Podcast Pergerakan Landless Studies

Hai, bung dan puan

Dalam momentum Hari Pendidikan Nasional dan Reformasi, podcast NGOBROL EKOPOL edisi Mei ini memperbicangan topik : Neoliberalisasi Pendidikan Tinggi, Reorganisasi dan Perlawanan.

----- 

Perguruan tinggi menjadi ruang perebutan basis sumber daya, kekuasaan dan medan transmisi ekonomi. Ditengah intervensi kebutuhan dan perkembangan kapitalisme (modal) sebagai aktualiasi paham neo-liberalisme, berbagai pembaharuan kebijakan pendidikan tinggi disokong oleh pasar global dan secara taktis mengurangi anggaran subsidi. Neoliberalisme telah merestrukturalisasi institusi pendidikan tinggi : negara lepas tanggungjawab dasarnya, menimbulkan pertentangan regulasi, bias pasar tata kelola organisasi, outsourching buruh, komodifikasi penelitian, mekanisasi metode belajar dan [jelas] semakin mahalnya biaya perkuliahan. Dalam bahasa yang lebih ringkas terjadi komersialisasi dan dehumanisasi -- melahirkan ‘precarity’ dan ‘proletariatisasi’ secara massal. Kondisi ini juga telah merubah watak sekaligus aktivisme gerakan mahasiswa kontemporer, termasuk berbagai gejolak dan varian perlawanan massa di dalamnya.



Lalu seperti apa kondisi faktual dan aktual serta krisis pendidikan tinggi saat ini? Bagaimana urgensi dan alternatif-alternatif untuk membangun model institusi dan gerakan perlawanan yang lebih progresif? Dikaji dari perspektif ekonomi politik kritis, podcast kali ini dipantik oleh bung @josu_id dibersamai bung @afalranggajati. Selamat mendengarkan kawan!



Salam Juang,

LANDLESS

Labour and Class Struggle Studies

Berhulu pada pemikiran, berhilir pada pergerakan.

Per tanggal 6 mei, Gugus Tugas Penanganan COVID-19 melaporkan setidaknya telah ada 38 dokter dan 17 perawat yang wafat i ketika berjuang untuk memberikan layanan medis kepada pasien Covid 19. Dalam pandangan ekonomi-politik, sistem kapitalisme membagi aktivitas masyarakat menjadi dua bidang besar, yakni: produksi dan reproduksi sosial. Produksi merujuk pada kegiatan penciptaan nilai lebih melalui produksi komoditas. Sedangkan, reproduksi sosial mengacu pada kegiatan baik di dalam maupun luar rumah tangga, yang telah didesain untuk menjaga keberlangsungan hidup dan fungsi dari kelas pekerja (juga masyarakat secara luas) sebagai individu maupun keluarga dan juga untuk mereproduksi hubungan sosialnya dengan mode of production.  Lebih sederhananya reproduksi sosial mengacu pada upaya menjaga keberlangsungan hidup. Oleh karena itu, berbagai bidang pekerjaan yang berkaitan dengan upaya regenerasi dan pemenuhan kebutuhan untuk menjaga keberlangsungan hidup seperti: kesehatan, produksi makanan, distribusi makanan: Supermarket/Ojol, pendidikan, hingga pengelolaan sampah, dapat juga disebut pekerja di sector reproduksi sosial. Reproduksi sosial menjadi lebih penting untuk diperhatikan hari ini, karena Pandemi Covid-19 membawa ancaman besar yang langsung dapat mengganggu proses regenerasi tenaga kerja.

Pandemi COVID-19 semakin merajalela baik di dunia dan di Indonesia. Akibatnya jutaan pekerja kehilangan sumber mata pencahariannya. Hal ini membuat pekerja berada dalam kondisi yang sangat rentan sehingga banyak negara memberikan bantuan melalui kebijakan sosialnya. Di Indonesia khususnya, pemerintah telah menggelontorkan dana sebesar Rp 110 Triliun untuk jaring pengaman sosial, dari bansos tunai hingga subsidi listrik, dari kartu sembako hingga kartu prakerja. Masing-masing kebijakan sosial tersebut mempunyai kelompok sasaran tertentu. Lalu apakah kebijakan seperti itu sudah tepat? Apa yang menjadi masalah dari kebijakan sosial dengan paradigma targeting ini? Lalu sebenarnya apa yang perlu diperbaiki oleh pemerintah Indonesia? Semua itu akan dibahas dalam Bincang Nalar kali ini. Selamat mendengarkan!

Pandemi Corona Virus Desease 2019 atau COVID-19 telah menjadi masalah krusial umat manusia saat ini. Akan tetapi, COVID-19 bukanlah pandemi pertama yang dihadapi oleh umat manusia, sebelumnya. Kita pernah menghadapi flu spanyol pada 1918, flu H2N2 pada 1957, flu H3N2 pada 1968, atau pun flu babi (H1N1) pada 2009. Lalu apa yang menjadi penyebab munculnya pandemi-pandemi ini? Mengapa pandemi ini terus-menerus bermunculan? Lalu kemudian apa yang perlu dilakukan umat manusia untuk menanggulanginya? Semua itu akan dibahas dengan pendekatan ekonomi-politik kritis. Selamat mendengarkan!