19 min

Yun Insiani Bercerita Spesial 6 - Dampak Mercuri Terhadap Perempuan dan Kelompok Rentan Beritabaru.co

    • News

Menurut United Nations Environmental Program (UNEP), Pertambangan Emas Skala Kecil dilakukan oleh penambang individu atau usaha kecil dengan investasi modal dan produksi yang terbatas, secara manual, dan hasilnya kurang dari 300 ton per hari.

Masih menurut UNEP, 24% penggunaan merkuri di dunia pertahun, termasuk di Indonesia adalah untuk kegiatan Pertambangan Emas Skala Kecil. Pelaku tambang emas skala kecil lebih memilih penggunaan merkuri karena dinilai lebih mudah dan efektif untuk mengikat dan memisahkan partikel emas dari mineral lainnya.

Berdasarkan Konvensi Minamata di Jepang 2013, seluruh negara bersepakat untuk mengurangi bahkan menghindari penggunaan merkuri, terutama untuk kegiatan pertambangan emas skala kecil, karena sifatnya yang berbahaya dan merupakan kontaminan yang bersifat trans-boundary. Bagi perempuan hamil, paparan yang tinggi terhadap merkuri dapat menyebabkan janin yang dikandungnya terlahir cacat. Selain itu, merkuri juga berisiko mengganggu berbagai organ tubuh, seperti otak, jantung, ginjal, paru-paru, dan sistem kekebalan tubuh.

Sebagai salah satu penandatanganan Konvensi Minanata, pada tahun 2017 Indonesia resmi meratifikasi Konvensi Minamata yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2017 tentang Konvensi Minamata mengenai Merkuri, sebagai wujud nyata komitmen pemerintah untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dari bahaya pencemaran merkuri.

Lalu bagaimana status penggunaan merkuri di Indonesia untuk kegiatan pertambangan emas skala kecil, apakah diperbolehkan atau sudah dilarang? Bagaimana cara mengajak masyarakat untuk mengurangi atau menghapuskan penggunaan merkuri? Apa dampak buruk merkuri bagi kelompok rentan, kaum miskin, perempuan dan anak di masa depan?



Kunjungi Website Kami Beritabaru.co https://beritabaru.co/ Beritabaru.co Network https://jatim.beritabaru.co/ https://jateng.beritabaru.co/ https://jogja.beritabaru.co/ https://tuban.beritabaru.co/ https://madura.beritabaru.co/ https://pohuwato.beritabaru.co/ https://kaltim.beritabaru.co/ https://nias.beritabaru.co/ https://lampung.beritabaru.co/ https://sumsel.beritabaru.co/ https://kalbar.beritabaru.co/ https://tekno.beritabaru.co/ https://ntb.beritabaru.co/ https://solo.beritabaru.co/ https://riau.beritabaru.co/

Menurut United Nations Environmental Program (UNEP), Pertambangan Emas Skala Kecil dilakukan oleh penambang individu atau usaha kecil dengan investasi modal dan produksi yang terbatas, secara manual, dan hasilnya kurang dari 300 ton per hari.

Masih menurut UNEP, 24% penggunaan merkuri di dunia pertahun, termasuk di Indonesia adalah untuk kegiatan Pertambangan Emas Skala Kecil. Pelaku tambang emas skala kecil lebih memilih penggunaan merkuri karena dinilai lebih mudah dan efektif untuk mengikat dan memisahkan partikel emas dari mineral lainnya.

Berdasarkan Konvensi Minamata di Jepang 2013, seluruh negara bersepakat untuk mengurangi bahkan menghindari penggunaan merkuri, terutama untuk kegiatan pertambangan emas skala kecil, karena sifatnya yang berbahaya dan merupakan kontaminan yang bersifat trans-boundary. Bagi perempuan hamil, paparan yang tinggi terhadap merkuri dapat menyebabkan janin yang dikandungnya terlahir cacat. Selain itu, merkuri juga berisiko mengganggu berbagai organ tubuh, seperti otak, jantung, ginjal, paru-paru, dan sistem kekebalan tubuh.

Sebagai salah satu penandatanganan Konvensi Minanata, pada tahun 2017 Indonesia resmi meratifikasi Konvensi Minamata yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2017 tentang Konvensi Minamata mengenai Merkuri, sebagai wujud nyata komitmen pemerintah untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dari bahaya pencemaran merkuri.

Lalu bagaimana status penggunaan merkuri di Indonesia untuk kegiatan pertambangan emas skala kecil, apakah diperbolehkan atau sudah dilarang? Bagaimana cara mengajak masyarakat untuk mengurangi atau menghapuskan penggunaan merkuri? Apa dampak buruk merkuri bagi kelompok rentan, kaum miskin, perempuan dan anak di masa depan?



Kunjungi Website Kami Beritabaru.co https://beritabaru.co/ Beritabaru.co Network https://jatim.beritabaru.co/ https://jateng.beritabaru.co/ https://jogja.beritabaru.co/ https://tuban.beritabaru.co/ https://madura.beritabaru.co/ https://pohuwato.beritabaru.co/ https://kaltim.beritabaru.co/ https://nias.beritabaru.co/ https://lampung.beritabaru.co/ https://sumsel.beritabaru.co/ https://kalbar.beritabaru.co/ https://tekno.beritabaru.co/ https://ntb.beritabaru.co/ https://solo.beritabaru.co/ https://riau.beritabaru.co/

19 min

Top Podcasts In News

The Daily
The New York Times
Serial
Serial Productions & The New York Times
Front Burner
CBC
The Tucker Carlson Show
Tucker Carlson Network
Global News Podcast
BBC World Service
Modi's India: Understood
CBC