Menyaru Biru menyaru biru

Embun pagi yang jatuh di atas daun menertawakanku, “Angan semu.” Katanya. Angin berteriak menyadarkanku, bahwa bukan saatnya untuk jatuh.

Januari... membawa perasaanku pergi, jauh sekali. “Tak apa.” Ujarku. “Biarkan dia jatuh.”

Aku bertanya kepada Tuhan, “kenapa semuanya masih belum cukup?” Tidak ada jawaban. Aku hanya ingin beban ini berlalu. Mustahil untuk selalu ceria, namun sedih bukan hal yang aku inginkan untuk menjadi abadi.

Akan ada banyak sekali suara dalam hidupmu, tapi bukan berarti semuanya penting. Tidak ada bahagia yang berlangsung selamanya, begitu juga dengan sedih.

Aku merindukan sepi dan semua perasaan sebelum aku jatuh hati padamu. Kamu... adalah sesaat yang aku harap berlangsung selamanya.

“aku hebat dalam cerita sedih” balasmu, tersenyum. aku terpaku menyadari semua semakin menjauh. suara ombak, desir nyiur di ujung pantai, dan... kehadiranmu.