20 episodes

Renungan harian berisi intisari pengajaran aplikatif yang disampaikan oleh Pdt. Dr. Erastus Sabdono, dengan tujuan melengkapi bangunan berpikir kita mengenai Tuhan, kerajaan-Nya, kehendak-Nya dan tuntunan-Nya untuk hidup kita. A daily devotional containing a brief teaching along with the applications, read by Dr. Erastus Sabdono. The messages will equip you and bring you to better understand God, His kingdom, His will, and His guidance in our lives.

Truth Daily Enlightenment Erastus Sabdono

    • Religion & Spirituality

Renungan harian berisi intisari pengajaran aplikatif yang disampaikan oleh Pdt. Dr. Erastus Sabdono, dengan tujuan melengkapi bangunan berpikir kita mengenai Tuhan, kerajaan-Nya, kehendak-Nya dan tuntunan-Nya untuk hidup kita. A daily devotional containing a brief teaching along with the applications, read by Dr. Erastus Sabdono. The messages will equip you and bring you to better understand God, His kingdom, His will, and His guidance in our lives.

    Keintiman 

    Keintiman 

    Ketika kita belum dewasa, Tuhan menerima kita sebagai anak-anak yang tidak dewasa. Kita diperlakukan sebagai anak-anak yang oleh karenanya Tuhan tidak menuntut banyak dari kita. Tetapi ketika sudah mulai akil balik, kita harus mulai mengerti kehendak Tuhan dan harus memberi diri dituntut Tuhan dan menyesuaikan diri terhadap kehendak dan rencana-Nya. Ciri-ciri dari seorang anak Tuhan yang dewasa yang bisa berinteraksi dengan Tuhan seperti ini antara lain: 

    Pertama, sikap yang tidak protokuler lagi dengan Tuhan dengan gaya diplomasi. Ia bisa bersikap apa adanya. Tidak ada sesuatu yang dibuat-buat atau ditutup-tutupi. Inilah yang disebut kesederhanaan. Tetapi ironis sekali, justru seremonial atau liturgi gereja yang sering menciptakan atmosfer protokuler dan diplomasi. Hal ini mengesankan Tuhan adalah Pribadi jauh yang tidak bisa dipahami (Mat. 15:7-9). 

    Banyak orang Kristen menjadi asing bagi Bapa dan Tuhan. Doa-doanya sering penuh dengan polesan bahasa yang dibuat-buat dan tidak tulus. Sebaliknya, kalau seseorang bertumbuh dewasa dengan benar maka kedalaman doanya menjadi luar biasa, tetapi juga menjadi sederhana. Luar biasa karena ketulusan yang memancar, sederhana karena nampak sikap seperti anak-anak atau hamba yang tulus terhadap Pribadi Maha Agung.  

    Kedua, sikap yang intim secara natural. Keintiman ini bukan dipoles oleh bahasa agama atau kata-kata yang dibuat-buat, tetapi adanya saling pengertian antara dua pribadi. Ketika Tuhan Yesus mengatakan bahwa makanan-Nya melakukan kehendak Bapa, nampak di sini keintiman-Nya dengan Bapa sehingga Ia mengerti apa yang diingini oleh Bapa-Nya (Yoh 4:34). Keintiman dengan Tuhan akan menciptakan kehidupan yang benar-benar bersih. Suasana keintiman ini membangkitkan perasaan gentar luar biasa, sehingga seseorang tidak akan berani bersikap kurang ajar atau sembarangan terhadap Tuhan. Pada tingkat ini seseorang barulah dapat dinikmati oleh Tuhan (Yun. Ginosko; Mat. 7:21-23). 

    Ketiga, pada tingkat kedewasaan rohani seperti ini seseorang dapat “merasakan” Tuhan secara benar. Merasakan kehadiran-Nya karena mengerti pikiran dan perasaan-Nya. Hubungan yang tidak terjelaskan dengan kata-kata ini dikatakan oleh Paulus seperti hubungan suami istri (Ef. 5:31-32). Ia akan mengerti apa artinya kehadiran Tuhan dalam hidupnya setiap saat. Ia akan mengerti apa artinya cinta Tuhan terhadap dirinya, dan tentu saja akan memacu dirinya mencintai Tuhan dengan sangat berlimpah. Dalam hal ini ia menemukan cinta Tuhan dan Tuhan menemukan cintanya.

    Maka, kedewasaan kekristenan ukurannya adalah bisa mengimbangi Bapa. Inilah yang dimaksud Tuhan Yesus agar kita sempurna seperti Bapa (Mat. 5:48). Mengimbangi Bapa artinya bisa sepikiran dengan Bapa. Kalau seseorang bisa sepikiran dengan Bapa barulah bisa memiliki hubungan yang benar atau ideal dengan Bapa. Inilah yang dimaksud mengambil bagian dalam kekudusan-Nya. Ini bukan hanya berarti kita bisa menjadi manusia saleh atau suci seperti Tuhan, melainkan kita bisa dipisahkan dari yang lain untuk menjadi alat Kerajaan Allah, yaitu hidup dalam rencana Allah sepenuhnya. 

    Kalau Tuhan Yesus menjadi Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa, kita menjadi hamba bagi kemuliaan Allah Bapa. Berinteraksi dengan Allah Bapa sebagai pribadi yang dewasa akan membuat seorang anak Tuhan menempatkan diri seperti Tuhan Yesus menempatkan diri di hadapan Bapa ketika mengenakan tubuh manusia. Di sini seseorang bisa dikatakan sebagai man of God; kita menjadi seperti Allah dalam karakter-Nya. Oleh sebab itu, mengikut Tuhan Yesus berarti mengikuti jejak-Nya. Proses mengikut Tuhan Yesus adalah proses mencetak manusia seperti Kristus. Orang-orang seperti ini adalah buah-buah yang dihasilkan oleh Tuhan Yesus melalui pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan orang-orang yang memberi diri dibentuk dan diproses. 

    Orang-orang seperti ini adalah kebanggaan Tuhan Yesus di hadapan Allah Bapa di surga. Inilah sebenarnya tujuan hidup kekristenan itu.

    Menghormati Tuhan Secara Patut

    Menghormati Tuhan Secara Patut

    Hampir semua manusia tidak menghormati Tuhan secara patut. Walaupun beragama, walaupun melakukan kegiatan agama, tetapi tidak menghormati Tuhan secara patut. Dan ini benar-benar mengerikan. Bukan hanya menyedihkan; mengerikan! Kalau suatu hari seseorang menghadap Allah Yang Maha Terhormat, Maha Agung dengan segala kemuliaan-Nya dan ia memperlakukan Allah secara tidak patut, betapa mengerikan keadaan orang-orang seperti ini. Bagi kita yang berjuang dan berusaha untuk menghormati Tuhan saja belum tentu dengan mudah dapat menghormati Tuhan secara patut! Benar, karena Allah tidak kelihatan. 

    Dan manusia pada umumnya memiliki kebiasaan melakukan segala sesuatu tanpa mempertimbangkan perasaan Allah. Biasa buat ini, buat itu, pergi ke sana, pergi ke sini, beli ini, beli itu, punya rencana ini, rencana itu tanpa mempertimbangkan perasaan Allah: apakah Allah berkenan atau tidak? Itulah irama hidup kita. Dan ketika kita sadar, kita telah hidup tidak senonoh di hadapan Allah sebagai Tuan Rumah kehidupan, Tuan Rumah jagat raya ini, baru kita mau berusaha untuk menempatkan diri secara benar, proporsional, dan patut di hadapan Allah. Tapi karena irama hidup kita sudah salah begitu lama, betapa sulit mengubahnya.

    Tetapi kita harus tetap berjuang bagaimana bisa menghayati Allah sebagai Pribadi yang hidup, yang nyata, yang Maha Hadir di dalam hidup kita. Dan kita selalu mempertimbangkan segala sesuatu dengan mengaitkan dengan perasaan Bapa. Ironis, sedikit sekali orang yang memiliki prinsip hidup seperti ini. Amati bagaimana orang dalam percakapan, dalam bercanda, dalam menulis sesuatu di media sosial, tanpa mempertimbangkan apakah ucapannya, tindakannya, perilakunya, tulisannya tersebut benar-benar menyenangkan Tuhan atau tidak. Orang merasa berhak berbuat apa pun. 

    Mari kita bertobat! Ayo, kita berhenti hidup sembarangan, suka-suka sendiri! Segala sesuatu yang kita lakukan, harus kita pertimbangkan dengan mengaitkannya dengan perasaan Bapa. Ini tidak mudah, tetapi kalau kita membiasakan terus, kita akan secara otomatis melihat perasaan Bapa dalam melakukan segala sesuatu. Inilah yang dimaksud dengan hidup di hadapan Allah, hidup di hadirat Tuhan. Kita naikkan doa, “Beri aku hati yang mengasihi, menghormati, dan takut akan Engkau sebagaimana sepatutnya, sebagaimana seharusnya.” Dan kita membayangkan betapa indahnya! Kalau kita menjadi manusia yang menghormati Allah secara patut, mencintai Allah dan takut akan Allah secara patut, maka kita pasti menjadi orang saleh Tuhan dan hidup kita pasti bisa dinikmati oleh Tuhan.

    Apa pun dan bagaimanapun keadaan masa lalu kita, jangan mengikat kita. Tuhan melupakan dosa-dosa kita dan tidak mengingatnya, jika sungguh-sungguh kita bertobat dan mau berubah. Tuhan berurusan dengan kita hari ini, bukan kita yang kemarin, apalagi 10 tahun lalu! Tuhan berurusan dengan kita hari ini, dan bisa menjadi apa kita nanti. Kita masuk kawasan baru dalam kemuliaan Tuhan; makin dekat, makin melekat dengan Tuhan, sehingga hati kita makin tawar melihat keindahan dunia. Mata hati kita makin terarah ke langit baru bumi baru. Dan kita benar-benar merindukan Tuhan Yesus. Itu harus kita paksa. Artinya, kita memaksa diri kita sendiri; kita keras terhadap diri sendiri. 

    Kita yang bisa mengendalikan diri kita. Setir kehidupan kita, sebab kendali hidup kita diberikan kepada kita, bukan Tuhan yang mengendalikan kita. Kita minta pertolongan Tuhan menuntun kita untuk mengendalikan hidup kita. Kita kendalikan hidup kita hanya untuk terarah kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya saja. Dan itu satu keniscayaan. Jangan terpengaruh oleh dunia sekitar kita! 

    Melalui persekutuan kita ini, ayo kita bangun kehidupan yang benar-benar luar biasa. Kehidupan yang semakin berkenan di hadapan Allah, menjadi keharuman di hadapan Tuhan. Mari, kita berjuang! Bersama kita berjuang! Jangan lupa setiap hari kita berdoa pribadi di hadapan Tuhan! Siapkan waktu untuk bertemu dengan Tuhan. Dan biarlah kita distimulasi, dirangsang,

    Tulus Mencari Wajah Tuhan

    Tulus Mencari Wajah Tuhan

    Untuk apa kita melakukan kegiatan gereja atau pelayanan? Karena kita mau menyelamatkan orang dari api kekal. Bagaimana menyelamatkan orang dari api kekal? Caranya, ia harus berjalan dengan Tuhan sejak hidup di bumi. Maka betapa pentingnya kehadiran Tuhan itu. Setan itu licik sekali. Kuasa kegelapan itu jauh lebih cerdik dari yang kita duga. Jadi, kalau kita tidak dipimpin Roh Kudus, kita pasti tertipu. Tanpa kita sadari, kita disesatkan; bukan hanya jemaat, pendeta, aktivis, pelayan Tuhan pun bisa tertipu. Bukan hanya pelayan yang baru melayani, yang sudah puluhan tahun pun bisa tertipu.

    Kalau kita tidak duduk diam di kaki Tuhan, bahaya sekali. Maka, kita harus berdoa, “Lindungi aku dari kuasa gelap. Lindungi aku dari manusia lama ini. Lindungi aku dari pengaruh jahat dunia. Lindungi aku dari bencana dan orang-orang yang bermaksud jahat padaku. Lindungi aku, Tuhan.” Secara ukuran dunia dengan usia cukup tinggi, mungkin beberapa di antara kita sudah pensiun, tidak kerja keras seperti ini. Ya, kita akan pensiun di langit baru, bumi baru. Kalau di bumi ini, tidak ada pensiunnya. Mahal waktu yang Tuhan berikan. Jadi, kalau sampai kita sempat menonton drama atau melihat media sosial yang tidak perlu apalagi dalam durasi waktu yang lama, itu merusak hidup kita. Untuk apa yang perlu dilihat boleh, tapi kita tidak tenggelam dengan hiburan dunia atau keinginan-keinginan dunia.

    Jadi, kalau orang sakit, dia tidak mau makan. Pemabuk lebih suka minum minuman yang beralkohol daripada makan. Sama, kita tidak ingin berdoa, kita tidak merindukan Tuhan, lalu kita melakukan yang lain. Kita sakit, kita akan binasa. Kita tidak memiliki Tuhan, tidak merindukan Tuhan, jiwa kita sakit. Dan tanpa sadar, sejatinya, kita mencampakkan Tuhan dari hidup kita. Kita mengeliminir Tuhan, memisahkan, membuang Tuhan dalam hidup kita. Kalau dibahasakan dengan kata-kata, kita berkata, “Aku tidak butuh Tuhan.” Kita memang tidak mengatakannya, tetapi kita melakukan itu, karena kita lebih menyenangi yang lain daripada Tuhan. 

    Dan rata-rata kita masih sakit. Ironis, kita tidak mau sembuh, tidak mau memaksa diri duduk diam di kaki Tuhan, sampai kehausan akan Allah itu bisa mengalir dan mencengkeram jiwa kita. Mari kita betul-betul berubah, sampai kita punya kehausan akan Allah. Allah merasakan kehausan kita akan Dia, Allah merasakan kita mencintai Dia. Dan kalau kita bisa berbuat begitu, kita istimewa di mata Tuhan. Sehingga orang-orang di sekitar kita yang kita cintai, juga akan diistimewakan oleh Tuhan. 

    Kalau pagi kita angkat tangan bukan mau bergaya, “Aku angkat tangan, Tuhan.” Tapi kita mau meraih Tuhan. Kita harus bisa menyentuh hadirat Tuhan, sampai kita punya kehausan akan Allah. Di tengah-tengah situasi yang serba tidak menentu, namun kalau kita bersama Tuhan, kita aman. Kalau Tuhan beserta kita, kita tetap dilindungi Tuhan. Apa pun yang terjadi. Lalu kenapa kita tidak mencari Tuhan? Kalau kita tidak punya selera doa, hari-hari kita pasti tidak bersama dengan Tuhan. Dalam keadaan seperti itu, kita bisa betah melakukan pekerjaan yang lain, tapi tidak bisa duduk diam di kaki Tuhan, tidak mampu karena jiwa kita sakit. Tuhan itu seperti makanan jiwa kita. 

    Kalau kita dengan tulus berusaha mencari wajah Tuhan, maka kita akan seperti telur yang menetas menjadi rajawali. Hati ini harus kita angkat, kita terbangkan mencari Tuhan. Kalau tidak, kita tidak akan pernah berubah. Kita akan beku seperti es, bukan mencair dan menyala. Ayo, kita kobarkan hati ini. Sebab kita tahu, hidup ini bernilai kalau kita bertemu dan berjalan dengan Tuhan. Maka jangan sia-siakan kesempatan ini, jangan lewatkan kesempatan ini. Jangan ulangi kesalahan yang pernah kita lakukan di lembar tahun hidup yang lalu. Berilah diri kita untuk diubahkan dan dibarui oleh Tuhan. 

    Kebersamaan dengan Tuhan

    Kebersamaan dengan Tuhan

    Dengan rentang waktu tahun, indah sekali Tuhan mengingatkan supaya kita bisa menghitung berapa lembar tahun yang kita miliki. Betapa berharganya waktu hidup kita ini. Kita hanya memiliki 70 lembar tahun, 80 lembar tahun, paling banyak 90 lembar tahun. Selama tahun-tahun itu diberikan kepada kita dan kita jalani, apakah kita benar-benar berjalan bersama Tuhan? Sebab kalau kita tidak bersama dengan Tuhan sejak kita hidup di bumi ini, maka ketika melewati tahun-tahun hidup kita, kita tidak akan pernah bersama dengan Tuhan di kekekalan. Dan ini hal yang paling prinsip di dalam hidup ini: kebersamaan dengan Tuhan. 

    Kalau kita memeriksa diri dengan jujur, apakah tahun-tahun yang kita miliki tersebut benar-benar terwarnai oleh kebersamaan kita dengan Tuhan atau tidak? Biasanya, orang tidak memedulikan. Kalau tahun lalu dinilai, apakah kita hidup dalam kebersamaan dengan Tuhan? Kemudian berlanjut pertanyaannya: apa ukuran kebersamaan dengan Tuhan dalam tahun itu? Ya, mesti kita lebih melihat detail hari hidup kita, bulan, minggu, hari, jam, dan menit-menit hidup kita. Dari 360 hari, apakah kita benar-benar dalam kebersamaan dengan Tuhan atau tidak? Coba kita melihat per jam kita, lalu kita lihat per menit: apakah kita ada dalam kebersamaan dengan Tuhan? 

    Kalau tahun lalu kita sulit menilainya, coba kita lihat hari hidup kita sekarang, jam kita sekarang, menit kita sekarang. Karena orang tidak bisa mendadak berjalan dengan Tuhan atau mendadak terpisah dari Tuhan. Irama hidup yang kita miliki di tahun lalu menjadi irama hidup yang sekarang ini kita jalani; tidak beda jauh, mungkin juga sama persis. Jadi, menilai 360 hari kita tahun lalu, kita lihat dari hari-hari hidup kita sekarang ini, apakah bersama dengan Tuhan? Sekarang kita melihat menit kita hari ini, apa yang kita lakukan? Dari kita bangun tidur, bagaimana kita mengisi menit-menit hari kita, menit-menit hidup kita, apa yang kita lakukan? 

    Setan membuat orang terlena, tidak waspada, tidak mengenali dirinya dengan benar, dan ini mengerikan. Ini bukan hanya berlaku bagi mereka yang ada di luar lingkungan gereja, namun termasuk yang ada di lingkungan gereja dan kesibukan pelayanan di lingkungan gereja dan Sekolah Tinggi Teologi. Karena bukan tidak mungkin kita sibuk dalam urusan gereja, tapi kita tidak berjalan dengan Tuhan, sangat besar kemungkinan itu bisa terjadi. Tanpa sadar, sering kita memperhatikan pekerjaan gereja, pekerjaan pelayanan secara teknis, sedangkan kita sendiri tidak melekat dengan Tuhan, tidak dalam persekutuan dengan Tuhan. Yang nanti ketika kita berjumpa dengan Tuhan, Tuhan bisa berkata, “Aku tidak kenal kamu.” 

    Setelah melewati rentang panjang perjalanan hidup, sejatinya kita harus lebih bisa menghayati atau merenungkan kalau kita suatu saat menutup mata, lalu melihat hari-hari hidup yang tidak berjalan bersama Tuhan, maka akan ada penyesalan yang tiada terduga, tak terhingga, tak terbayangkan; yang Alkitab katakan sebagai “ratap tangis dan kertak gigi.” Dan masalahnya, kita tidak bisa mengembalikan waktu, tidak bisa memutar waktu kembali. Berharganya hidup kita adalah kesempatan bisa berjumpa dengan Sang Pencipta, dan berjalan bersama dengan Dia di lembar tahun hidup kita.

    Sehingga Firman Tuhan yang mengatakan, “Baik kau makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” “Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi,” hal itu tidak berlebihan, sungguh tidak berlebihan. Kalau kita memandang itu berlebihan, pasti ada yang rusak di dalam hidup kita, rusak jiwa kita. Kita belum menemukan kehausan akan Allah. Dan kalau kita tidak menemukan kehausan akan Allah, kita juga tidak punya kerinduan akan Allah. Kalau tidak ada kerinduan akan Allah, kita tidak memiliki kecintaan kepada Tuhan, dan firman Tuhan mengatakan, “Terkutuklah orang yang tidak mengasihi Tuhan” (1 Kor. 6:22). 

    Orang yang mengasihi Tuhan pasti menantikan kedatangan Tuhan. Kita khawatir jangan-jangan hati kita sudah tidak b

    Tanpa Tujuan

    Tanpa Tujuan

    Mari kita mempersiapkan diri kita untuk sepenuhnya hidup bagi Tuhan. Dalam melakukan segala sesuatu benar-benar kita melakukannya untuk satu tujuan, yaitu Tuhan. Hal ini harus kita biasakan, kita latih. Baik kita makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, kita lakukan semua untuk kemuliaan Tuhan (1 Kor. 10:31). Bukan hanya hal-hal besar yang menyangkut uang banyak, reputasi, harga diri, atau nyawa, melainkan dalam segala hal. Sebab dengan cara demikian, kita bisa benar-benar hidup bersih, tidak bercacat, tidak bercela. Juga baru kita bisa mengalami kehadiran Tuhan di dalam hidup kita dan mengalami apa yang Alkitab maksud berjalan dengan Tuhan seperti yang dialami oleh Henokh.

    Tentu saja Tuhan kita Yesus Kristus selalu bersama dengan Bapa. Tidak ada yang Yesus lakukan untuk kepentingan yang lain, semua hanya untuk kepentingan Allah Bapa. Prinsip-Nya adalah: “Makanan-Ku melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34). Yang membuat kita sering meleset—bahkan berbuat dosa—adalah ketika kita mulai melakukan sesuatu tanpa tujuan. Asal kita senang, asal berjalan atau berlangsung dengan baik, tapi kita tidak menujukan untuk apa dan untuk siapa kita melakukan sesuatu itu. 

    Termasuk yang kita lihat, kita tonton. Apalagi yang menyita waktu kita. Jangankan 1 jam, 1 menit pun tidak boleh kita sia-siakan, tidak boleh kita buang untuk melakukan sesuatu yang tidak bertujuan untuk Tuhan. Jangankan 1 jam, 1 menit pun jangan kita melakukan sesuatu yang tidak kita tujukan untuk kepentingan Tuhan. Ini memang sulit sekali, tapi kita harus membiasakannya dan kita harus melatihnya supaya kita tidak memberi kesempatan kuasa kegelapan bersarang di dalam diri kita. Jangankan satu kalimat, satu kata pun tidak boleh terlontar dari mulut kita jika itu tidak bertujuan untuk kemuliaan Allah. 

    Dari hal ini nampak, apakah seseorang benar-benar mengalami Tuhan atau tidak; apakah seseorang benar-benar berjalan dengan Tuhan atau tidak. Dan hal ini harus kita latih mulai hari ini. Hari ini kita akan mulai memiliki kehidupan yang menyembah Allah bukan hanya dengan nyanyian, melainkan dengan sikap, tindakan, renungan hati, pikiran dan perkataan kita yang merupakan sikap menghormati Allah. Allah sangat baik dan Dia Allah yang berbelas kasihan. Betapa menyedihkan kalau kita masih sembarangan melakukan sesuatu, yang mana hal itu benar-benar dapat menyakiti dan melukai hati Tuhan. 

    Padahal Allah sungguh amat baik dan berbelas kasihan. Jangan sampai kita melukai Tuhan. Untuk orang Kristen baru, bisa saja ditolerir kalau tindakan-tindakannya tidak presisi, tidak tepat, tidak akurat. Bisa saja Tuhan menolerirnya. Tetapi kita yang sudah bertahun-tahun ikut Tuhan, apalagi kita yang sudah menjadi Kristen sejak kecil, terlebih lagi seorang aktivis gereja, apalagi seorang pendeta dan teolog; betapa hidup kita harus memancarkan kemuliaan Allah. Dari setiap kata yang kita ucapkan, dari setiap tindakan yang kita lakukan, tidak ada yang meleset, semua presisi untuk kepentingan Tuhan, untuk kesukaan Tuhan, untuk kemuliaan Tuhan, bertujuan untuk Tuhan, apa pun yang kita lakukan. 

    Ingat, yang membuat kita sering meleset bahkan berbuat dosa adalah ketika kita mulai melakukan sesuatu yang tidak bertujuan bagi Tuhan. Sesuatu yang memang bukan suatu kesalahan di mata manusia. Bahkan juga tidak menunjukkan itu suatu kejahatan atau pelanggaran. Tetapi kalau dilakukan tanpa tujuan, dilakukan tanpa sikap hati yang ditujukan bagi Tuhan, itu menjadi jalan seseorang membawa diri dalam ikatan kuasa kegelapan. Itu menjadi celah, bagaimana Iblis masuk dan merusak hidupnya, menghancurkan hidupnya. Jangan membuka celah sekecil apa pun untuk Iblis masuk. Atau istilah lain, jangan membuat sekecil apa pun kebocoran.

    Pokoknya setiap hal yang kita lihat di gadget, apa yang kita ucapkan, kita lakukan semua harus bertujuan untuk Tuhan. Dengan irama yang demikian, dengan pembiasaan yang demikian,

    Skenario Allah

    Skenario Allah

    Kalau kita mengingat kisah Elia, ia merupakan seorang nabi yang berani sekali. Dia melawan raja yang tidak takut akan Allah, yang beristrikan Izebel, yang memiliki dewa dan menyembah Baal sehingga mereka memiliki nabi-nabi Baal. Elia adalah seorang hamba Allah yang membela Allah, ia menantang nabi-nabi Baal untuk membuktikan siapa Allah yang benar. Dan hal itu ia lakukan demi untuk menyelamatkan banyak umat Israel yang disesatkan. Kita membaca Alkitab, bagaimana Elia dapat membuktikan bahwa Allah yang benar adalah Allah Israel, Elohim Yahweh yang membakar mezbah korban Elia. Sedangkan korban yang dimiliki nabi-nabi Baal tetap tidak terbakar karena tidak ada api. Tetapi korban nabi Elia terbakar; api turun dari langit. 

    Namun, kisah tidak berhenti sampai di situ. Raja yang tidak takut akan Allah mengancam nyawa Elia, terutama istrinya; Izebel. Mereka mengejar Elia, dan Elia merasa hidupnya terancam. Sampai kemudian Elia putus asa. Dalam keputusasaan Elia sempat berkata, “Lebih baik aku mati.” Di situ tersirat, Allah tidak menghabisi sama sekali musuh-musuh Elia dan itu yang membuat Elia mungkin sedikit kecewa. Kemenangannya terhadap nabi-nabi Baal tidak membuat tuntas kemenangan yang dia capai. Barangkali Elia berharap dengan kemenangannya melawan nabi-nabi Baal, langsung semua selesai. Tapi ternyata tidak. Wanita jahat Izebel memburu nyawanya. Dan ini yang membuat Elia kemudian menjadi takut. 

    Mengapa Allah memiliki skenario seperti itu? Sering kali kita menemukan banyak misteri di dalam kehidupan—misteri Tuhan—tetapi pasti Tuhan tidak pernah gagal dengan apa yang Dia lakukan. Tidak mungkin Allah gagal dengan apa yang Dia rencanakan. Karena Allah adalah Allah yang sempurna, tidak mungkin Allah melakukan sesuatu yang salah, bahkan meleset sedikit pun tidak. Elia dijaga oleh Tuhan dengan keadaan seperti itu. Dan Elia tetap rendah hati dan memberikan kemuliaan hanya bagi Allah. 

    Ini hal yang luar biasa. Karena manusia dengan keadaannya yang terbatas bisa lupa diri ketika ia ada di puncak prestasi, ada di dalam puncak keberhasilan, dan itu yang sering kali tidak disadari oleh banyak orang. Tuhan tidak membuat pekerjaan Tuhan mudah dijalani. Itu juga menjadi pertanyaan banyak orang percaya—khususnya para hamba Tuhan—mengapa Tuhan tidak membuat mudah jalan pelayanan kita? Kadang-kadang sampai kita seperti terjepit, jalan seperti berat. Tetapi rupanya Tuhan menghendaki demikian, supaya kita tidak menjadi sombong dan angkuh, supaya kita tidak menepuk dada dan merasa berjasa. 

    Kisah mengenai Elia yang membunuh sekitar 450 nabi Baal merupakan prestasi yang luar biasa, menakjubkan dan itu bisa menjadi kendaraan Elia mengangkat diri. Tetapi kisah tidak berhenti sampai Elia membunuh nabi-nabi Baal. Izebel, istri raja Ahab, mengejar nabi Elia terus dan mau membunuhnya. Kenapa Izebel tidak bertobat, lalu Elia mendapat kehormatan? Kenapa Izebel, raja Ahab tidak kemudian menundukkan diri, mengaku bersalah lalu menyembah Elohim Yahweh, tapi malah masih mau membunuh Elia? Sulit dipahami skenario itu atau sulit dipahami keadaan ini. Sulit, tetapi di balik ini ada perlindungan Tuhan bagi Elia. Elia dikasihi Tuhan. Allah menghendaki hidup Elia berjalan dengan baik di mata Tuhan dan berakhir dengan baik, yang akhirnya Elia dijemput oleh Tuhan dengan kereta berapi.

    Saat ini, kalau pelayanan kita dibuat Tuhan sulit, dibuat Tuhan tidak mudah, tentu ada maksud Tuhan di balik semua itu. Yaitu: pertama, supaya kita rendah hati. Yang kedua, supaya kita jangan jatuh dalam dosa; bisa dosa kesombongan atau dosa-dosa yang lain. Sebab kalau keadaan mudah, nyaman, atau tidak ada masalah, kita bisa sombong atau kita melakukan dosa-dosa lain atau kenyamanan hidup membuat kita tidak merindukan langit baru bumi baru.

Top Podcasts In Religion & Spirituality

Allah Sayang
HijrahEd
Mufti Menk
Muslim Central
Omar Suleiman
Muslim Central
Ustaz Wadi Anuar - Umat Akhir Zaman
AFR
Kisah-Kisah Sahabat - SYOK Podcast [BM]
SYOK Podcast
Tadabbur Sekejap
Dr Kamaru Salam Yusof