9 episodi

Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah dengan cara-cara yang benar.

Radio Rodja 756 AM Radio Rodja 756AM

    • Religione e spiritualità

Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah dengan cara-cara yang benar.

    Jalan Yang Lurus – Tafsir Surah Ali Imran 51

    Jalan Yang Lurus – Tafsir Surah Ali Imran 51

    Jalan Yang Lurus – Tafsir Surah Ali Imran 51 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 18 Dzulhijjah 1445 H / 25 Juni 2024 M.















    Download kajian sebelumnya: Mukjizat Nabi Isa ‘Alaihis Salam – Tafsir Surah Ali Imran 49







    Jalan Yang Lurus – Tafsir Surah Ali Imran 51







    Kita masih melanjutkan faedah dari firman Allah,







     إِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ ۗ هَٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ ‎﴿٥١﴾‏







    “Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian, maka sembahlah Allah saja, inilah jalan yang lurus.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 51)







    Jalan yang lurus adalah hakikatnya menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala saja.







    Kita mengambil faedah dari ayat ini, kata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah, umumnya rububiah Allah umum untuk seluruh manusia karena Allah pencipta manusia seluruhnya, pencipta langit dan bumi, pencipta alam semesta. Maka Allah adalah Rabb segala sesuatu, Allah Rabb kita. Maka kalau antum ditanya “Man rabbuka?” (Siapa Tuhanmu?), maka kita katakan “Rabbiyallah” (Rabbku Allah).







    Yang aneh, saya melihat di YouTube ada orang yang mengatakan “Man rabbuka?” dijawab “Rabi Ghufron.” Laa ilaaha illallah, demi Allah ini kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari Islam. Siapa yang meyakini bahwa rabbnya selain Allah, maka dia kafir murtad dari agama Islam. Yang menciptakan kita Allah, yang menciptakan langit dan bumi Allah, yang menciptakan si Ghufron itu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka kewajiban kita adalah hanya menyembah Allah saja, beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla.







    Faedah yang selanjutnya, Nabi Isa itu makhluk bukan Tuhan, karena Nabi Isa berkata “Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian.” Nabi Isa tidak pernah sekalipun mengaku-ngaku dirinya Tuhan. Nabi Isa ‘Alaihish Shalatu was Salam adalah makhluk yang Allah ciptakan, namun Allah mengutamakan Nabi Isa dengan risalah dan kenabian.







    Faedah selanjutnya adalah ayat ini membantah klaim orang Nasrani bahwa Allah itu tiga dari yang tiga, atau yang disebut dengan Trinitas, di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala tegas mengkafirkan orang yang mengatakan demikian. Allah berfirman,







    لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ…







    “Sungguh telah kafir orang yang mengatakan, ‘Allah itu salah satu dari yang tiga.'” (QS. Al-Ma’idah[5]: 73)







    Maka orang yang punya keyakinan bahwa Nabi Isa itu Tuhan, kita kaum muslimin semua sepakat dia bukan muslim. Namun, kaum muslimin semuanya beriman kepada Nabi Isa, sebagai hamba Allah dan rasul-Nya. Kaum muslimin wajib mencintai Nabi Isa (Yesus). Orang yang membenci Nabi Isa maka ia kafir murtad dari agama Islam. Orang yang mendustakan Nabi Isa maka dia bukan muslim. Jadi, orang yang mendustakan satu nabi berarti dia sudah mendustakan semua nabi. Namun, kita kaum muslimin meyakini Nabi Isa itu adalah hamba Allah yang Allah ciptakan dan rasul-Nya.







    Faedah selanjutnya adalah wajibnya beribadah kepada Allah saja karena Allah berfirman, “Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian maka beribadahlah kepada-Nya.

    • 57 min
    Metode Dakwah Nabi Syuaib

    Metode Dakwah Nabi Syuaib

    Metode Dakwah Nabi Syuaib adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 17 Dzulhijjah 1445 H / 24 Juni 2024 M.







    Kajian sebelumnya: Kisah Nabi Syuaib ‘Alaihis Salam















    Kajian Tentang Metode Dakwah Nabi Syuaib







    Pada kesempatan yang lalu kita bahas tentang beberapa metode yang dipakai oleh Nabi Syuaib ketika berdakwah mengajak kaumnya taat kepada Allah. Kita baru membahas tiga. Yaitu:









    * Nabi Syuaib ‘Alaihis Salam berdakwah dengan cara beliau mendekati dan mengambil hati kaumnya dengan “Wahai kaumku,” maksudnya agar tidak ada sekat antara dai dengan yang didakwahi.







    * Nabi Syuaib mengabarkan bahwa tidak menginginkan upah dari dakwahnya dan tidak menginginkan apapun yang ada di tangan mereka. Ini pun menunjukkan tentang keikhlasan dari dakwah Nabi Syuaib. Nabi Syuaib adalah nabi yang Allah utus dan mendakwahi mereka dengan dakwah tauhid.







    * Nabi Syuaib mengingatkan mereka tentang nikmat-nikmat Allah yang Allah berikan kepada mereka. Maksudnya supaya mereka bersyukur kepada Allah, agar mereka ibadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan Allah dengan yang lainnya.









    Kita akan lanjutkan dari malam ini uslub yang keempat, yaitu Nabi Syuaib menegakkan amar makruf nahi munkar (memerintahkan kaumnya untuk melakukan kebaikan dan mencegah perbuatan kemungkaran) dengan cara bertahap, dengan cara yang sangat baik, lembut, dan kadang juga dengan menakut-nakuti.







    Allah Ta’ala berfirman tentang perkataan dan dakwah Nabi Syuaib:







    …فَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ‎﴿٨٥﴾







    “Sempurnakanlah takaran dan timbangan, janganlah kalian mengurangi hak-hak manusia. Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi setelah perbaikannya. Yang demikian itu lebih baik untuk kalian jika kalian beriman.” (QS. Al-A’raf[7]: 85)







    وَلَا تَقْعُدُوا بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوعِدُونَ وَتَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِهِ وَتَبْغُونَهَا عِوَجًا ۚ وَاذْكُرُوا إِذْ كُنتُمْ قَلِيلًا فَكَثَّرَكُمْ ۖ وَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ ‎﴿٨٦﴾







    “Dan janganlah kalian duduk di setiap jalan untuk menakut-nakuti dan menghalang-halangi dari jalan Allah orang yang beriman kepadaNya, dan kalian menginginkannya menyimpang. Dan ingatlah ketika kalian itu sedikit, kemudian Allah jadikan kalian banyak. Lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. Al-A’raf[7]: 86)







    Ini dakwahnya Nabi Syuaib. Dakwahnya memerintahkan mereka berbuat kebaikan dan mencegah perbuatan kemungkaran dengan tadaruj. Di antaranya, Nabi Syuaib melarang mereka berbuat curang dalam berjual beli, dalam menakar, dan dalam menimbang, serta tidak boleh mengurangi hak manusia.







    Nabi Syuaib dalam ayat-ayat ini setelah beliau mendakwahi kaumnya dengan dakwah tauhid, beliau memusatkan perhatiannya pada tiga hal dasar. Yang pertama, memerintahkan kaumnya untuk menjaga harta manusia. Allah Ta’ala berfirman pada ayat di atas,

    • 56 min
    Berjuang Memperbaiki Diri Sendiri

    Berjuang Memperbaiki Diri Sendiri

    Berjuang Memperbaiki Diri Sendiri adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Hadits-Hadits Perbaikan Hati. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada Senin, 17 Dzulhijjah 1445 H / 24 Juni 2024 M.















    Kajian Islam Ilmiah Tentang Berjuang Memperbaiki Diri Sendiri







    Dari sahabat Fadhalah bin ‘Ubaid, beliau mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkhutbah di Haji Wada, beliau mengatakan,







    أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِالْمُؤْمِنِ؟ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ، وَالْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ النَّاسُ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ، وَالْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللهِ ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ الْخَطَايَا وَالذَّنُوبَ







    “Maukah aku beritahukan siapa orang yang beriman? Orang beriman adalah orang yang manusia aman atas harta dan jiwa mereka. Muslim sejati adalah orang yang manusia lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Mujahid sesungguhnya adalah yang berjihad melawan hawa nafsunya untuk ketaatan kepada Allah. Orang yang berhijrah sesungguhnya adalah orang yang berhijrah meninggalkan dosa dan maksiat.” (HR. Ahmad).







    Sesungguhnya di antara perkara penting di dalam kehidupan seorang muslim yaitu bersungguh-sungguh untuk melawan hawa nafsunya, memperbaiki dirinya, dan memaksanya untuk selalu berada di jalan istiqamah, kemudian meminta kepada Allah pertolongan untuk hal tersebut.







    Ayat yang berkaitan tentang perkara ini yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,







    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ‎﴿١٨﴾‏ وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ‎﴿١٩﴾‏ لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۚ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ ‎﴿٢٠﴾







    “Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah ia persembahkan untuk hari esok (hari akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. Janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang lupa kepada Allah maka Allah membuat mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik. Tidak sama antara penduduk neraka dan penduduk surga. Penduduk surga, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr[59]: 18)







    Berkata Syaikh Abdurrahman As-Sa’di Rahimahullah, ayat ini adalah ayat pokok dalam masalah introspeksi jiwa dan bahwasanya wajib bagi setiap orang untuk selalu memeriksa dan mengintrospeksi dirinya. Apabila ia melihat kekurangan, hendaklah ia segera memperbaikinya dan meninggalkan dosa tersebut dengan taubat yang sungguh-sungguh, kemudian menjauhi perkara-perkara yang bisa membuatnya terjatuh kembali kepada dosa tersebut. Apabila ia melihat dirinya lalai dari salah satu dari perintah-perintah Allah, hendaklah ia berusaha bersungguh-sungguh meminta pertolongan kepada Allah agar ia bisa memperbaiki kekurangan tersebut.







    Kemudian ia membandingkan antara nikmat-nikmat Allah, kebaikan-kebaikan Allah kepadanya dengan perbuatan dosa dan kelalaian ya...

    • 39 min
    Bab Larangan Meludah ke Depan Saat Shalat

    Bab Larangan Meludah ke Depan Saat Shalat

    Bab Larangan Meludah ke Depan Saat Shalat merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Mukhtashar Shahih Muslim yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Sabtu, 16 Dzulhijjah 1445 H / 23 Juni 2024 M.















    Bab Larangan Meludah ke Depan Saat Shalat







    Kita masuk ke bab larangan meludah ke depan saat shalat.







    Hadits 344:







    Dari Abu Hurairah, semoga Allah meridhainya, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat orang membuang ingus di kiblat masjid. Maka kemudian Rasulullah pun menghadap kepada manusia dan bersabda,







    مَا بَالُ أَحَدِكُمْ يَقُومُ مُسْتَقْبِلَ رَبِّهِ فَيَتَنَخَّعُ أَمَامَهُ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يُسْتَقْبَلَ فَيُتَنَخَّعَ في وَجْهِهِ فَإِذَا تَنَخَّعَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَنَخَّعْ عَنْ يَسَارِهِ تَحْتَ قَدَمِهِ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيَقُلْ هَكَذَا وَوَصَفَ الْقَاسِمُ فَتَفَلَ في ثَوْبِهِ ثُمَّ مَسَحَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ







    “Mengapa seseorang dari kalian berdiri menghadap Allah, lalu ia membuang ingus di hadapannya? Apakah seseorang dari kalian merasa suka jika ada orang yang membuang ingus di hadapannya? Maka apabila salah seorang dari kalian buang ingus, hendaklah ia buang ingus ke kirinya atau di bawah kakinya. Jika ia tidak mendapatkan tempat, hendaklah ia lakukan begini.” Maka Al-Qasim mensifati beliau meludah ke bajunya kemudian diusap satu sama lainnya (dikucek-kucek).” (HR. Muslim)







    Hadits ini kita ambil faedah:







    Pertama, haramnya buang ludah atau sejenisnya ke arah kiblat ketika sedang shalat. Dan ini hukumnya haram. Kenapa? Karena itu menunjukkan ketidakadaban dia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.







    Kedua, hadits ini menunjukkan bahwa seorang alim hendaklah memberikan teguran atau bimbingan ketika melihat ada orang yang melakukan perkara yang tidak layak. Di sini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika melihat ada orang yang meludah di kiblat masjid, segera nabi ingatkan. Beliau langsung bangun lalu kemudian berdiri menghadap manusia, kemudian beliau pun mengingatkan.







    Maka yang seperti ini hendaknya diingatkan. Seorang imam misalnya ketika melihat ada orang pas rukuk, terkadang kita lihat ada orang lari-lari. Walaupun itu anak-anak, tetap harus diingatkan. Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang mendatangi shalat dalam keadaan berlari tergesa-gesa. Rasulullah memerintahkan kita mendatangi shalat itu dengan tenang.







    Ketiga, Hadits ini juga menunjukkan penetapan adanya qiyas yang lebih tinggi. Di situ nabi mengatakan, “Suka tidak kalau ada orang yang meludah di hadapan kamu?” Maksudnya, kita saja tidak suka kalau ada orang yang ngeludah di depan kita, maka untuk Allah lebih tidak layak lagi.







    Kewajiban kita seorang hamba adalah mengagungkan Allah. Kepada kita saja kita tidak suka, apalagi kalau antum seorang raja, seorang presiden, seorang pemimpin. Kalau ada yang ngeludah di depan antum, kira-kira apa yang antum lakukan? Maka orang itu akan ditangkap.







    Keempat, hadits ini menunjukkan bahwa ludah manusia itu tidak najis. Karena nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menyuruh untuk mencuci atau mengambil air seperti halnya orang Arab Badui yang kencing di masjid, maka nabi menyuruh untuk meminta mengambil seember air kemudian diguyurkan. Adapun untuk ini tidak, itu menunjukkan bahwa ludah atau sejenisnya tidak najis. Namun,

    Beriman Terhadap Hari Kiamat

    Beriman Terhadap Hari Kiamat

    Beriman Terhadap Hari Kiamat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Hadits-Hadits Perbaikan Hati. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada Senin, 10 Dzulhijjah 1445 H / 17 Juni 2024 M.















    Kajian Islam Ilmiah Tentang Beriman Terhadap Hari Kiamat







    Dari Abdurrahman bin Abd Rabbil Ka’bah, ia mengatakan, “Kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sebuah perjalanan, lalu kami singgah di suatu tempat. Di antara kami ada yang memperbaiki tendanya, ada yang berlatih memanah, dan ada yang mengurus hewan kendaraannya. Tiba-tiba penyeru yang diutus Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyeru, “Mari berkumpul untuk shalat.” Maka kami pun berkumpul kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau bersabda, “Sesungguhnya tidak ada nabi sebelumku kecuali berkewajiban atasnya menunjukkan umatnya kepada kebaikan yang ia ketahui untuk mereka, dan memperingatkan mereka dari keburukan yang ia ketahui untuk mereka. Adapun umat kalian ini dijadikan keselamatannya pada awalnya, dan akan menimpa akhir umat ini ujian-ujian dan perkara-perkara yang kalian ingkari. Kemudian akan datang fitnah-fitnah yang membuat biasa sebagian dari sebagian yang lain. Fitnah itu membuat seorang mukmin berkata, ‘Inilah kebinasaanku,’ kemudian fitnah itu hilang, lalu datang lagi fitnah yang lain. Seorang mukmin berkata, ‘Inilah, inilah (kebinasaanku).’ Maka barangsiapa yang ingin dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, hendaklah ketika kematian mendatanginya sementara dia beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hendaklah ia memperlakukan orang lain sebagaimana ia ingin diperlakukan. Barangsiapa yang membaiat seorang pemimpin, lalu memberinya tangannya dengan sepenuh hati, hendaklah ia menaatinya semampunya. Jika ada orang lain yang melawannya dan ingin mengambil kekuasaannya, maka bunuhlah atau lawanlah orang yang ingin merebut kekuasaan tersebut.” Maka aku mendekat kepadanya dan berkata, “Aku bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apakah kamu mendengar ini dari Rasulullah saw?” Beliau pun mendekatkan kedua tangannya ke telinga dan hatinya, lalu berkata, “Telingaku mendengarnya sendiri dan hatiku memahaminya.” (HR. Muslim)







    Hadits yang agung ini terdapat penjelasan pentingnya beriman kepada hari akhir dan pengaruhnya yang besar kepada kebersihan dan keshalihan hati seorang hamba. Juga merupakan penyebab selamatnya dia dari fitnah dunia dan selamatnya dari azab di akhirat nanti. Maka barangsiapa yang menginginkan keselamatan untuk dirinya dari neraka dan ingin masuk surga, hendaklah dia selalu beriman kepada hari akhir sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala mewafatkannya di atas iman ini.







    Allah Ta’ala berfirman,







    فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ ‎﴿١٩﴾‏ إِنِّي ظَنَنتُ أَنِّي مُلَاقٍ حِسَابِيَهْ ‎﴿٢٠﴾‏ فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ ‎﴿٢١﴾‏ فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ ‎﴿٢٢﴾‏ قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ ‎﴿٢٣﴾‏ كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ ‎﴿٢٤﴾







    “Barangsiapa yang diberikan catatan kitab amalannya dengan tangan kanannya, maka ia mengatakan, ‘Inilah kitabku, silakan kalian baca. Sungguh, aku yakin bahwasanya aku akan menemui hisabku.

    Manusia Akan Dibangkitkan dari Kubur

    Manusia Akan Dibangkitkan dari Kubur

    Manusia Akan Dibangkitkan dari Kubur adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Syarh Hadits Jibril fi Ta’limiddiin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Iqbal Gunawan, M.A pada Rabu, 5 Dzulhijjah 1445 H / 12 Juni 2024 M.







    Kajian sebelumnya: Iman kepada Hari Akhir















    Kajian Islam Tentang Manusia Akan Dibangkitkan dari Kubur







    Pembahasan kita kali ini adalah melanjutkan topik sebelumnya, yaitu iman kepada hari akhir. Kita sudah sampai pada pembahasan tentang iman bahwa semua manusia akan dibangkitkan dari kuburan mereka dan akan dikumpulkan di padang mahsyar.







    Tanda kiamat yang terakhir adalah munculnya api yang akan mengumpulkan seluruh manusia ke tempat berkumpul mereka di padang mahsyar. Pada hari itu, tanah diganti dengan tanah yang lain. Tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain, tidak ada gunung, bahkan tanahnya pun sudah berubah. Tidak ada maksiat yang pernah dikerjakan di atasnya karena di situ semua manusia akan diadili seadil-adilnya.







    Ini terjadi setelah manusia mendatangi Nabi Adam ‘Alaihis Salam untuk meminta syafaat agar segera diputuskan di antara manusia. Namun, Nabi Adam meminta udzur untuk tidak memberi syafaat karena pernah berbuat dosa sehingga dikeluarkan dari surga. Kemudian, para manusia mendatangi Nabi Nuh yang juga meminta udzur karena pernah berdoa kepada Allah agar putranya diselamatkan dan kemudian ditegur oleh Allah. Lalu, mereka mendatangi Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa yang semuanya meminta udzur untuk tidak memberi syafaat.







    Akhirnya, manusia mendatangi nabi kita, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kemudian beliau mengatakan, “Saya yang akan memberikan syafaat.” Inilah yang disebut dengan Syafa’atul Udzma. Syafaat ini maksudnya agar Allah Subhanahu wa Ta’ala segera mengadili seluruh manusia dan memutuskan perkara di antara mereka. Di situlah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengadili seluruh manusia dengan seadil-adilnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,







    …وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا







    “Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak ada satupun yang Kami tinggalkan.” (QS. Al-Kahfi[18]: 47)







    Dari hadits ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha di dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, beliau mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,







    تُحْشَرُونَ حُفاةً عُراةً غُرْلًا قالَتْ عائِشَةُ: فَقُلتُ: يا رَسولَ اللَّهِ، الرِّجالُ والنِّساءُ يَنْظُرُ بَعْضُهُمْ إلى بَعْضٍ؟ فقالَ: الأمْرُ أشَدُّ مِن أنْ يُهِمَّهُمْ ذاكِ.







    “Kalian semua akan dikumpulkan dalam kondisi tidak memakai sandal, tidak memakai pakaian, dan belum dikhitan.” Maka ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha bertanya, “Wahai Rasulullah, kalau tidak memakai pakaian, maka lelaki dan wanita saling melihat satu sama lain?” Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Sungguh kondisi dan kejadian hari itu membuat mereka tidak memikirkan hal tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim)







    Jadi, tidak ada lagi pikiran macam-macam pada hari itu, meskipun semuanya tidak memakai pakaian. Karena hari itu adalah hari yang sangat menakutkan, mendebarkan, dan mengerikan, sehingga tidak terpikirkan meskipun semuanya datang pada hari kiam...

Top podcast nella categoria Religione e spiritualità

FRAGRANZE
NR Podcast
IN POCHE PAROLE - Buddismo e vita quotidiana
NR Podcast
Joel Osteen Podcast
Joel Osteen, SiriusXM
Insight Hour with Joseph Goldstein
Be Here Now Network
OH MY GOD!
Don Umberto Rotili
Bibbia in Podcast
Chiesa Vivovangelo

Potrebbero piacerti anche…

Podcast Dakwah Sunnah
podcastdakwahsunnah
Firanda Andirja Official
Firanda Andirja
Radio Muhajir Project
Muhajir Project
Rumayshocom
Rumaysho.com
Mishary Rashid Alafasy
Muslim Central
Kumpulan Khutbah Jum'at Pilihan Dakwah Sunnah
Sahabat Muslim