6 afleveringen

Mempersiapkan peralihan ke fase kehidupan berikutnya sebagai wujud penghambaan kepadaNya

Di Ujung Harapan Hari Educoach

    • Zaken en persoonlijke financiën

Mempersiapkan peralihan ke fase kehidupan berikutnya sebagai wujud penghambaan kepadaNya

    Manusia vs Sebutir Nasi

    Manusia vs Sebutir Nasi

    MANUSIA VS SEBUTIR NASI

    Sudah lama saya berniat konsultasi ke dokter gigi, namun selalu saja tertunda. Alasan utamanya karena sakit gigi ini masih bersifat datang dan pergi. Jadi saya pikir belum terlalu mendesak untuk diobati.

    Saya tahu penyebabnya adalah gigi berlubang dan sepertinya lubang tersebut belum terlalu dalam, yang dapat menimbulkan nyeri berkepanjangan. Saya hanya perlu berhati-hati ketika sedang makan, untuk menghindari rasa sakit yang mungkin ditimbulkan.

    Tetapi memang kondisi gigi yang tidak sehat itu tak bisa dibiarkan terlalu lama. Kemarin saat makan siang, ada sebutir nasi yang menyelinap tepat ke pusat gigi berlubang tersebut. Lalu tanpa sengaja lidah saja bergerak menuju gigi itu, sehingga sebutir nasi tersebut terdorong dan "menusuk" ke akar gigi yang terbuka.

    Akibatnya, secara mengejutkan saya dihantam rasa sakit yang tak tertahankan. Seolah-olah ada jarum yang sangat tajam merobek bagian gusi. Belum pernah saya merasakan nyeri yang demikian mengerikan seperti itu.

    Saya menghentikan makan, menarik napas perlahan-lahan sambil meringis karena menahan sakit yang begitu berkecamuk. Tubuh saya terdiam, dengan mata terpejam untuk mencoba menenangkan diri agar tidak lebih menderita.

    Selama beberapa menit tak ada yang dapat saya lakukan kecuali menjerit sekeras-kerasnya di dalam hati. Sampai kemudian rasa nyeri itu perlahan-lahan berkurang dan saya dapat melakukan aktivitas lagi setelah terduduk tak berdaya.

    Sungguh rasa sakit itu meninggalkan trauma yang tak bisa hilang dari pikiran. Hingga malam hari saya masih merenung dan mencoba memikirkan hikmah dari kejadian tersebut. Tentu saja pelajaran terpenting adalah jangan menunda pergi ke dokter gigi.

    Pelajaran lain, betapa saya menyadari manusia itu teramat lemah. Bayangkan saja seorang lelaki dewasa yang sehat dan kuat ternyata tak berdaya hanya melawan sebutir nasi!

    Alangkah tak pantasnya kita bersikap menyombongkan diri. Apa yang mau dibanggakan? Kecerdasan, kekuatan atau kekayaan?

    Ingatlah seorang tokoh besar peraih Nobel Perdamaian 1993, pahlawan yang melawan rasisme di dunia dan presiden Afrika Selatan yang revolusioner pada masanya. Meski sederet prestasi luar biasa ia raih, namun di usia lanjut ia harus menyerah dengan penyakit pikun.

    Ingat pula 43 perusahaan maskapai penerbangan di seluruh penjuru bumi, seperti Thai Airways dan Air Italy, yang harus bangkrut dalam waktu singkat. Padahal mereka semua perusahaan kaya raya yang dirintis puluhan tahun. Namun tak berdaya menghadapi virus kecil bernama corona.

    Tidak cukupkah contoh bagi kita bahwa keperkasaan manusia sehebat apapun ternyata harus takluk dengan hal-hal kecil yang tidak terduga. Semua ini seharusnya membuka mata kita bahwa tak ada alasan yang bisa diterima untuk membuat kita angkuh dan arogan.

    Rupanya sebutir nasi yang tadi siang menusuk bagian gigi berlubang saya, dalam waktu bersamaan menusuk pula ketinggian hati ini. Mungkin pertanda saatnya ke dokter gigi dan ke dokter hati sekaligus.

    • 4 min.
    SADAR DIRI

    SADAR DIRI

    Saya sedang teringat kepada kisah nyata tentang seorang ayah yang sukses dimintakan uang seratus juta oleh anaknya untuk memulai usaha. Secara matematika uang sebanyak itu bukan hal besar dibanding kekayaan sang ayah.

    Ia lantas bertanya akan digunakan usaha apa uang sebanyak itu? Anaknya menjawab bahwa ia akan mendirikan sebuah cafe, dan menurut perhitungannya modal awal itu cukup untuk sewa tempat, membeli mesin espresso, menggaji seorang barista, dan membeli furniture layaknya cafe.

    Tanpa diduga, sang ayah tidak setuju. Ia mengajukan kesempatan pada anaknya itu kalau hanya sepuluh juta masih mungkin bisa ia berikan.

    "Kamu itu belum pernah berbisnis, mana mungkin bisa kelola usaha yang langsung besar? Itu sama saja buang-buang duit! Belajarlah dari yang kecil dulu, sampai kamu mengerti bagaimana lika-liku usaha kecil. Barulah kamu pantas untuk diberi modal besar!"

    Demikianlah cerita tersebut yang saya dengar. Meski mudah bagi sang ayah mencairkan dana sejumlah itu, namun ia hendak memberi pelajaran sesuai pengalaman hidupnya. Bahwa ilmu bisnis itu bertahap.

    Kita harus menjadi ahli dulu pada usaha kecil, untuk bisa melangkah pada dunia usaha besar. Setiap pengusaha punya tingkat kepandaian masing-masing.

    Sebenarnya bukan ilmu bisnis saja, namun semua ilmu pengetahuan di dunia ini memiliki tingkatan. Semua ahli dalam suatu bidang, memiliki kapasitas yang bertingkat-tingkat. Inilah yang dimaksud dalam surat Yusuf ayat 76

    • 4 min.
    Legenda Raja dan Batu

    Legenda Raja dan Batu

    Alkisah di sebuah kerajaan hiduplah seorang raja yang bijaksana. Pada suatu malam, sang raja pergi ke sebuah jalan yang sering dilalui rakyatnya. Kemudian ia meletakkan sebuah batu yang sangat besar tepat di tengah-tengah jalan tersebut.

    Ketika pagi hari, orang-orang kebingungan mengapa tetiba ada batu besar di tengah jalan. Sungguh batu itu sangat mengganggu sekali, sehingga mereka mengumpat dan memaki hal tersebut.

    Sebagian dari mereka mengeluh dan menghela napas panjang karena perjalanan menjadi terusik olehnya. Sebagian lagi mengucap sumpah serapah kepada siapapun yang telah mendatangkan masalah ini kepada mereka.

    Setelah berlangsung cukup lama, suatu hari seorang lelaki berjalan melintasi jalan tersebut. Ia terheran melihat batu besar yang menghalangi seperti itu namun mengapa tak ada orang yang tergerak untuk menyingkirkannya.

    Maka sang lelaki mendorong batu tersebut sekuat tenaganya agar bergeser ke tepi jalan. Memang cukup berat dan melelahkan, pantas saja orang-orang tidak ada yang mau melakukannya. Namun pada akhirnya ia berhasil menyelesaikan pekerjaan tersebut meski kelelahan.

    Tanpa disangka, rupanya di bawah batu besar itu ada satu kantong uang emas. Sang lelaki merasa gembira memperolehnya. Rupanya raja memang sengaja meletakkan hadiah tersebut, sebagai kejutan bagi siapa saja yang tergerak menyingkirkan batu itu.

    Demikianlah legenda tentang raja dan batu yang kerap kali diceritakan dari generasi ke generasi. Betapa banyak kebenaran yang disampaikan dalam kisah tersebut. Bahwa sebagian besar manusia hanya mengeluh saja ketika mereka melihat masalah.

    Alih-alih mereka tertantang untuk mencari solusinya, justru yang dilakukan sebatas mengumpat dan menyalahkan orang lain. Mereka hanya menghindar dari masalah, bukannya menyelesaikan

    • 3 min.
    Siapa Menghargai Dia Akan Dihargai

    Siapa Menghargai Dia Akan Dihargai

    "Jika kita bekerja dengan ikhlas, maka tidak ada bedanya apakah karya kita dihargai orang lain ataupun tidak!"

    Kalimat seperti ini memang benar, tapi mohon dicatat bahwa kebenaran tersebut sebaiknya untuk diri kita sendiri saja. Karena tidak semua orang memiliki mental baja. Tidak semua orang pula bisa bertahan dalam kondisi ia merasa tidak dihargai.

    Bahkan saya sendiri pernah mengalami lunturnya semangat ini, ketika ada perasaan karya saya tidak dihargai. Dahulu, saya pernah menulis sebuah buku dengan mengerahkan segenap pikiran.

    Setiap halaman dari buku itu saya tulis dengan penuh konsentrasi. Puluhan sumber literatur saya kaji dan rangkum. Tentu saja niat saya ikhlas agar ilmu yang selama ini terkunci dalam lemari buku saya itu kelak dapat menyebar kepada seluruh sahabat.

    Namun apa yang terjadi setelah buku itu selesai? Ternyata tidak laku di pasaran! Itulah titik ketika saya merasa kerja keras ini tidak dihargai. Saya memang bekerja dengan ikhlas, namun perasaan rapuh tersebut datang begitu saja.

    Seiring bergulirnya waktu kekecewaan itu mulai mencair. Saya sadar apabila kita mencoba melawan dunia, maka dunia lah yang akan selalu menang. Kita harus bisa menerima dunia ini apa adanya.

    Namun saya mendapat pelajaran untuk senantiasa menghargai orang lain. Apalagi kalau kita memang mendapatkan manfaat dari karya mereka. Sebatu itukah hati ini hingga kita tidak mau memberi penghargaan kepada mereka.

    Cobalah tersenyum dan menyapa petugas penjaga pintu mall ketika kita lewat di depannya. Saya yakin ia akan merasa dihargai, ketika banyak orang melintas begitu saja seolah-olah keberadaannya tidak dianggap.

    Berikan apresiasi kepada mereka yang senang berbagi ilmu di media sosial. Saya tahu mereka ikhlas melakukannya, namun sebuah tombol like dan subscribe tidak akan membuat jari kita terluka. Lebih dari itu, mereka akan merasa dihargai.

    Ucapkan terimakasih kepada petugas penjaga loket parkir dan doakan mereka agar diberi kesehatan dan keluasan hati. Bayangkan setiap hari mereka bekerja di ruang sempit seperti itu, dengan hanya ditemani besi dan kaca.

    Hati saya remuk melihat video di atas. Siapa gerangan pengemudi yang tega berkata yang menyakiti perasaan petugas tersebut? Tidakkah ia tahu menghargai orang lain itu sesuatu yang mudah dilakukan?

    Karena tidak semua orang memiliki mental baja. Tidak semua orang pula bisa bertahan dalam kondisi ia merasa tidak dihargai.

    • 3 min.
    NILAI YANG TERTUKAR

    NILAI YANG TERTUKAR

    Sekelompok pencuri berhasil masuk ke dalam toko emas pada malam hari. Namun mereka tidak menggasak barang-barang mewah yang ada di sana. Para pencuri itu hanya menukar label harga dari beberapa perhiasan mahal dengan perhiasan murah.

    Kemudian mereka keluar dari toko tersebut dari jalan yang sama saat masuk dan menguncinya lagi dengan cara yang sangat rapi, sehingga tak seorangpun yang tahu bahwa sesungguhnya malam itu ada sesuatu terjadi di dalam toko.

    Keesokan harinya para pencuri cerdas itu datang ke toko emas dengan berpakaian yang sopan dan bertransaksi layaknya pembeli lainnya.

    Mereka telah menghafal dengan baik perhiasan mahal yang sudah bertukar harga tersebut. Lantas membelinya dengan harga yang murah tanpa kecurigaan sedikitpun dari para pelayan toko.

    Demikianlah sebuah cerita fiksi tentang pencurian toko emas yang cukup populer dari negara Denmark. Pesan moral dari cerita tersebut bahwa di dunia ini ada kalanya kita menemukan hal-hal yang tertukar seperti perhiasan itu.

    Ketika sesuatu yang bernilai tinggi namun berharga murah dan sebaliknya sesuatu yang bernilai rendah tetapi harganya mahal. Perlu kebijaksanaan bagi kita semua menyikapi hal-hal seperti ini.

    Seberapa sering kita membeli sebuah barang tanpa pikir panjang lagi bahwa kita sebetulnya tidak terlalu membutuhkannya. Akibatnya barang itu hanya tergeletak di rumah bersama benda-benda tidak terpakai lainnya. Inilah salah satu contoh barang dengan harga mahal namun bernilai rendah.

    Sebaliknya ketika ada sesuatu yang sebenarnya membantu kehidupan kita, justru diabaikan. Karena kita menganggapnya "mahal".

    Padahal sesuatu yang memang bernilai tinggi, tentu tak semestinya dipandang dari segi harganya. Apabila jelas-jelas bernilai, sudah pasti harganya "murah". Karena kita akan mendapat manfaat yang sebanding darinya.

    Sekali lagi, diperlukan sikap bijaksana dalam menghargai diri sendiri. Ingatlah bahwa di dunia ini ada kalanya kita menemukan hal-hal yang tertukar seperti perhiasan itu. Belanjakan harta kita untuk sesuatu yang bernilai tinggi, yang membuat kita semakin bertumbuh dan berproses.

    • 3 min.
    HARI YANG TEPAT BERSYUKUR

    HARI YANG TEPAT BERSYUKUR

    Apa yang terjadi jika setiap manusia diberitahu tentang takdir yang akan terjadi pada dirinya di waktu mendatang? Tentu ia tidak bisa tidur nyenyak di malam hari.

    Bayangkan misalnya seseorang sudah mengetahui bahwa pada usia 50 kelak ia akan menderita sakit yang kronis dan dirawat selama berbulan-bulan dengan intensif di ruang ICU serta pengawasan ketat para dokter spesialis.

    Bayangkan pula misalnya orang yang telah tahu pada usia 60 nanti ia akan bangkrut dari usaha dengan tanggungan utang milyaran dan harta bendanya habis. Sedangkan takdir pasti terjadi.

    Sudah tentulah setiap manusia tak bergairah menjalani hidup, meski usia mereka masih jauh menuju angka-angka tersebut. Hari demi hari diliputi ketakutan dan pesimis. Tak ada yang menikmati keindahan matahari ketika terbit dan keteduhan bulan kala purnama.

    Itulah sebabnya mengapa takdir disembunyikan. Allah menutupnya rapat-rapat agar hanya menjadi rahasia-Nya saja. Sehingga kita bisa menikmati hari ini sebagai karunia Allah yang sempurna.

    Berhentilah mencemaskan masa depan, karena Allah sudah mengaturnya dengan sangat cermat. Kita memang tidak tahu musibah apa yang akan terjadi dalam hidup kita, tapi kita juga sama tidak tahunya apa solusi yang Allah sertakan dalam kejadian itu.

    Hari esok belum terjadi, masih banyak kemungkinan orang-orang baru yang akan kita kenal, ilmu-ilmu baru yang akan kita pelajari, dan peluang-peluang baru yang selama ini tak pernah kita duga. Semua akan datang. Nanti. Pada waktunya tiba. Tenang saja.

    Hidup itu berjalan satu hari demi satu hari. Allah sudah siapkan rezeki bagi kita hari ini dan memang harus kita habiskan hari ini juga. Karena esok akan ada lagi rezeki untuk hari esok. Setiap hari ada rezeki baru untuk kita.

    Betapapun panjangnya antrian pembeli di kasir supermarket, yang harus dilakukan sang kasir adalah menyelesaikan transaksi konsumen yang ada di depannya, satu persatu, dan begitu seterusnya hingga kewajibannya selesai. Ia tidak perlu fokus dengan panjangnya antrian.

    Meski puluhan juz dan ratusan surat yang harus dihafalkan seorang hafidz Qur'an, yang ia lakukan tetap saja menghafal satu halaman demi satu halaman, dan begitu seterusnya hingga hafalannya lengkap. Ia tidak perlu fokus dengan tebalnya mushaf.

    Cukuplah kita nikmati hari ini dan segala kejadiannya dengan penuh syukur. Jangan terlalu mencemaskan esok, dan biarlah menjadi urusan esok hari. Bukankah Allah juga sudah menyediakan rezeki untuk esok? Hanya saja kita belum mengetahuinya.

    Sebetulnya masih banyak ilmu terapan yang dapat kita aplikasikan secara praktis sehingga dapat menikmati momen yang sedang berlangsung dan lepas dari kekhawatiran masa depan.

    • 4 min.

Top-podcasts in Zaken en persoonlijke financiën

The Diary Of A CEO with Steven Bartlett
DOAC
Jong Beleggen, de podcast
Pim Verlaan / Milou Brand
Gratis Geld Tips
Tina de Bruin & Eric Westerop
Scherpschutters
Special Forces & Frontlinie strijders
De Geweldloze Podcast
Marieke van Ginneken & Ilse van den Heuvel
Beleggen met De Aandeelhouder - Beursnieuws, Aandelen & Investeren
De AandeelHouder - Nico Inberg, Albert Jellema in gesprek met beleggingsexperts