21 Min.

Yesus Sang Penabur Homili Katolik

    • Religion und Spiritualität

(12 Juli 2020)

Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

[Bacaan Injil : Matius 13 : 1 - 23

(Hari Minggu Biasa ke-15)]

Dalam Injil hari ini, kita mengamati reaksi para murid setelah Yesus berbicara perumpamaan-Nya yang pertama. Mereka bingung dan heran! Mengapa? Karena Yesus tiba-tiba mengubah metode pengajaran-Nya. Yesus membuat perubahan tak terduga yang membuat banyak orang dan termasuk murid-Nya tak paham dengan mengunakan perumpamaan. Apa yang sebenarnya terjadi? Untuk dapat memahaminya, kita perlu melihat bahwa perumpamaan telah digunakan bahkan sebelum Yesus, secara khusus dalam Perjanjian Lama. Salah satu contoh klasik adalah perumpamaan dari nabi Natan yang ditujukan kepada raja Daud [Lihat 1 Raja 12]. Salah satu kekuatan perumpamaan adalah memiliki pesan tersembunyi yang tidak langsung untuk membuat orang berpikir lebih dalam tentang diri mereka sendiri. Perumpamaan tentang penabur mengungkapkan kondisi nyata dari pewartaan Yesus. Para penatua dan orang-orang Farisi seperti jalan setapak. Mereka mendengar khotbah Yesus, tetapi masih memilih untuk berada di bawah pengaruh kegelapan, dan berusaha untuk menghancurkan Yesus. Banyak orang seperti tanah berbatu karena mereka hanya mencari Yesus untuk memuaskan kebutuhan mereka. Yang lain seperti tanah yang dipenuhi duri karena mereka mengikuti Yesus untuk sementara waktu, tetapi ketika pencobaan datang, mereka meninggalkan Yesus. Terakhir, tanah subur adalah para murid. Perumpamaan tentang penabur mengungkapkan realitas zaman kita. Sebagian dari kita seperti jalan setapak, mungkin kita dibaptis Katolik, tetapi kita tidak pernah hidup seperti itu, dan masih hidup dalam dosa. Beberapa dari kita seperti tanah berbatu. Kita memperlakukan Yesus dan Gereja-Nya sebagai tempat hiburan, dan kita hanya mencari diri sendiri daripada Tuhan. Sebagian dari kita seperti tanah yang dipenuhi duri. Kita gembira menjadi orang Kristen, tetapi kita tidak masuk lebih dalam iman kita, dan ketika pencobaan atau keraguan melanda, kita dengan mudah meninggalkan Tuhan. Dan semoga, banyak dari kita seperti tanah subur. Kita melakukan yang terbaik untuk menerima Firman Tuhan dan memastikan bahwa itu akan tumbuh dan menghasilkan buah. Kabar baiknya adalah firman Tuhan sangat berdayaguna sehingga bahkan dapat berbuah adalah tanah yang berbatu-batu sekalipun. Rahmat sungguh cuma-cuma tetapi tidak murahan, dan kita perlu melakukan bagian kita. Adalah misi kita untuk mengubah tanah berbatu menjadi tanah yang subur bagi Tuhan.


---

Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/aquinas-center/message

(12 Juli 2020)

Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

[Bacaan Injil : Matius 13 : 1 - 23

(Hari Minggu Biasa ke-15)]

Dalam Injil hari ini, kita mengamati reaksi para murid setelah Yesus berbicara perumpamaan-Nya yang pertama. Mereka bingung dan heran! Mengapa? Karena Yesus tiba-tiba mengubah metode pengajaran-Nya. Yesus membuat perubahan tak terduga yang membuat banyak orang dan termasuk murid-Nya tak paham dengan mengunakan perumpamaan. Apa yang sebenarnya terjadi? Untuk dapat memahaminya, kita perlu melihat bahwa perumpamaan telah digunakan bahkan sebelum Yesus, secara khusus dalam Perjanjian Lama. Salah satu contoh klasik adalah perumpamaan dari nabi Natan yang ditujukan kepada raja Daud [Lihat 1 Raja 12]. Salah satu kekuatan perumpamaan adalah memiliki pesan tersembunyi yang tidak langsung untuk membuat orang berpikir lebih dalam tentang diri mereka sendiri. Perumpamaan tentang penabur mengungkapkan kondisi nyata dari pewartaan Yesus. Para penatua dan orang-orang Farisi seperti jalan setapak. Mereka mendengar khotbah Yesus, tetapi masih memilih untuk berada di bawah pengaruh kegelapan, dan berusaha untuk menghancurkan Yesus. Banyak orang seperti tanah berbatu karena mereka hanya mencari Yesus untuk memuaskan kebutuhan mereka. Yang lain seperti tanah yang dipenuhi duri karena mereka mengikuti Yesus untuk sementara waktu, tetapi ketika pencobaan datang, mereka meninggalkan Yesus. Terakhir, tanah subur adalah para murid. Perumpamaan tentang penabur mengungkapkan realitas zaman kita. Sebagian dari kita seperti jalan setapak, mungkin kita dibaptis Katolik, tetapi kita tidak pernah hidup seperti itu, dan masih hidup dalam dosa. Beberapa dari kita seperti tanah berbatu. Kita memperlakukan Yesus dan Gereja-Nya sebagai tempat hiburan, dan kita hanya mencari diri sendiri daripada Tuhan. Sebagian dari kita seperti tanah yang dipenuhi duri. Kita gembira menjadi orang Kristen, tetapi kita tidak masuk lebih dalam iman kita, dan ketika pencobaan atau keraguan melanda, kita dengan mudah meninggalkan Tuhan. Dan semoga, banyak dari kita seperti tanah subur. Kita melakukan yang terbaik untuk menerima Firman Tuhan dan memastikan bahwa itu akan tumbuh dan menghasilkan buah. Kabar baiknya adalah firman Tuhan sangat berdayaguna sehingga bahkan dapat berbuah adalah tanah yang berbatu-batu sekalipun. Rahmat sungguh cuma-cuma tetapi tidak murahan, dan kita perlu melakukan bagian kita. Adalah misi kita untuk mengubah tanah berbatu menjadi tanah yang subur bagi Tuhan.


---

Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/aquinas-center/message

21 Min.

Top‑Podcasts in Religion und Spiritualität

Unter Pfarrerstöchtern
ZEIT ONLINE
RealModel Podcast
REALMODEL PODCAST
Seelengevögelt | Für die Rebell*innen des Lebens
Veit Lindau
JANA&JASMIN  – In Zeiten wie diesen...
Jana&Jasmin
Johannes Hartl über die Philosophie des wahren Lebens
Dr. Johannes Hartl
ICF München | Podcast
ICF München e.V.