7 Folgen

The storyteller of your healing journey.

⭐ Any questions or feedback are always welcome on:
IG: @itsokayletstalk atau @ichajulisca.

⭐ P.S: Kalau ada yang merasa struggle dengan kesehatan mental (entah itu yang sudah sembuh atau masih dalam proses penyembuhan), dan kamu merasa cukup aman untuk bisa share dan aku bisa angkat di salah satu episode di podcast ini, please write me an email to: itsokayletstalknow@gmail.com and I will send you the letter format supaya kalian bisa lebih mudah bercerita dalam tulisan.

It's Okay Let's Talk‪!‬ Julisca Christania

    • Gesundheit und Fitness

The storyteller of your healing journey.

⭐ Any questions or feedback are always welcome on:
IG: @itsokayletstalk atau @ichajulisca.

⭐ P.S: Kalau ada yang merasa struggle dengan kesehatan mental (entah itu yang sudah sembuh atau masih dalam proses penyembuhan), dan kamu merasa cukup aman untuk bisa share dan aku bisa angkat di salah satu episode di podcast ini, please write me an email to: itsokayletstalknow@gmail.com and I will send you the letter format supaya kalian bisa lebih mudah bercerita dalam tulisan.

    Journey of Finding The Help That I Need (Because I am not helpless)

    Journey of Finding The Help That I Need (Because I am not helpless)

    Di episode ini gw bersama dengan seorang teman yang akan membagikan pengalamannya bertemu dengan psikiater dan juga seorang psikolog dalam usahanya mencari pemulihan bagi jiwa dan mentalnya. Banyak yang suka bingung tentang apakah harus ke psikiater dulu atau ke psikolog dulu, di episode ini akan dibahas bahwa tidak masalah pergi yang mana duluan, karena nanti professional mental helpmu pasti akan menuntunmu kepada treatment yang memang tepat dan yang kamu butuhkan.
    Untuk pertanyaan dan feedback, please find me in Instagram @itsokayletstalk atau @ichajulisca. Mari kita belajar bersama-bersama untuk berbagi dan memahami semua hal yang berkaitan dengan isu kesehatan jiwa, karena tak seharusnya ada satupun yang merasa bahwa mereka sendiri dalam pertempuran ini. Kita bersama-sama. #kesehatanjiwa #mentalhealthawareness #psikiater #psikolog #konselor #healing #terapi #counseling 

    • 18 Min.
    Leaving The Toxic Relationship (Lepaskan, Kalau Sudah Terlalu Menyakitkan)

    Leaving The Toxic Relationship (Lepaskan, Kalau Sudah Terlalu Menyakitkan)

    Di episode kali ini, gw bersama dengan seorang teman berbincang tentang Toxic Relationship. Partner diskusi gw sekaligus membagikan pengalamannya dulu pernah menjalani hubungan yang selalu menyusahkan dan menyakitkan selama 3 tahun. Dia mengaku bahwa hubungan mereka hanya berlangsung indah di 3 bulan pertama, dan selanjutnya dia mengalami kesusahan dan kesedihan yang dihasilkan dari hubungan ini. Hubungan yang selalu memberikannya perasaan bersalah, perasaan tidak berdaya, dan selalu merasa bahwa dirinya tidak akan bisa menemukan orang lain yang bisa menerima dan mencintai dia.

    Dia mengaku yang membuatnya merasa kesulitan melepaskan hubungan ini adalah karena ketakutan-ketakutan yang menganggap bahwa tidak akan ada orang lain lagi yang bisa menerima dia, ketakutan kalau dia tidak akan pernah bisa menerima cinta dari tempat lain lagi. Berkali-kali berusaha memutuskan hubungan, sampai akhirnya di satu titik dalam hidupnya dia menyadari bahwa dirinya sudah terlalu lelah, dia memutuskan benar-benar menyelesaikan hubungan ini. Diluar ekspektasinya, dia tidak membutuhkan waktu lama untuk memulai hidup baru. Diapun akhirnya bisa melihat bahwa ternyata memutuskan hubungan yang sudah terlalu toxic adalah hal yang sangat mungkin dilakukan, tapi selama ini dia terlalu terperangkap dalam ketakutan-ketakutan yang dia ciptakan sendiri.

    Question, feedback, and stories are always welcome on IG: @itsokaytotalk or @ichajulisca. #kesehatanjiwa #mental health #mentalhealthawareness #mentalhealthmatters #toxicrelationship #healing

    • 21 Min.
    The Darkness of The Suicidal Mind (Sebuah Surat Untuk Menemani Gelapmu)

    The Darkness of The Suicidal Mind (Sebuah Surat Untuk Menemani Gelapmu)

    [TW: Suicide] Banyak orang bepikir kalo yang sering banyak kasus bunuh diri hanya di Korea atau di belahan dunia lain, padahal Indonesia ada di posisi 6 kasus bunuh diri tertinggi di Asia. Tapi sangat disayangkan, masyarakat kita masih sangat sulit untuk diajak berempati dan memahami bahwa gangguan mental tidak perlu selalu dikaitkan dengan kehidupan keimanan. Gangguan mental adalah sebuah sakit yang nyata, maka sama halnya dengan orang tidak akan pernah mempertanyakan level iman seseorang yang menderita kanker atau penyakit fisik berat lainnya, seharusnya mempertanyakan kualitas iman pada seseorang yang mengalami gangguan mental adalah menjadi hal terakhir yang jangan sampai pernah kita lakukan. Gangguan mental itu benar-benar sebuah kesakitan yang nyata yang membutuhkan perawatan dan pendampingan. Seseorang yang melakukan percobaan bunuh diri, biasanya telah mencoba berbagai usaha untuk terus bertahan. Karena bunuh diri tidak pernah menjadi keputusan instant atau dadakan. Mereka sudah melakukan segala cara untuk bisa bertahan, tapi mereka akhirnya kehilangan harapan. Sedalam apapun informasi yang coba gw dalami, sebanyak apapun kata-kata yang telah gw tulis, tetapi ternyata gw tetap merasa mungkin sebaiknya ini dihapus dan dibahas di lain hari, karena yang mau gw lakukan di episode ini, gw tidak akan membacakan surat tapi justru membuatkan sebuah surat. Sebuah surat untuk kamu, kamu yang sudah bertahan sampai hari ini, terlepas dari sedahsyat apapun keinginanmu untuk menyerah pergi. Mungkin suara dikepalamu juga semakin bising, terus-terusan bilang kamu gak berdaya, kamu gak layak dihargai, kamu gak akan bisa hidup bahagia, kamu gak punya harapan untuk hidup lebih baik dan kamu sama sekali gak penting. Suara itu kadang berubah menjadi sangat familiar terdengar sehinggga kamu mulai meyakininya sebagai sebuah kebenaran ketika suara itu bilang untuk segera menyakiti dirimu supaya sakit di dadamu terasa lebih baik. Tidak pernah berhenti, pikiranmu merancangkan sebuah kepergian yang kamu harapkan tidak akan jadi terlalu merepotkan orang lain, dan kamu masih berusaha mencari di mesin pencarian: "bagaimana cara mati yang tidak terlalu sakit". Yang kamu rasakan hari ini tidak merefleksikan sebuah kehancuran, karena kamu hanya sedang tidak sehat sekarang. Dan tidak ada satupun orang di dunia ini yang pernah merasa bersalah karena mereka kena demam berdarah, pilek, atau meriang. Karena itu adalah reaksi normal atas adanya ketidaknyamanan, benda asing, atau ancaman dari luar tubuh. Dan itu sama. Depresimu, sedihmu, adalah sebuah reaksi atas ketidaknyamanan dan ancaman yang datang dari luar kendalimu.
    Ini bukan salahmu kalau kamu tidak bisa mengendalikan sedih dan tangisanmu. Bukan salahmu kalau hidupmu tidak berjalan sesuai dengan harapanmu, juga bukan salahmu kalau keluarga atau orang-orang yang kamu kasihi justru sangat berkontribusi atas semua sakitmu hari ini. Depresi dan keinginan untuk mati bukan tentang menemukan siapa yang salah dan harus diadili. Depresi dan keinginan untuk mati hanya menjelaskan tentang satu periode waktu dalam chapter hidupmu, karena sedih ini tidak akan selamanya menguasaimu. Pergumulan mentalmu sama sekali tidak menentukan akhir hidupmu, karena penciptamu tidak sedang bergurau saat Dia menciptakanmu. Hidupmu adalah sebuah maha karya dari pencipta yang maha besar dan maha luar biasa jadi kamu adalah buatan tanganNya yang sangat berharga. Kamu tidak hancur berantakan, kamu hanya sedang kurang sehat dan sedang menunggu antrian kesembuhan. Dan menginginkan sembuh bukanlah mimpi yang terlalu angkuh, karena damai dan bahagia juga adalah bagianmu. 
    Questions and your stories are always welcome on IG: @itsokaytotalk or @ichajulisca. #kesehatanjiwa #mental health #mentalhealthawareness #mentalhealthmatters #depression #suicide #suicideprevention #bunuhdiri

    Cr footage: CNN Indonesia, NET News, Buletin iNews, Tribunews on Youtube.
    Cr backsound: Lee Hi - Breathe (guitar cover: Ghernest Eduard)

    • 14 Min.
    The Grief - Will There Be a Good Life After Loss? (Menerima Kehilangan Demi Melanjutkan Perjalanan)

    The Grief - Will There Be a Good Life After Loss? (Menerima Kehilangan Demi Melanjutkan Perjalanan)

    [Trigger Warning: miscarriage, death] Kehilangan tidak terbatas seputar kematian. Kehilangan juga bisa tentang hilangnya pekerjaan, hilangnya benda-benda berharga, hilangnya pertemanan oleh karena sebuah kesalahpahaman, atau bisa juga tentang hilangnya kebebasan dan rasa aman oleh karena pembatasan sosial besar-besaran yang saat ini hampir semua manusia di dunia rasakan. Itu semua adalah juga sebuah kehilangan. Kehilangan bisa juga tentang hilangnya kepercayaan oleh karena perselingkuhan, hilangnya kebersamaan oleh karena perceraian, atau hilangnya kebahagiaan oleh karena tantangan hidup yang terlalu berat ditahan. Kehilangan adalah apa yang tadinya ada menjadi tidak ada. Dan segala bentuk kehilangan, sama-sama menyakitkan. 
    Ketika gw mengetahui misalnya temen atau seseorang baru saja kehilangan, terutama kehilangan seseorang yang tidak bisa kembali lagi, biasanya gw tidak berani berkata banyak. Karena gw tau tidak ada satupun kata-kata yang mampu meringankan duka kehilangan yang mereka rasakan. Gw memilih sepotong kalimat yang sederhana "Please let me know if there is anything I can do to help you." - tolong kasih tau gw kalau ada yang bisa gw lakukan buat lo." kalimat sederhana yang diisi sebuah harapan bahwa itu setidaknya bisa membuat mereka merasa gw bersama mereka di saat susah. Mereka membutuhkan ruang dan kesempatan untuk bersedih, jadi biarkan mereka bersedih. Biarkan mereka menangis, biarkan mereka merasakan segala dinamika emosi yang harus dilewati, dan kita cukup terus berdiri di belakangnya dan memastikan mereka tidak jatuh sendiri.
    -------------------------
    Mengetahui soal 5 tahap berduka ini tidak hanya bisa membantu mereka yang mengalami kedukaan, tapi juga membantu kita selagi mendampingi mereka yang baru saja kehilangan. 5 Tahapannya yaitu Fase Penyangkalan, fase kemarahan, fase penawaran (atau bargaining), fase depresi, dan akhirnya fase penerimaan. Di tahap akhir atau tahapan penerimaan, seseorang akhirnya memiliki kemampuan untuk memaafkan dan menerima bahwa hidup harus lagi dilanjutkan. Acceptance bukan memaksakan diri untuk memiliki pikiran positif, melainkan menemukan kemampuan untuk berpikir rasional dan realisitis. Goal akhir sebuah fase penerimaan adalah bukan tentang melupakan atau rasa sakit yang sengaja diabaikan, tapi lebih kepada bagaimana maju ke depan sambil menata kembali pikiran tentang apa yang akan dilakukan di masa depan. 
    Kenangan itu tetap ada, kenyataan tetap tidak berubah, dan sakit itu masih kadang terasa, tapi setidaknya kita sudah berhasil kembali kepada jalan yang seharusnya diteruskan. Kelima tahapan berduka ini tidak ada patokan tentang harus berapa lama dan sampai kapan. Bisa 2 minggu, 2 tahun, atau mungkin 2 bulan. Dan itu tidak apa-apa. 5 tahapan itu juga tidak mengartikan sebuah urutan. Mungkin hari ini kita sampai di tahapan penerimaan, tapi besok bisa saja kita memasuki lagi tahapan penyangkalan. Hari ini mungkin kita sudah bisa dengan ikhlas menerima, tapi besok, bisa saja kembali pada tahapan depresi yang penuh air mata. Pada intinya  siapa saja berhak mengambil waktu sebanyak-banyaknya yang dibutuhkan untuk akhirnya bisa berdamai dengan duka. Berbaik hatilah pada diri sendiri, karena tidak mudah melewati kehilangan atau ditinggal pergi. It's okay, we don't have to be okay right away. Pelan-pelan, jangan terburu-buru ingin segera pulih hanya karena sudah terlalu lelah merasa bersedih. Biarkan semua emosi datang dan ijinkan dirimu merasakan, karena pada akhirnya semua emosi yang dengan baik diperlakukan akan dengan sendirinya berpamitan.
    -------------------------
    Questions and Feedback are always welcome on IG: @itsokaytotalk or @ichajulisca. And yes - in there, I am also accepting all your story about the moment of pursuing such healing. I see you, we are in this together. #kesehatanjiwa #mental health #mentalhealthawareness #mentalhealthmatters #kehilangan #tahapanberduka

    • 19 Min.
    Panic Attack - Embracing The Attacks (Serangan Panik Yang Membuat Semakin Panik)

    Panic Attack - Embracing The Attacks (Serangan Panik Yang Membuat Semakin Panik)

    Hello! Di episode kali ini gw akan membacakan sebuah cerita yang gw terima beberapa hari lalu dari seseorang yang ngalamin Panic Attack atau Serangan Panik. Pencerita membagikan bahwa serangan pertama kali yang dia alami itu di tahun 2016. Tanpa ada sebab dan alasan yang jelas tiba-tiba pencerita merasa kesulitan bernafas, dia merasa jalur pernafasannya kaya tersumbat dan terasa seperti tidak ada udara yang bisa masuk untuk bisa dihirup. Otomatis diapun langsung merasa panik. Dan semakin dia panik, semakin dia ngerasa sesak nafas. Pikiran dia udah kemana-mana dan dia bener-bener ngerasa mau pingsan karena kesulitan bernafas. Pencerita sempat mikir apa itu masalah jantung atau masalah pernafasan lainnya, sehingga dia langsung pergi ke UGD. Setelah melakukan pemeriksaan di UGD ditemukan bahwa tidak ada masalah apapun dengan fisiknya. Dan tidak lama setelah itu dia pun bisa pulang. Setelah hari itu, pencerita pun masih kembali mengalami serangan-serangan yang serupa dan masih harus pergi ke UGD untuk meyakinkan bahwa dirinya tidak apa-apa. Akhirnya dia tau kalau itu gejala serangan panik, tapi bagaimanapun juga dia masih selalu mencari rumah sakit setiap serangan itu datang. Karena reaksi tubuh yang dihadapi selalu berbeda, maka dia seperti gak mau gambling dan lebih memilih rumah sakit untuk memastikan.

    ----------------------------------------------------------

    Serangan panik itu sendiri adalah keadaan dimana seseorang mengalami rasa takut atau gelisah berlebihan secara tiba-tiba. Bisa kadang ada pemicu disekitarnya, atau kadang juga tiba-tiba terjadi begitu aja. Serangan ini biasanya ditandai dengan detak jantung yang bertambah cepat, napas menjadi pendek, pusing, otot menjadi tegang, atau gemetar. Seperti yang gw juga udah share sebelumnya tadi bahwa ketika serangan panik itu datang rasanya sulit banget bernafas, kaya sulit banget mengambil udara untuk dihirup. Emang untuk orang-orang yang baru pertama kali ngalamin ini emang pasti jadi pengalaman yang menakutkan sekali, karena di pikiran pertama kita pasti oh jangan-jangan ini masalah jantung atau masalah paru-paru gw nih gitu kan ya.  Karena emang keduanya punya gejala yang mirip, sama-sama terasa sesak bernafas, sama-sama terasa nyeri di dada. Penyebab serangan panik itu sendiri sebenarnya juga sangat beragam. Bisa karena faktor biologis atau bisa juga karena faktor luar seperti stress atau tekanan hidup, kejadian yang menimbulkan trauma, atau bisa juga kamu telah mengalami transisi kehidupan yang cukup signifikan seperti contoh meninggalnya seseorang yang sangat berarti, perceraian, kehilangan pekerjaan, atau bisa juga kehidupan pernikahan atau memiliki anak yang baru dijalani. Semua itu bisa jadi pemicu seseorang untuk mengalami serangan panik. Di episode ini gw secara singkat membahas tentang gimana kita bisa dengan secara general membedakan mana yang bisa dinyatakan sebagai serangan panik dan mana yang merupakan serangan jantung. Dan disini juga gw akan membahas langkah pertama apa yang bisa dilakukan ketika seseorang ngalamin Panic Attack atau serangan panik.

    -------------------------------------------------------------

    Untuk pertanyaan dan feedback please reach me on IG: @itsokayletstalk atau @ichajulisca. Dan seperti yang gw mention juga di episode ini kalau kalian merasa ingin sharing soal pengalaman kalian bagi yang pernah atau sedang mengalami gangguan kesehatan jiwa, yes you may send me a message! So I will see you again in next episode,  I wish you all healing, love and peace!

    -- #kesehatanjiwa #depresi #depression #mentalhealth #healing #mentalhealthawareness

    • 19 Min.
    Depression I - A Fine Walk With Depression (Berdampingan Bersama Depresi) *Trigger Warning*

    Depression I - A Fine Walk With Depression (Berdampingan Bersama Depresi) *Trigger Warning*

    [Trigger Warning] - In this episode, I will be telling a story shared by someone who has Depression which makes this person experiences deep sadness and sorrow often times. Depresi yang menjadikannya menjadi seorang yang selalu merasa sedih, merasa tidak berharga, dan merasa tidak ada tempat di dunia ini. Dalam tulisannya, pencerita mengatakan bahwa dia harus melukai dirinya dengan cutter dan gunting untuk mengatasi rasa sesak dan sedihnya. Dia menyebutkan bahwa hal-hal itu tidak membuatnya sakit, malah membuatnya merasa lega. Sampai akhirnya dia sampai di satu titik dimana dia tidak bisa mengatasi kekacauan ini lagi dan dia mulai mencari pertolongan di sekitarnya. Menjalani proses terapi dengan seorang professional awalnya menjadi perjalanan yang melelahkan dan menyakitkan buatnya, tapi pencerita bilang hari ini dia merasa sangat senang untuk bisa berbagi pengalaman ini. Pencerita menyebutkan bahwa sampai kapanpun depresi memang akan selalu menjadi bagian hidupnya, tapi dia meyakini bahwa itu tidak akan mengubah fakta bahwa dia sudah menjadi pribadi yang utuh saat ini dan dia tidak membutuhkan apapun lagi untuk meyakinkan dia bahwa dirinya sudah utuh. Perjalanan ini masih panjang tapi pencerita percaya bahwa hidupnya sangat berarti dan dia telah menemukan banyak alasan untuk tetap hidup sampai tiba saatnya Tuhan yang memutuskan bahwa perjalanan ini sudah sampai di titik akhir.

    -------------------------------------------

    Depresi adalah kondisi klinis dimana seseorang ngalamin yang namanya kesedihan, keputusasaan atau kehilangan gairah hidup untuk kurun waktu yang cukup panjang. Betul kalo sedih dan putus adalah reaksi yang wajar dalam lika-liku hidup. Tapi kondisi depresi disini menurut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental adalah ketika seseorang secara terus-menerus merasa sedih, putus asa, dan merasa tidak berharga sampai kehilangan kemampuan untuk berfungsi dan beraktifitas normal sehari-hari. Dan hal ini telah terjadi setiap hari selama lebih dari 1 atau 2 minggu. Ciri-ciri orang yang mengalami depresi itu seperti yang dideskripsikan juga menurut cerita diatas bahwa orang dengan depresi merasakan rasa sedih yang sangat mendalam, kehilangan harapan masa depan, merasa sendiri atau ingin sendiri (isolasi), gangguan tidur (ingin tidur sepanjang waktu atau tidak bisa tidur sama sekali), juga hal nya dengan selera makan (tidak ingin makan sama sekali atau makan yang banyak sekali), perilaku melukai diri, dan sampai juga pikiran untuk bunuh diri.

    ---------------------------------------------

    Penyebab depresi itu sebenarnya bisa dibilang cukup kompleks dan dapat dipengaruhi berbagai faktor. Suatu peristiwa atau event yang menyakitkan atau berbekas sangat dalam tentu bisa jadi alasan atau pemicu yang cukup kuat untuk seseorang bisa mengalami depresi. Kaya contohnya, kehilangan orang yang dikasihi, rusaknya sebuah hubungan, rencana besar yang gagal sehingga kenyataan tidak sesuai harapan atau bisa juga diakibatkan stress yang berkepanjangan (tuntutan dari rumah, kerjaan, social life). Lalu selanjutnya, bisa juga disebabkan faktor kepribadian, seseorang punya kepribadian dimana dia mudah sekali merasa tidak mampu, mudah menyalahkan diri, merasa bersalah, atau seseorang yang sulit merasa cukup dan memaksakan dirinya untuk menjadi lebih (sulit merasa puas dengan pencapaian dan menuntut diri untuk melakukan lebih, punya ideal self yang ketinggian).

    -------------------------------------------

    P.S: Kalau pendengar juga merasa memiliki kecenderungan yang sama, mohon tidak mendiagnosa sendiri. Kalau memang sudah dirasa sangat berat dan mengganggu aktifitas sehari-hari, segera mencoba mencari pertolongan ke profesional terkait. Untuk pertanyaan dan feedback please reach me on IG: @itsokayletstalk atau @ichajulisca. See you in next episode,  I wish you all healing, love and peace! 

    -- #kesehatanjiwa #depresi #depression #mentalhealth #healing #mentalhealthawareness

    • 18 Min.

Top‑Podcasts in Gesundheit und Fitness

Psychologie to go!
Dipl. Psych. Franca Cerutti
HEALTHWISE - Der Gesundheits- und Longevitypodcast.
Nils Behrens - Sunday Natural
Huberman Lab
Scicomm Media
Dingue - RTS
RTS - Radio Télévision Suisse
Der 7Mind Podcast
Achtsamkeit & Mentales Wohlbefinden
So bin ich eben! Stefanie Stahls Psychologie-Podcast für alle "Normalgestörten"
RTL+ / Stefanie Stahl / Lukas Klaschinski