika ditempuh perjalanan darat. Seketika itu juga Aku berkoordinasi dengan tim pusat untuk menyiapkan armada dan tim dari Banda Aceh untuk berangkat di pagi hari itu juga.
Waktu itu sekitar berenam orang relawan yang berangkat sebagai tim pendahulu untuk assesment dan evakuasi. Perjalanan 4 jam ditempuh dengan kendaraan mobil dan ketika akan memasuki Kabupaten Pidie Jaya tampak ambulance hilir mudik mengangkut jenazah para korban. Berdasarkan data terakhir dari BNPB, korban meninggal tercatat sekitar 104 jiwa. Banyak kisah pilu yang menyelimuti warga Kabupaten Pidie Jaya saat itu. Kisah yang sangat viral terdapat sekeluarga calon pengantin yang tertimbun di bawah reruntuhan 40 unit ruko di Pasar Meureudu Pidie Jaya. Aku juga memiliki kisah yang tak kalah menarik dan juga tidak tahu apakah ini namanya adanya ikatan bathin. Selama 40 hari ditugaskan di Kabupaten Pidie Jaya serasa memiliki keluarga baru disini.

7 Desember 2016 sekitar pukul 05.03 WIB, Pidie Jaya, Aceh diguncang gempa 6.5 SR. Waktu itu Aku berada di Kota Banda Aceh selepas menghadiri kegiatan diksar relawan cabang Banda Aceh. Getaran hebat begitu terasa saat diri ini baru saja bangun dari tidur untuk melaksanakan ibadah shalat subuh. Baru saja kaki ini turun menginjakkan lantai dari dipan kasur, dinding rumah yang terbuat dari kayu bergetar hebat. Tiada pernah menyangka akan merasakan getaran hebat gempa setelah terakhir kali merasakan getaran hebat gempa di September 2009 waktu gempa mengguncang Kota Padang.
Seketika pasca kejadian, setelah menunaikan ibadah shalat subuh Aku langsung mencari informasi terkait dimana titik episentrum kejadian. Diketahui episentrum gempa berada di Kabupaten Pidie Jaya, 4 jam jaraknya dari Kota Banda Aceh jika ditempuh perjalanan darat. Seketika itu juga Aku berkoordinasi dengan tim pusat untuk menyiapkan armada dan tim dari Banda Aceh untuk berangkat di pagi hari itu juga.
Waktu itu sekitar berenam orang relawan yang berangkat sebagai tim pendahulu untuk assesment dan evakuasi. Perjalanan 4 jam ditempuh dengan kendaraan mobil dan ketika akan memasuki Kabupaten Pidie Jaya tampak ambulance hilir mudik mengangkut jenazah para korban. Berdasarkan data terakhir dari BNPB, korban meninggal tercatat sekitar 104 jiwa. Banyak kisah pilu yang menyelimuti warga Kabupaten Pidie Jaya saat itu. Kisah yang sangat viral terdapat sekeluarga calon pengantin yang tertimbun di bawah reruntuhan 40 unit ruko di Pasar Meureudu Pidie Jaya. Aku juga memiliki kisah yang tak kalah menarik dan juga tidak tahu apakah ini namanya adanya ikatan bathin. Selama 40 hari ditugaskan di Kabupaten Pidie Jaya serasa memiliki keluarga baru disini.

12 min