10 episodes

Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah dengan cara-cara yang benar.

Radio Rodja 756 AM Radio Rodja 756AM

    • Religion & Spirituality
    • 4.8 • 334 Ratings

Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah dengan cara-cara yang benar.

    Shalat Ketika Safar

    Shalat Ketika Safar

    Shalat Ketika Safar ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Kitab Shahihu Fiqhis Sunnah wa Adillatuhu yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Musyaffa Ad-Dariny, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 13 Syawal 1445 H / 22 April 2024 M.















    Download kajian sebelumnya: Kapan Melakukan Sujud Sahwi?







    Kajian Tentang Shalat Ketika Safar







    Safar yang dimaksud dalam kajian ini adalah keluarnya seseorang dari daerahnya menuju ke tempat tertentu, yang perjalanan ini mencapai jarak tertentu yang jaraknya diperselisihkan oleh para ulama berapa jauhnya perjalanan itu.







    Ketika seseorang melakukan Safar, maka disyariatkan baginya untuk mengambil keringanan qashar. Qashar adalah dengan dijadikannya shalat yang asalnya empat rakaat (dzuhur, ashar, isya) menjadi dua rakaat ketika sedang Safar (perjalanan jauh), baik dalam keadaan takut atau aman.







    Para ulama sepakat bahwa qashar disyariatkan. Akan tetapi mereka memperselisihkan tentang hukum qashar, apakah dia keringanan yang wajib ataukah tidak wajib untuk diambil?







    Bagaimana penjelasan lengkapnya? Download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.







    Download mp3 Kajian























    Mari turut membagikan link download kajian tentang “Shalat Ketika Safar” penuh manfaat ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Jazakumullahu Khairan.

    • 51 min
    Perbuatan Mungkar yang Diriwayatkan oleh Kaum Sufi

    Perbuatan Mungkar yang Diriwayatkan oleh Kaum Sufi

    Perbuatan Mungkar yang Diriwayatkan oleh Kaum Sufi ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 28 Ramadhan 1445 H / 08 April 2024 M.















    Kajian tentang Perbuatan Mungkar yang Diriwayatkan oleh Kaum Sufi







    Ini merupakan lanjutan dari kisah-kisah aneh yang seringkali dinukil dari kaum Sufi, di mana kisah-kisah tersebut sering kali terkesan konyol dan jauh dari nilai-nilai kebenaran syariat. Meskipun demikian, kisah-kisah ini tetap tertera dalam buku-buku mereka. Beberapa contoh perbuatan mungkar itu seperti meremehkan neraka, meremehkan siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahkan meremehkan surga dan hal-hal besar lainnya dalam agama.







    Ibnu Jauzi mengatakan bahwa dalam uraian sebelumnya dijelaskan tentang banyaknya perbuatan dari kaum Sufi yang sebenarnya mungkar dalam tinjauan syariat. Beliau menyebutkan beberapa contoh perbuatan mungkar dan aneh tersebut, di antaranya:







    Salah satu cerita adalah yang dituturkan oleh Abu Ja’far Al-Kuraiti mengatakan, “Suatu malam aku mengalami junub sehingga harus mandi. Udara malam itu terasa sangat dingin. Oleh karena itu, aku mendapati jiwaku ini begitu lamban dan lalai untuk segera melakukannya.







    Kemudian jiwaku berbisik, ‘Andai kamu tidak mandi terlebih dulu hingga subuh tiba, air itu menjadi hangat bagimu. Ini pilihanmu, atau kamu harus masuk ke tempat pemandian sekarang juga. Apabila bukan pilihan pertama, berarti kamu telah membebani diri sendiri.’







    Aku berkata, ‘Aneh sekali! Aku biasa bermuamalah dengan Allah sepanjang hidup ini. Oleh karena itu aku wajib melakukan segala sesuatu untukNya. Namun kini jiwaku tidak bersegera melaksanakannya, dan aku mendapati diri ini diam dan lamban serta menunda-nundanya. Maka, aku harus bersumpah bahwa aku tidak akan mandi kecuali di sungai, aku bersumpah tidak akan mandi kecuali dengan memakai pakaian tambalan ini, dan aku bersumpah bahwa aku tidak akan mengeringkan pakaian ini di bawah sinar matahari.'”







    Demikianlah, atau seperti yang sufi itu ceritakan.







    Ibnul Jauzi mengatakan bahwa Abu Ja’far Al-Kuraiti sengaja menuturkan kisah pribadinya untuk menunjukkan suatu perbuatan baik. Beberapa orang menukilkan ini untuk menjelaskan keutamaannya. Padahal amalan itu murni kejahilan dan kebodohan belaka. Karena ia sudah durhaka kepada Allah dengan amal yang dilakukannya tersebut.







    Hanya saja kalangan awam yang jahil tentu akan kagum dengan perbuatan seperti itu. Sementara dia bukan ulama dan bukan siapa-siapa. Karena siapa pun tidak boleh menyiksa diri sendiri dengan hal semacam itu. Kita tahu ada satu riwayat yang terjadi dizaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika ada seorang yang bersafar bersama rekan-rekannya. Kemudian, di malam hari, kepalanya tertimpa batu sehingga luka. Malamnya dia junub, dan paginya dia bertanya kepada rekan-rekannya apa yang harus aku lakukan, apakah aku harus mandi atau bagaimana? Teman-temannya menjawab bahwa dia harus mandi, maka dia pun mandi dengan luka pada kepalanya. Akibat dari perbuatan itu, dia meninggal dunia karena malam itu sangat dingin dan dia memaksakan diri mandi dalam kondisi yang sangat dingin.







    Maka sampailah berita itu kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, nabi mencela mereka dan berkata,

    • 32 min
    Sunnah di Hari ‘Id

    Sunnah di Hari ‘Id

    Sunnah di Hari ‘Id adalah kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 28 Ramadhan 1445 H / 08 April 2024 M.







    Kajian Tentang Sunnah di Hari ‘Id







    ‘Id (عيد) dari kata عَادَ – يَعُوْدُ yang artinya kembali. Jadi ‘id artinya adalah perayaan, karena dia kembali dan berulang setiap tahun.







    Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, dia berkata,







    دَخَلَ أَبُو بَكْرٍ وَعِنْدِي جَارِيَتَانِ مِنْ جَوَارِي الْأَنْصَارِ تُغَنِّيَانِ بِمَا تَقَاوَلَتْ الْأَنْصَارُ يَوْمَ بُعَاثَ قَالَتْ وَلَيْسَتَا بِمُغَنِّيَتَيْنِ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ أَمَزَامِيرُ الشَّيْطَانِ فِي بَيْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَلِكَ فِي يَوْمِ عِيدٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَا بَكْرٍ إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَهَذَا عِيدُنَا







    “Abu Bakar masuk ke rumahku sementara di sisiku ada dua anak gadis Anshar yang keduanya melakukan nyanyian yang biasa dinyanyikan oleh kaum Ansha pada hari raya Bu’ats.” Kemudian Aisyah melanjutkan, “Kedua anak wanita ini bukan penyanyi. Abu Bakar berkata, ‘Apakah ada seruling setan di rumah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?!’ Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata, ‘Wahai Abu Bakar, setiap kaum itu punya perayaannya, dan sekarang adalah hari raya kita.'” (HR. Bukhari)







    Dari hadits ini kita dapat keterangan bahwa di hari Idul Fitri adalah hari bahagia. Dan tadi ada dua wanita yang bernyanyi dengan asal nyanyi karena mereka bukan penyanyi. Ini menunjukkan boleh bersenang-senang di hari Idul Fitri.







    Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.







    Dengarkan dan Download Kajian Sunnah di Hari ‘Id























    Jangan lupa untuk turut menyebarkan kebaikan dengan membagikan link kajian “Sunnah di Hari ‘Id” ini ke media sosial Antum. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan Antum semua.

    • 35 min
    Kiat Meyakinkan Remaja

    Kiat Meyakinkan Remaja

    Kiat Meyakinkan Remaja merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 29 Ramadhan 1445 H / 09 April 2024 M.















    Kajian Tentang Kiat Meyakinkan Remaja







    Sejatinya, kemampuan meyakinkan adalah keterampilan yang bisa dipelajari. Ada beberapa cara yang bisa kita tempuh untuk mengasah kemampuan meyakinkan. Diantaranya adalah:







    Memulai dengan keikhlasan







    Mendidik itu adalah ibadah; perlu keikhlasan. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberkahi niat yang baik dan menjadikan orang yang melakukannya mampu mempengaruhi. Kata-kata yang keluar dari hati yang ikhlas. Bobotnya tentu tidak sama dengan kata-kata yang keluar dari hati yang tidak ikhlas.







    Maka ikhlaskan niat kita karena Allah Subhanahu wa Ta’ala; ini adalah usaha kita, adapun keputusan akhir ada di tanganNya. Allah memberikan hidayah dan menundukkan hati manusia menurut kehendakNya. Manusia dapat hidayah itu karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan semata-mata karena kehebatan, kemampuan, atau kepintaran kita. Hanya saja kita diperintahkan untuk mengerahkan kemampuan yang dimiliki.







    Jangan terlalu terbawa ambisi dan keinginan, sehingga kadang-kadang memicu emosi ketika kata-kata kita diabaikan atau ditolak. Ini kembali kepada niat. Sebenarnya kita hanya orang yang diperintahkan untuk menyampaikan.







    وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ







    “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Az-Zariyat[51]: 55)







    …فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ…







    “Karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka.” (QS. Ar-Ra’d[13]: 40)







    Kita tidak punya kuasa; bahkan nabi sekalipun tidak punya kuasa untuk memberikan hidayah kepada orang-orang yang beliau cintai. Allah mengatakan,







    إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ…







    “Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya.” (QS. Al-Qasas[28]: 56)







    Maka ikhlaskan niat, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala membantu kita karena Allah akan membantu orang-orang yang mukhlis dan memudahkan urusan kita. Tentunya, dampaknya terhadap orang yang mendengar kata-kata yang keluar dari hati yang ikhlas tidak sama dengan kata-kata yang tidak terisi dengan keikhlasan.







    Yakinkan diri terlebih dahulu







    Tanyakan terlebih dulu kepada diri kita, apakah yakin dengan apa yang kita katakan? Karena orang yang tidak yakin terhadap apa yang dikatakannya tidak akan mampu meyakinkan orang lain. Artinya, di sini kita berada pada ilmu yang jelas, sebagaimana perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an,







    قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي…







    “Katakanlah: ‘Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata.'” (QS. Yusuf[12]: 108)







    Makna “Inilah jalanku” adalah perlu keyakinan dan ketegasan bahw...

    • 46 min
    Khutbah Idul Fitri: Jiwa Taslim

    Khutbah Idul Fitri: Jiwa Taslim

    Khutbah Idul Fitri: Jiwa Taslim ini merupakan rekaman khutbah idul fitri yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Rabu, 1 Syawal 1445 H / 10 April 2024 M.















    Khutbah Idul Fitri: Jiwa Taslim







    Kita bersyukur kepada Allah di hari ini yang telah memberikan kepada kita nikmat yang besar dan agung, di mana Allah mensyariatkan puasa Ramadhan sebulan penuh untuk mensucikan hati dan dosa-dosa kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyariatkan bulan Ramadhan untuk kebaikan kita, dan Allah tidak diuntungkan sama sekali dengan amal ibadah kita. Kita yang butuh kepada amal ibadah, dan Allah tidak butuh kepada amal kita. Allah berfirman,







    إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ…







    “Jika kalian berbuat kebaikan, maka itu untuk diri kalian sendiri, dan jika kalian berbuat keburukan, maka itu pun untuk kalian sendiri.” (QS. Al-Isra'[17]: 7)







    Allah syariatkan bulan Ramadhan agar kita menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan ketakwaan itulah kita bisa masuk ke dalam surga Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah Allah janjikan untuk orang-orang yang bertakwa. Allah berfirman,







     إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ ‎﴿١٥﴾‏ آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَٰلِكَ مُحْسِنِينَ ‎﴿١٦﴾‏ كَانُوا قَلِيلًا مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ ‎﴿١٧﴾‏ وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ ‎﴿١٨﴾







    “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di surga dan mata air yang mengalir. Mereka mengambil kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka. Sesungguhnya dahulu di dunia, mereka suka berbuat ihsan. Mereka dahulu di dunia sedikit tidurnya di waktu malam, dan di akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Az-Zariyat[51]: 16)







    Dengan bulan Ramadhan, yang Allah ingin dari kita adalah jiwa taslim, yaitu tunduk pasrah kepada Allah, siap diatur oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di bulan Ramadhan, kita meninggalkan syahwat makan dan minum, kita meninggalkan syahwat jima’, kita berani menahan dahaga dan lapar untuk mendapatkan pahala Allah yang besar. Kita pun tunduk dan pasrah kepada Allah, kita berusaha mengorbankan sedikit kenikmatan dunia kita demi mendapatkan ampunan dan ridha Allah.







    Itulah jiwa taslim, dimana seseorang tidak akan sempurna keimanannya kecuali dengan jiwa taslim. Allah berfirman,







    فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا







    “Tidak demi Rabbmu, mereka tidak beriman (sampai memenuhi tiga syarat); sampai mereka menjadikan engkau (Hai Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan; kemudian mereka tidak merasakan rasa berat di hatinya untuk menerima keputusanmu, dan mereka pun menyerahkan dirinya kepada Allah dengan sebenarnya.” (QS. An-Nisa'[4]: 65)







    Jiwa taslim tidaklah mudah untuk kita dapatkan. Karena manusia memiliki hawa nafsu dan syahwat. Iblis dan bala tentaranya pun berusaha untuk menggoda manusia sehingga banyak di antaranya manusia yang lebih memilih kemaksiatan, tidak mau tunduk dengan aturan Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka lebih ridha diatur oleh hawa nafsunya, bahkan mempertuhankan hawa nafsunya. Sehingga akhirnya Allah pun sesatkan ia walaupun ia memiliki ilmu.

    • 19 min
    Talbis Iblis Terhadap Kaum Sufi yang Meremehkan Neraka

    Talbis Iblis Terhadap Kaum Sufi yang Meremehkan Neraka

    Talbis Iblis Terhadap Kaum Sufi yang Meremehkan Neraka ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 28 Ramadhan 1445 H / 08 April 2024 M.















    Kajian tentang Talbis Iblis Terhadap Kaum Sufi yang Meremehkan Neraka







    Talbis Iblis terhadap kaum Sufi berkaitan dengan syathah ataupun perkara-perkara konyol ataupun rendah yang dinisbatkan kepada tokoh-tokoh mereka, di antaranya adalah Abu Yazid al-Busthami yang berkata, “Aku berharap kiamat segera terjadi, agar aku bisa memasang tendaku di neraka jahanam.”







    Perkataan ini dinisbatkan kepada Abu Yazid Al-Busthami dan tercantum dalam buku-buku mereka yang menjadi rujukan kaum Sufi. Lalu seorang bertanya kepadanya, “Mengapa Anda berkata seperti itu, wahai Abu Yazid?” Maka dia berkata, “Karena aku tahu bahwa neraka jahanam akan padam ketika melihatku, sehingga aku bisa menjadi rahmat bagi seluruh makhluk.” Begitu jawabannya. Tentunya ini perkataan yang sangat merendahkan neraka.







    Ibnu Jauzi mengatakan ucapan Abu Yazid al-Busthami ini sangat buruk karena mengandung unsur pelecehan dan meremehkan neraka, salah satu tempat yang Allah Subhaanahu wa Ta’ala ceritakan tentang kedahsyatannya di dalam Al-Qur’an. Sungguh, dikala menyebut neraka, Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu mengingatkan kita atas bahayanya, kedahsyatan dan kengeriannya. Di antaranya firman Allah Subhaanahu wa Ta’ala,







    …فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ…







    “Maka takutlah kamu terhadap neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu-batu.” (QS. Al-Baqarah[2]: 24)







    Demikian pula, Allah bercerita tentang neraka,







    إِذَا رَأَتْهُمْ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ سَمِعُوا لَهَا تَغَيُّظًا وَزَفِيرًا







    “Apabila neraka melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar suaranya yang bergemuruh karena marahnya neraka itu.” (QS. Al-Furqan[25]: 12)







    Ayat ini menceritakan kepada kita bagaimana kengerian dan kedahsyatan neraka. Dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yang bercerita tentang siksa-siksa yang ada di dalam neraka, hingga Allah selalu mensifati neraka dengan adzab yang sangat pedih, sangat dahsyat, sangat keras, dan semisalnya.







    Demikian juga di dalam hadits, diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda tentang api neraka,







    إِنَّ نَارَكُمْ هَذِهِ مَا يُوقِدُ بَنُو آدَمَ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ حَرِّ جَهَنَّمَ







    “Sesungguhnya api yang dinyalakan anak Adam di dunia itu hanyalah satu dari 70 bagian dari panasnya neraka jahanam.”







    Para sahabat bertanya kepada Nabi, “Demi Allah, api dunia ini saja sudah cukup untuk membakar orang-orang yang durhaka Wahai Rasulullah.”







    Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata,







    فَإِنَّهَا فُضِلِّتْ عَلَيْهَا بِتِسْعَةٍ وَسِتِّينَ جُزْءًا كُلُّهُنَّ مِثْلُ حَرِّهَا







    “Sungguh api neraka itu 69 kali lipat lebih panas daripada api dunia dan masing-masing kelipatan panasnya itu sama dengan panasnya api dunia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

    • 36 min

Customer Reviews

4.8 out of 5
334 Ratings

334 Ratings

Edi Ahmed68 ,

Pewaris para Nabi

Dakwah sesuai Alquran dan Hadist dan pemahaman salafus shalih
Buat yg diberi kelebihan harta oleh Allah mohon dibantu dakwah Sunnah ini.

Um.Aisyah ,

Barakallahu fiiikum

Barakallahu fiikum jami’an, semoga podcast nya selalu update ya, min.
Syukran

abu farros ,

Sangat bermanfaat

Baarokallohu fiikum

Top Podcasts In Religion & Spirituality

Hanan Attaki
Hanan Attaki
Mishary Rashid Alafasy
Muslim Central
Firanda Andirja Official
Firanda Andirja
Podcast Dakwah Sunnah
podcastdakwahsunnah
Joel Osteen Podcast
Joel Osteen, SiriusXM
Adi Hidayat Official
adihidayatofficial

You Might Also Like

Podcast Dakwah Sunnah
podcastdakwahsunnah
Firanda Andirja Official
Firanda Andirja
Rumayshocom
Rumaysho.com
Radio Muhajir Project
Muhajir Project
Mishary Rashid Alafasy
Muslim Central
Cerita Sejarah Islam
Cerita Sejarah Islam Podcast