Eps. 7 - lepas NCK Voicemail
-
- Personal Journals
Kali ini beda, kali ini puisi. Bukan tentang aku, meskipun dari anganku. Pluralisme katanya, tapi tanpa romansa apa artinya? Aku.
Lepas
Wahai, seonggok hati sepi di sana
Bagaimana rasamu, apakah masih sama?
Lucu bagaimana sepi tak ingin tetap sama
tapi berbeda buatmu lepaskan singgasana
Sempat ku menari di atas kicauan desir angin
Nyatanya decit ragumu membentang menggerayangi
setiapku, merisak bulir pasir ekspektasi yang meninggi
Renjanamu meluruskan setiap ikalku agar berhenti bermimpi
Putihnya kertas tertawa geli
Karna cacat yang pernah membawaku tinggi
terus menggerogotinya yang perlahan lesap
Selamat tinggal kertas, setidaknya pergilah tanpa asap
Tersungkur kembali aku terhadapkan
nyatanya nadi kencang bergemuruh
Mengapa kepal tanganku tak mampu kau raih?
Padahal telah kubunuh tinggi hatiku dan bersujud
di hadapmu dan yang kau sebut tuhan mu
Apakah harus pungguk menjadi bulan ‘tuk meraihnya?
Rambutku tak mampu lagi menangkap geram
di mana tanganmu untuk kugenggam?
Jelaga telah padam setelah sekian lama ia membara
dan beraninya masih kau semburkan dingin
ketika tenun asaku terlepas dari jantra begitu saja
Tutup deraimu, lepas ikatku,
dan tolong beranjaklah
Kali ini beda, kali ini puisi. Bukan tentang aku, meskipun dari anganku. Pluralisme katanya, tapi tanpa romansa apa artinya? Aku.
Lepas
Wahai, seonggok hati sepi di sana
Bagaimana rasamu, apakah masih sama?
Lucu bagaimana sepi tak ingin tetap sama
tapi berbeda buatmu lepaskan singgasana
Sempat ku menari di atas kicauan desir angin
Nyatanya decit ragumu membentang menggerayangi
setiapku, merisak bulir pasir ekspektasi yang meninggi
Renjanamu meluruskan setiap ikalku agar berhenti bermimpi
Putihnya kertas tertawa geli
Karna cacat yang pernah membawaku tinggi
terus menggerogotinya yang perlahan lesap
Selamat tinggal kertas, setidaknya pergilah tanpa asap
Tersungkur kembali aku terhadapkan
nyatanya nadi kencang bergemuruh
Mengapa kepal tanganku tak mampu kau raih?
Padahal telah kubunuh tinggi hatiku dan bersujud
di hadapmu dan yang kau sebut tuhan mu
Apakah harus pungguk menjadi bulan ‘tuk meraihnya?
Rambutku tak mampu lagi menangkap geram
di mana tanganmu untuk kugenggam?
Jelaga telah padam setelah sekian lama ia membara
dan beraninya masih kau semburkan dingin
ketika tenun asaku terlepas dari jantra begitu saja
Tutup deraimu, lepas ikatku,
dan tolong beranjaklah
2 min