OtherSide by Pijak Podcast OtherSide (Pijak Podcast)

Para penjaja 'revolusi industri 4.0' percaya bahwa lapangan pekerjaan semakin sedikit karena teknologi semakin berkembang pesat. Benarkah? M. Ali Akbar & Dandy IM di episode ini akan menjelaskan padamu bahwa kepercayaan tersebut keliru.

Belakangan ini kita sering mendengar bahwa teknologi semakin canggih sehingga para pekerja terancam kehilangan pekerjaannya. Narasi ini tak pelak menyebar ketakutan sehingga para pekerja berlomba-lomba meningkatkan skill-nya agar tetap relevan di dunia kerja. Namun, tidak adakah alternatif lain? Bukankah ketika robot sudah bisa mengerjakan sebagian besar pekerjaan, berarti kita sudah tidak perlu lagi bekerja? Bukannya malah enak ya? Di episode ini, @mamboali dan @dandyidwal membahas alternatif lain itu.

Jika kita bertanya pada orang apa itu radikalisme, jawabannya tentu akan beragam. Tergantung pemahaman yang mana yang ia percaya. Sebab berbagai kelompok mempunyai pemahaman sendiri-sendiri tentang radikalisme. Ada pemahaman yang disebar oleh negara, kelompok agama, LSM, ormas, aktivis, hingga akademisi. Berbagai kelompok ini saling berlomba untuk menyebarkan pemahaman tentang radikalisme yang sesuai dengan kepentingan mereka. Sebetulnya ini sah-sah saja. Asalkan pertarungannya adil. Namun kenyataannya, negara seringkali mendominasi pertarungan ini, karena mereka punya alat dan perangkat. Untuk itulah, obrolan tentang radikalisme antar-warga negara diperlukan. Jadi, yuk dengarkan obrolan antara Agri Satrio, Floriberta Novia Dinda, Zahra, dan Lita di episode ini. 

Dalam keadaan kritis, misalnya saat kebakaran hutan sedang berlangsung, kita cepat berkomentar apa saja karena ikutan marah. Marah kenapa semua ini bisa terjadi. Marah karena api tak kunjung padam. Marah karena korban mulai berjatuhan. Ini semua wajar.

Nah, sekarang kan kebakaran hutan sudah reda. Yuk ngobrol tentang ini. Mulai dari penyebab, kondisi, dan kira-kira solusi apa yang pas untuk mencegah kebakaran hutan terulang.

Kita, rakyat Indonesia, memang sangat butuh KPK. Sebab korupsi masih merajalela. Merasuk ke seluruh instansi. Bahkan MK pun tak luput.

Namun, bukankah perlu kita ingat, orang suci saja sulit dicari, apalagi instansi. Masihkah kita menaruh harap pada datangnya Ratu Adil yang tanpa noda?

Setiap lembaga negara perlu diawasi, betapapun kita menaruh kepercayaan dan harapan padanya. Bukankah itu hakikat demokrasi? Check and balance. Jika lembaga yang mengawasi tak kita percaya, bukan berarti menendang jauh lembaganya, tapi mengganti orang-orangnya. Bukan begitu?

Dengerin bahasan ini bersama Ali Akbar, Agri Satrio, dan Farizqi Khaldirian.

Kasus korupsi seakan tiada hentinya terdengar di media. Awalnya, kami menduga korupsi terjadi karena serakah. Pertanyaannya adalah bagaimana jika bukan karena serakah? Jangan-jangan korupsi terjadi karena sebuah keharusan “setoran” terhadap partai politik.

Musyawarah Nasional, pemilihan ketua, kampanye, bakti sosial, semuanya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Celakanya lagi, korupsi partai politik terindikasi sulit diaudit bahkan penegak hukum pun tak ada yang berani. 

Sementara itu, di sisi lain, kebebasan berpikir masyarakat pun diatur secara kejam. Dengan terang-terangan razia buku dengan foto Eyang Kakung Almarhum Karl max dan Lanin dilakukan di toko buku besar, bukan toko buku indie loh.

Pembicaraan dengan @ahmadfikriar membuka wawasan kami. Dengarkan podcast kami selanjutnya dengan tema “Korupsi Partai Politik dan Kebodohan Razia Buku” hanya di Spotify Otherside!