6 min.

Baik dan Buruk di Mata Manusia dan di Mata Tuhan Renungan Pagi

    • Christendom

BAIK DAN BURUK DI MATA MANUSIA DAN DI MATA TUHAN



Satu tahun sudah masa pandemi covid 19 kita lalui di Indonesia. Masih tersisa pertanyaan, “Mengapa banyak orang percaya ikut terdampak sama seperti orang yang tidak percaya? Bahkan tidak sedikit di antara mereka harus meninggal dunia? Bagaimana dengan janji penyertaan dan perlindungan Tuhan atas mereka? Mengapa nasib orang percaya sepertinya sama saja dengan orang yang tidak percaya?  



Sebelum kita menjawabnya sesuai firman Tuhan, mari kita renungkan dua kenyataan di bawah ini :

1. Apa yang kelihatan buruk di pemandangan manusia, belum tentu benar-benar buruk di pemandangan Allah.



Kehidupan Ayub, orang saleh itu, sebagai contoh. Ayub mengalami peristiwa yang sangat-sangat buruk dalam kehidupan seorang anak manusia. Dalam satu hari dia kehilangan seluruh harta bendanya dan ke sepuluh anaknya, yang tewas bersamaan tertimpa rumah yang roboh ketika mereka sedang makan dan minum anggur. Dalam hal ini saja, adakah seseorang yang mengalami hal yang lebih buruk dari Ayub?



Belum cukup dengan semua itu, atas ijin Tuhan, Iblis menimpa Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kaki sampai ke batu kepalanya. Untuk menggaruk barah yang menimbulkan gatal-gatal yang luar biasa itu Ayub harus memakai sekeping beling untuk melakukannya. 



Sahabat-sahabatnya yang memandang dari jauh tidak dapat mengenali lagi sosok Ayub. Mereka menangis dengan suara nyaring, mengoyak jubahnya dan menaburkan debu di atas kepala mereka sebagai tanda berkabung. Mereka duduk di tanah bersama Ayub selama tujuh hari tujuh malam dan tidak seorangpun dari mereka yang berkata-kata kepada Ayub, karena mereka melihat betapa beratnya penderitaan Ayub. 



Secara kasat mata, apa yang di alami oleh Ayub, orang benar itu, adalah hal yang sangat buruk di pemandangan manusia, tetapi apakah hal itu benar-benar buruk di hadapan Allah? Sama sekali tidak! Mengapa dan apa buktinya? Buktinya adalah, respon Ayub yang ditujukannya kepada istrinya yang meminta dia mengutuki Allahnya. 



Ayub 2:20, Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" 



Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya. 



Dalam penderitaan yang berat, Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya. Inilah yang justru Allah mau buktikan kepada Iblis, bahwa ada orang yang tetap mencintai Tuhan dan tetap hidup dalam kesalehan sekalipun hidupnya menderita. Hidup Ayub kelihatan buruk di hadapan manusia tetapi tidak di hadapan Allah, karena ia tetap percaya kepada Allah.   



2. Apa yang kelihatan baik dan mengagumkan di hadapan manusia, belum tentu benar-benar baik di hadapan Allah.



Kemujuran orang fasik adalah contohnya. 

Mazmur 73:3-5, mengatakan : 

Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik.

Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka;

mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain.



Sepertinya, orang-orang fasik tersebut tidak mengalami kesusahan manusia. Di pemandangan manusia keadaan mereka sangat baik. Tetapi bagaimana Allah memandang mereka? Mazmur 73:18-19,

Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur.

Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan!



Orang fasik itu kelihatan baik di hadapan manusia tetapi di pemandangan Allah mereka sedang berjalan kepada kebinasaan.

BAIK DAN BURUK DI MATA MANUSIA DAN DI MATA TUHAN



Satu tahun sudah masa pandemi covid 19 kita lalui di Indonesia. Masih tersisa pertanyaan, “Mengapa banyak orang percaya ikut terdampak sama seperti orang yang tidak percaya? Bahkan tidak sedikit di antara mereka harus meninggal dunia? Bagaimana dengan janji penyertaan dan perlindungan Tuhan atas mereka? Mengapa nasib orang percaya sepertinya sama saja dengan orang yang tidak percaya?  



Sebelum kita menjawabnya sesuai firman Tuhan, mari kita renungkan dua kenyataan di bawah ini :

1. Apa yang kelihatan buruk di pemandangan manusia, belum tentu benar-benar buruk di pemandangan Allah.



Kehidupan Ayub, orang saleh itu, sebagai contoh. Ayub mengalami peristiwa yang sangat-sangat buruk dalam kehidupan seorang anak manusia. Dalam satu hari dia kehilangan seluruh harta bendanya dan ke sepuluh anaknya, yang tewas bersamaan tertimpa rumah yang roboh ketika mereka sedang makan dan minum anggur. Dalam hal ini saja, adakah seseorang yang mengalami hal yang lebih buruk dari Ayub?



Belum cukup dengan semua itu, atas ijin Tuhan, Iblis menimpa Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kaki sampai ke batu kepalanya. Untuk menggaruk barah yang menimbulkan gatal-gatal yang luar biasa itu Ayub harus memakai sekeping beling untuk melakukannya. 



Sahabat-sahabatnya yang memandang dari jauh tidak dapat mengenali lagi sosok Ayub. Mereka menangis dengan suara nyaring, mengoyak jubahnya dan menaburkan debu di atas kepala mereka sebagai tanda berkabung. Mereka duduk di tanah bersama Ayub selama tujuh hari tujuh malam dan tidak seorangpun dari mereka yang berkata-kata kepada Ayub, karena mereka melihat betapa beratnya penderitaan Ayub. 



Secara kasat mata, apa yang di alami oleh Ayub, orang benar itu, adalah hal yang sangat buruk di pemandangan manusia, tetapi apakah hal itu benar-benar buruk di hadapan Allah? Sama sekali tidak! Mengapa dan apa buktinya? Buktinya adalah, respon Ayub yang ditujukannya kepada istrinya yang meminta dia mengutuki Allahnya. 



Ayub 2:20, Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" 



Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya. 



Dalam penderitaan yang berat, Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya. Inilah yang justru Allah mau buktikan kepada Iblis, bahwa ada orang yang tetap mencintai Tuhan dan tetap hidup dalam kesalehan sekalipun hidupnya menderita. Hidup Ayub kelihatan buruk di hadapan manusia tetapi tidak di hadapan Allah, karena ia tetap percaya kepada Allah.   



2. Apa yang kelihatan baik dan mengagumkan di hadapan manusia, belum tentu benar-benar baik di hadapan Allah.



Kemujuran orang fasik adalah contohnya. 

Mazmur 73:3-5, mengatakan : 

Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik.

Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka;

mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain.



Sepertinya, orang-orang fasik tersebut tidak mengalami kesusahan manusia. Di pemandangan manusia keadaan mereka sangat baik. Tetapi bagaimana Allah memandang mereka? Mazmur 73:18-19,

Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur.

Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan!



Orang fasik itu kelihatan baik di hadapan manusia tetapi di pemandangan Allah mereka sedang berjalan kepada kebinasaan.

6 min.