Cerita Gema Cerita Gema

Kaum perempuan itu seringkali merasa kalau kaum lelaki itu adalah mahluk yang tidak peka

Sudah dikodein sedemikian rupa, tetap aja lempeung...

Padahal kaum lelakinya juga belum tentu ngerti loh...



Lha terus, gimana bisa nyambung apa yang dimau klo gitu?

Kenapa nggak terus terang aja sih bilang maunya apa?

Apa?

Bilang langsung?

Ih... Cewek juga punya gengsi doonngg...

.

Hari gini ada anak muda yang ternyata nggak punya medsos macem IG, Twiter atau FB loh... 

Kirain cuma yang generasi jadul aja nggak punya.

Kalau ditanya kenapa, ya karena merasa nggak butuh saja. Dia bilang berkomunikasi bisa melalui jalur lain.

Padahal menguasai teknologi yang bisa diartikan = punya medsos itu bisa berarti mempermudah hidup kita lkan?

Eh, tapi coba disimak deh alasannya....

Masuk akal juga.

Terutama juga bagaimana kita bisa memaksimalkan kecanggihan teknologi ini untuk kepentingan hidup.

Masalah itu kadang gemesin ya...

Datangnya suka tiba-tiba, pas dicari pemecahannya dengan segala cara, eeee masih aja suka kepentok-pentok. Padahal bisa saja usaha kita sudah maksimal. Sudah sekeras-kerasnya kita bisa.
Kalau ternyata belum menunjukkan penyelesaiannya juga, aku kudu piye?

Sudah begini, kita jadinya aktif menerima atau..., menerima dengan pasif?

Wah, apa tuh?
Yuk, dengar di podcast ngobrol dengan Gemaers kali ini...

Masa pandemi ini membuat banyak hal terbatasi. Termasuk mengikuti Sakramen Ekaristi alias Misa. Sebagai gantinya kita dipersilahkan mengikuti misa lewat streaming alias online.
Ketika semua sudah lebih baik, di beberapa paroki membuka kemungkinan misa bersama lagi meski dengan beberapa persyaratan dan protokol kesehatan yang cukup ketat.
Tapi, itu tidak membuat kita (atau kamu) terus jadi rajin ke geeja lagi.
Lho kenapa?
Kalau kata KC karena dia butuh teman kalau ke gereja.
Gimana bisa?
Dengerin aja poscast Gema pertama ini di sini