13 集

Mencipta ruang untuk mengungkap yang terkatakan maupun yang tak terkatakan, demi membangun keseimbangan antara rasio dan rasa, di dalam pengembaraan hidup melewati masa lalu, menghayati masa kini, dan mengimajinasikan masa depan.

Dadicahyono Ngudarasa Didik Christian Adi Cahyono

    • 宗教與靈修

Mencipta ruang untuk mengungkap yang terkatakan maupun yang tak terkatakan, demi membangun keseimbangan antara rasio dan rasa, di dalam pengembaraan hidup melewati masa lalu, menghayati masa kini, dan mengimajinasikan masa depan.

    Pandemi dan Penerimaan Diri 2: Dinamika Hidup Seorang Ibu di Tengah Pekerjaan dan Keluarga

    Pandemi dan Penerimaan Diri 2: Dinamika Hidup Seorang Ibu di Tengah Pekerjaan dan Keluarga

    Pandemi mengubah cara hidup kita. Mulai dari pembatasan, perubahan, hingga berbagai adaptasi yang harus kita lakukan. Salah satu perubahan yang kita hadapi adalah luruhnya batasan antara ranah domestik dan ranah publik di dalam rumah kita, saat kita harus melakukan semua aktivitas personal, sosial, dan ekonomis kita di dałam rumah. Pergulatan inilah yang diangkat dalam episode kali ini. Kisah seorang ibu yang harus bekerja dari rumah dan juga harus mendampingi anak-anaknya melakukan pembelajaran jarak jauh. Selamat mendengarkan. Tetap sehat, tetap semangat, dan teruslah menjadi berkat.

    • 24 分鐘
    Pandemi dan Penerimaan Diri: Kesaksian Seorang Penyintas Covid 19 feat. Pdt. Elisabet Simanjuntak

    Pandemi dan Penerimaan Diri: Kesaksian Seorang Penyintas Covid 19 feat. Pdt. Elisabet Simanjuntak

    Pandemi Covid 19 mengubah berbagai hal, baik hal-hal di dalam diri kita maupun di luar diri kita. Perubahan-perubahan itu memaksa kita untuk menyesuaikan diri. Dengan berani menyesuaikan diri, diharapkan kita bisa membangun resiliensi dalam menghadapi banyak hal yang tidak pasti, yang kini justru menjadi sebuah kepastian yang baru. Salah satu cara membangun resiliensi adalah belajar untuk menerima diri sendiri. Namun sayangnya, hal itu tidak mudah dilakukan, apalagi ketika kita diperhadapkan pada situasi yang tidak kita harapkan. Dałam upada untuk belajar menerima diri untuk membangun resiliensi itulah, pada episode pertama Podcast Dadicahyono Ngudarasa di tahun 2021 ini, saya mengajak Pdt. Elisabet Simanjuntak, seorang penyintas Covid 19 untuk membagikan kisah dan pengalamannya dalam menerima diri saat dinyatakan positif Covid 19. Selamat mendengarkan...

    • 31 分鐘
    Natal: Kartu Ucapan, Keramahtamahan dan Panggilan Dharma.

    Natal: Kartu Ucapan, Keramahtamahan dan Panggilan Dharma.

    Selama saya berpikir bahwa saat terjadi penyalahgunaan agama sebagai kendaraan untuk menangguk keuntungan, teman-teman saya yang muslim diam saja. Mungkin karena merasa tidak enak. Tetapi anggapan saya salah besar. Mereka juga gerah! Gerah melihat Indonesia yang dirusak oleh segelintir orang yang tidak bisa mengendalikan syahwat kekuasaan mereka. Gerah karena melihat semakin banyak orang yang tidak bisa beragama dengan hati nurani yang bersih. Gerah melihat kebhinnekaan yang seharusnya menjadi anugerah justru dipolitisasi demi kepentingan tertentu. Gerah melihat manusia-manusia dirampas haknya. Apalagi ketika memasuki bulan Desember, bulan yang seharusnya penuh dengan damai, namun dirusak oleh agenda tahunan penerbitan fatwa haram untuk mengucapkan selamat Natal.

    Melalui perjumpaan dan relasi dengan Vina, dan teman-teman Gusdurian. Saya belajar banyak hal. Paling tidak saya tidak merasa sendirian. Saya tidak sendiri saat gerah dengan kekerasan atas nama agama yang terus terjadi. Saya tidak sendirian saat menangisi jatuhnya korban kebiadaban manusia atas nama agama. Pun saat ini, saya tidak sendirian saat berhadapan dengan pandemi. Ya, saya tidak sendirian di tengah Natal yang hening tahun ini. Ucapan selamat Natal dari Vina meneguhkan saya untuk terus menjalani panggilan saya: menyemai pengampunan di mana saja, menebar benih belas kasih di mana saja, menebar keadilan di mana saja, dengan harapan, kebenaran dan perdamaian pun bisa bertumbuh mengiringinya.

    Natal tahun ini memang berbeda. Alih-alih kita merayakan dengan hingar-bingar, kita diajak untuk larut dalam refleksi dan perenungan diri. Pandemi ini mau tidak mau mengubah hidup kita, termasuk bagaimana kita memaknai kehadiran Allah dalam diri Yesus yang lahir ke dunia. Dalam bukunya yang berjudul Labirin kehidupan, pdt. Joas Adiprasetya menyebutkan bahwa Natal adalah perjumpaan antara keramahtamahan ilahi dan keramahtamahan insani. Anak Allah yang menjadi manusia itu menjadi bukti keramahtamahan Allah dalam menyambut manusia yang terasing di dalam dunia, yang adalah juga rumah Allah. Dalam rekonstruksinya atas peristiwa kelahiran Yesus, pak Joas menjelaskan bahwa kelahiran Yesus bukanlah sebuah tanda penolakan, melainkan penerimaan. Tuan dan nyonya rumah menerima Yusuf dan Maria yang tengah mengandung dan menempatkan mereka di ruang bawah, karena ruang tamu atas (kataluma) sudah penuh. Tindakan sang tuan/nyonya rumah itu adalah sebuah tindakan etis menerima orang asing (stranger) sebagai tamu (guest), bahkan sahabat (friend). Proses transisi dari stranger-guest-friend inilah yang menjadi ciri yang sangat khas dalam semua bentuk keramahtamahan. Tahun ini, saya merasakan keramahtamanan insani dari sosok Vina, seorang muslim yang membuka dirinya untuk berbagi duka dan berbagi sukacita, yang meneguhkan saya untuk menjalani panggilan dharma.

    • 18 分鐘
    Mengapa Harus Takut

    Mengapa Harus Takut

    Melalui wahyu kepada Yohanes, Allah menyampaikan pesan kepada ketujuh jemaat Kristen di Asia. Isi pesan itu adalah: pertama, dunia penuh kejahatan; jemaat Kristen mungkin harus menderita, bahkan berisiko menghadapi kematian. Kedua, Yesus adalah Tuhan yang akan menaklukkan semua manusia dan semua kekuatan yang melawan Allah, termasuk kekaiasaran Roma. Ketiga, Allah menganugerahkan berkat bagi orang-orang yang setia kepada-Nya, terutama bagi mereka yang harus kehilangan nyawa demi Dia.

    Wahyu 21:1-6 merupakan bagian dari penyataan Allah mengenai janji pemulihan bagi jemaat yang teraniaya. Gambaran turunnya kota Yerusalem menjadi penanda bahwa Allah berkenan tinggal di tengah-tengah umat pilihan-Nya (ay. 2-3). Pemakaian kata “alfa” dan “omega” yang merupakan huruf pertama dan terakhir bahasa Yunani menjadi simbol kesempurnaan dan totalitas Allah (ay. 6). Kehadiran Allah dalam totalitas dan kesempurnaan inilah yang memperbarui semuanya (ay. 4-5).  Pada akhirnya, pembaruan yang dilakukkan Allah memberikan harapan baru manusia.

    Ada kalanya memang, kita harus berhadapan dengan kesulitan, tantangan, dan beban hidup yang harus kita tanggung. Ditambah lagi dengan situasi pandemi Covid 19 yang membuat kita harus berjuang melawan kecemasan, trauma, bahkan ancaman kematian. Namun, itu semua bukanlah tanda bahwa kita harus menyerah. Selalu ada harapan, bahkan ketika kita berada dalam situasi yang paling  kelam sekalipun! Sang Pemberi Harapan itu adalah Allah di dalam totalitas dan kesempurnaan-Nya yang hadir dan tinggal di tengah-tengah kita.

    • 8 分鐘
    Adven: Pengharapan di Tengah Pandemi dan Tragedi

    Adven: Pengharapan di Tengah Pandemi dan Tragedi

    Adven kali ini berbeda. Kita masih berjibaku dengan pandemi yang memaksa kita hidup dengan kebiasaan baru, yang kita kenal dengan istilah new normal. Ditambah kisah tragis yang dialami oleh satu keluarga di desa Lembantongoa, kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah yang dibunuh secara keji oleh kelompok Mujahiddin Indosesia Timur. Jadi Adven tahun ini kita berada di tengah pandemi dan tragedi. Lalu apa maknanya bagi kita? 

    Pandemi dan tragedi yang terjadi seolah-olah menjadi katalisator yang memperdalam pencarian makna tentang Adven. Di saat umat Kristen menantikan datangnya Kristus, negeri kita menantikan rekonsiliasi, dan dunia pun tengah menantikan pemulihan atas pandemi. Kita semua sama-sama berada di masa penantian. Entah kapan terwujudnya, yang pasti penantian itu menjadi penanda harapan. Kita menantikan sesuatu karena memiliki harapan atas sesuatu itu. Hanya orang-orang yang memiliki harapanlah yang bisa melakukan penantiaan. Semua hal itu membuat makna Adven ini terasa lebih membumi, karena relate banget dengan realitas dan konteks saat ini. Dalam situasi seperti ini, kita diajak untuk membuka mata dan membuka hati. Tidak hanya membuka mata dan hati, tetapi kita juga diajak memberi ruang bagi perjuangan dan penantian orang lain di dalam konstruksi penantian kita, dan menjadikan penantian mereka sebagai penantian kita juga. Menjadikan harapan mereka sebagai harapan kita juga. Dengan demikian, segala upaya dan perjuangan yang kita lakukan, seharusnya upaya dan perjuangan itu bukan hanya diperuntukkan bagi diri kita sendiri, tetapi bagi pemenuhan penantian dan harapan orang lain di sekeliling kita. Jadi selalu ada sisi komunal di dalam ruang personal kita. Selalu ada ruang sosial di dalam individu kita. Jadi, masa Adven adalah saat bagi kita untuk membentuk ulang, merekonstruksi diri kita dengan mengikis egosentrisme dalam diri dan memperkuat sisi altruis kita. Konkretnya, di dalam konstruksi harapan kita, kita pun menjadi harapan bagi sesama kita.

    • 15 分鐘
    Berani Menjalani Hidup

    Berani Menjalani Hidup

    Bob Marley (1945-1981) pernah mengatakan, “Some people feel the rain, others just get wet.” Hanya beberapa orang saja yang bisa menikmati hujan, sementara yang lain hanya merasakan basah! Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa merasakan hujan dan tidak hanya sekedar mendapatkan “basahnya?” Caranya sederhana. Jika memang situasinya sedang turun hujan, ya dinikmati saja. Tidak usah menyesal berkepanjangan karena ada agenda kita yang batal, atau mungkin kita yang kebasahan karena hujan yang turun. Apakah berisiko? Tentu saja ya. Tetapi, bukankah kita tidak bisa mengubah realitas bahwa memang tengah turun? Jadi ya seperti kata legenda Bob Marley tadi, feel the rain. Nikmatilah hujan itu. Di tengah pandemi dengan risiko, ancaman, dan ketidakpastian hidup yang kini menjadi kepastian baru, kita didorong untuk terus menjalani hidup, sekaligus berbagi kehidupan dengan sesama kita. Jangan menyerah, tetapi harus berserah. Teruslah melangkah, tetapi dengan perhitungan yang matang. Mari kita menjalani hidup dengan penuh syukur karena kita berjalan di jalan Kristus, di dalam rengkuhan Bapa, Sang Jalan sekaligus Sang Tujuan.

    • 8 分鐘

關於宗教與靈修的熱門 Podcast

靈魂相談室
Rita Weng
馬修靈異怪談鬼故(廣東話)
Marcel
廣東話頌缽冥想療癒
Zensation Health頌缽冥想共修室
神仙補習班
謝依霖、丹丹老師
玄妙之门
宗妙美丽&喜番vience
X博士official
X博士official