Hasan Bendrat M. Hasan Suudi

Seingat saya, beberapa waktu sebelum pandemi hadir ke tengah-tengah kita coretan ini lahir. Beberapa waktu kemudian sa coba merekamnya. Mendengarkannya sendiri sambil menekuri diri yang bopeng penuh lubang. Yaa Allah, ternyata sa punya banyak lubang.

April lalu baru sa buat video ini. Beberapa waktu saja sebelum kehilangan-kehilangan yang benar-benar nyata hadir beruntun.

Ah, akhir-akhir ini kita seolah makin akrab dengan kehilangan-kehilangan.

Kalau berkenan mendengarkan, tolong pakai headset atau perangkat soundsytem yang baik biar suara saya terdengar lebih manis. Ni dah kutaruh di Spotify, tandanya kang brambang dah lewat. See you kang brambang!

Jangan lupa joging, ya, teman-teman. Salam olah raga!

Nyoba bacain cerpen. Ada satu kisah menarik yang ditulis Italo Calvino. Barangkali bisa menjadi refleksi atas kehidupan bernegara kita saat ini. Cerpen ini berjudul KAMBING HITAM. Judul aslinya “La Pecora Nera”. Pertama kali terbit pada tahun 1993 dalam koleksi cerita pendek berjudul Prima che tu dica ‘Pronto’. ITALO CALVINO adalah seorang jurnalis, novelis dan cerpenis berkebangsaan Italia yang telah menghasilkan lebih dari 20 buku, baik itu fiksi maupun non-fiksi. Ia tergolong sebagai salah satu penulis asal Italia yang paling dikenal di dunia.

Ada pepatah mengatakan, dekat dengan penjual minyak wangi akan terpercik wanginya, dekat dengan pandai besi akan terpercik apinya. Begitulah. Saya selalu gagal memperbaiki diri karena teman-teman saya seperti ini. Orang ini salah satunya. Semua orang salah di matanya. Dialah kebenaran.

Dia ngaku sok ke-PD-an. Emang bener. Dan selalu menyebalkan. Nyebahi. Tapi selalu punya ide. Gak habis-habis. Satu ide belum selesai sudah brojol ide yang lain. Petjut ini salah satunya. Dia bilang, satu-satunya website yang fokus pada perkara-perkara kebudayaan. Segera play. Gak didenger juga gak papa. Cukup play aja, tapi berulang-ulang. Gak papa.