1 hr 36 min

Eps. 12: The Big Money 2112 Podcast

    • Philosophy

It's the power and the glory,
It's a war in paradise.
It's a Cinderella story,
On a tumble of the dice.
“The Big Money” adalah lagu pembuka dalam album “Power Windows” (1985) yang bercerita tentang kapitalisme global. Tanpa harus repot-repot mengambil kelas pengantar ekonomi makro ataupun belajar kritisisme Marxian, kita dapat menyimak pandangan pribadi Neil Peart - sebagai penulis lirik - tentang akumulasi kapital. Peart, seperti biasa, mencoba bertutur secara obyektif tanpa berpretensi memasukkan jargon perlawanan maupun dukungan. Menurut Sjamsu Rahardja, seorang ekonom dari World Bank yang sekarang menempati pos di Nursultan (dahulu Astana), Kazakhstan, lirik lagu “The Big Money” mengingatkannya pada sebuah peristiwa penting dalam percaturan ekonomi global yang sejaman dengan album “Power Windows.” Yaitu, di saat ekspansi ekonomi Jepang ke Amerika. Peart sendiri mengakui bahwa inspirasi lirik tersebut diperolehnya dari buku berjudul sama, karya John Dos Passos. “The Big Money” (1936) merupakan kritik Dos Passos terhadap gagasan “American Dream” yang menurutnya hanya akan membuat manusia kehilangan otentisitas.

Sjamsu sendiri adalah gitaris legendaris dari Brawijaya Band, band sekolahan asal SMA Pangudi Luhur, Jakarta, yang dikenal sangat progresif (dalam konteks aliran musik bukan dalam konteks ideologi politik) pada kurun 1985-1988. Kepada Barto dan Yuka, Sjamsu menceritakan bagaimana pertemuannya dengan RUSH sejak masih duduk di bangku SMP hingga kuliah. Mulai dari rasa penasarannya dengan gambar “starman” yang tertempel pada jaket jeans milik kakak-kakak kelasnya, saling tukar teknik bermain gitar lagu “The Trees” di warung dekat sekolah, memainkan lagu YYZ semasa SMA, hingga pemahamannya atas makna lirik “The Big Money” ketika duduk di bangku kuliah. Simak obrolan ngalor-ngidul ketiga fanboys RUSH dalam episode ke duabelas ini.

It's the power and the glory,
It's a war in paradise.
It's a Cinderella story,
On a tumble of the dice.
“The Big Money” adalah lagu pembuka dalam album “Power Windows” (1985) yang bercerita tentang kapitalisme global. Tanpa harus repot-repot mengambil kelas pengantar ekonomi makro ataupun belajar kritisisme Marxian, kita dapat menyimak pandangan pribadi Neil Peart - sebagai penulis lirik - tentang akumulasi kapital. Peart, seperti biasa, mencoba bertutur secara obyektif tanpa berpretensi memasukkan jargon perlawanan maupun dukungan. Menurut Sjamsu Rahardja, seorang ekonom dari World Bank yang sekarang menempati pos di Nursultan (dahulu Astana), Kazakhstan, lirik lagu “The Big Money” mengingatkannya pada sebuah peristiwa penting dalam percaturan ekonomi global yang sejaman dengan album “Power Windows.” Yaitu, di saat ekspansi ekonomi Jepang ke Amerika. Peart sendiri mengakui bahwa inspirasi lirik tersebut diperolehnya dari buku berjudul sama, karya John Dos Passos. “The Big Money” (1936) merupakan kritik Dos Passos terhadap gagasan “American Dream” yang menurutnya hanya akan membuat manusia kehilangan otentisitas.

Sjamsu sendiri adalah gitaris legendaris dari Brawijaya Band, band sekolahan asal SMA Pangudi Luhur, Jakarta, yang dikenal sangat progresif (dalam konteks aliran musik bukan dalam konteks ideologi politik) pada kurun 1985-1988. Kepada Barto dan Yuka, Sjamsu menceritakan bagaimana pertemuannya dengan RUSH sejak masih duduk di bangku SMP hingga kuliah. Mulai dari rasa penasarannya dengan gambar “starman” yang tertempel pada jaket jeans milik kakak-kakak kelasnya, saling tukar teknik bermain gitar lagu “The Trees” di warung dekat sekolah, memainkan lagu YYZ semasa SMA, hingga pemahamannya atas makna lirik “The Big Money” ketika duduk di bangku kuliah. Simak obrolan ngalor-ngidul ketiga fanboys RUSH dalam episode ke duabelas ini.

1 hr 36 min