14 min

Yakinlah, dan Pejamkan Mata! #2 Raden Ghazi

    • Visual Arts

Awal-awal, saya tertakjub membaca kisah ini; bahwa Sang Nabi hari itu berdo'a. Di padang Badar yang tandus dan kering, semak durinya yang memerah dan langitnya yang cerah, sesaat kesunyian mendesing. Dua pasukan telah berhadapan. Tak seimbang memang. Do'a itulah yang mencenungkan saya. “Ya Allah,” lirihnya dengan mata kaca, “jika Kau biarkan pasukan ini binasa, Kau takkan disembah lagi di bumi! Ya Allah, kecuali jika Kau memang menghendaki untuk tak lagi disembah di bumi!” gemetar bahu itu oleh isaknya, dan selendang di pundaknya pun luruh seiring gigil yang menyesakkan. Entah mengapa, para peyakin sejati justru selalu menyisakan ruang di hatinya untuk bertanya, atau menagih. Bagaimanakah selengkapnya? Yuk bersama kita menyimaknya.

Awal-awal, saya tertakjub membaca kisah ini; bahwa Sang Nabi hari itu berdo'a. Di padang Badar yang tandus dan kering, semak durinya yang memerah dan langitnya yang cerah, sesaat kesunyian mendesing. Dua pasukan telah berhadapan. Tak seimbang memang. Do'a itulah yang mencenungkan saya. “Ya Allah,” lirihnya dengan mata kaca, “jika Kau biarkan pasukan ini binasa, Kau takkan disembah lagi di bumi! Ya Allah, kecuali jika Kau memang menghendaki untuk tak lagi disembah di bumi!” gemetar bahu itu oleh isaknya, dan selendang di pundaknya pun luruh seiring gigil yang menyesakkan. Entah mengapa, para peyakin sejati justru selalu menyisakan ruang di hatinya untuk bertanya, atau menagih. Bagaimanakah selengkapnya? Yuk bersama kita menyimaknya.

14 min