4 min.

Semua Diberikan Kepada Kita Tetapi Bukan Untuk Kita (3‪)‬ Renungan Pagi

    • Christendom

SEMUA DIBERIKAN KEPADA KITA TETAPI BUKAN UNTUK KITA (bag.3)



Masih dari Kitab Pengkhotbah pasal 2, kita membaca ayat 20 dan 21 :

Dengan demikian aku mulai putus asa terhadap segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari Sebab, kalau ada orang berlelah-lelah dengan hikmat, pengetahuan dan kecakapan, maka ia harus meninggalkan bahagiannya kepada orang yang tidak berlelah-lelah untuk itu. Ini pun kesia-siaan dan kemalangan yang besar.



Salomo merasa putus asa dengan segala usaha yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari, sebab pada akhirnya harus meninggalkan bahagiannya kepada orang yang tidak bersusah payah untuk itu. Salomo bukan saja berlelah-lelah untuk meraih semuanya, melainkan berjerih lelah disertai  hikmat, pengetahuan dan kecakapan, artinya dengan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Itu sebabnya ia menyebutnya sebagai kemalangan yang besar ketika harus meninggalkan bahagiannya kepada orang yang tidak bersusah payah untuk itu.



Saudaraku, pikirkanlah, seandainya kita ada di posisi Salomo, apakah kita juga akan berespons seperti dia? Bisa ya, bisa tidak, itu bergantung untuk siapa semua hal yang kita lakukan dan hasilkan di dalam dunia ini.



Jika semua yang kita kerjakan dan hasilkan dimaksudkan untuk diri kita sendiri, maka kita pasti akan putus asa seperti Salomo, tetapi jika itu dilakukan sebagai sebuah pengabdian, baik kepada Tuhan, pertama-tama, lalu kepada sesama, saya yakin kita akan melihat kenyataan tersebut di atas sebagai sesuatu yang patut untuk tetap disyukuri. 



Dari sinilah saya mau mengajak kita untuk berpikir dan mengetahui apakah sesungguhnya tujuan hidup kita di dunia ini. 

Kejadian 1:26a, mengatakan, Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, …”



Manusia dijadikan menurut gambar dan rupa Allah, secara sederhana hal itu menunjukkan tujuan Allah menjadikan kita. Karena Allah kita adalah Allah Tritunggal yang berada dalam hubungan penuh kasih di antara tiga Pribadi ilahi tersebut, maka kita dijadikan juga dengan suatu kemampuan untuk membangun hubungan penuh kasih pertama-tama dengan Allah sendiri. 

Jadi, kita dijadikan untuk berada dalam hubungan yang intim dengan Dia supaya bertumbuh menjadi serupa dengan diri-Nya. Serupa dengan Dia di dalam pikiran, kehendak dan perasaan kita. Tolok ukur serupa dengan diri Allah adalah Kristus. Itu sebabnya sebagai orang tebusan Allah kita dirancang untuk menjadi serupa dengan Kristus.  

Itulah tujuan hidup orang percaya, berada dalam hubungan yang erat dengan Kristus dan bertumbuh menjadi serupa Kristus.



Jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, hidup dalam hubungan yang erat dengan Kristus berarti menjadikan Dia pusat kehidupan kita. Dan jika Dia adalah  pusat kehidupan kita, maka apa saja yang kita lakukan, kita lakukan seperti untuk Dia dan untuk kemuliaan-Nya. 

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, kepada Dia, bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya. 



Saudaraku, kita ada dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dia seluruh jiwa raga kita diarahkan, sebab memang bagi Dialah hidup kita.



Saya Theo Barahama, mari pancarkan Kerajaan Sorga mulai dari rumah kita.

SEMUA DIBERIKAN KEPADA KITA TETAPI BUKAN UNTUK KITA (bag.3)



Masih dari Kitab Pengkhotbah pasal 2, kita membaca ayat 20 dan 21 :

Dengan demikian aku mulai putus asa terhadap segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari Sebab, kalau ada orang berlelah-lelah dengan hikmat, pengetahuan dan kecakapan, maka ia harus meninggalkan bahagiannya kepada orang yang tidak berlelah-lelah untuk itu. Ini pun kesia-siaan dan kemalangan yang besar.



Salomo merasa putus asa dengan segala usaha yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari, sebab pada akhirnya harus meninggalkan bahagiannya kepada orang yang tidak bersusah payah untuk itu. Salomo bukan saja berlelah-lelah untuk meraih semuanya, melainkan berjerih lelah disertai  hikmat, pengetahuan dan kecakapan, artinya dengan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Itu sebabnya ia menyebutnya sebagai kemalangan yang besar ketika harus meninggalkan bahagiannya kepada orang yang tidak bersusah payah untuk itu.



Saudaraku, pikirkanlah, seandainya kita ada di posisi Salomo, apakah kita juga akan berespons seperti dia? Bisa ya, bisa tidak, itu bergantung untuk siapa semua hal yang kita lakukan dan hasilkan di dalam dunia ini.



Jika semua yang kita kerjakan dan hasilkan dimaksudkan untuk diri kita sendiri, maka kita pasti akan putus asa seperti Salomo, tetapi jika itu dilakukan sebagai sebuah pengabdian, baik kepada Tuhan, pertama-tama, lalu kepada sesama, saya yakin kita akan melihat kenyataan tersebut di atas sebagai sesuatu yang patut untuk tetap disyukuri. 



Dari sinilah saya mau mengajak kita untuk berpikir dan mengetahui apakah sesungguhnya tujuan hidup kita di dunia ini. 

Kejadian 1:26a, mengatakan, Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, …”



Manusia dijadikan menurut gambar dan rupa Allah, secara sederhana hal itu menunjukkan tujuan Allah menjadikan kita. Karena Allah kita adalah Allah Tritunggal yang berada dalam hubungan penuh kasih di antara tiga Pribadi ilahi tersebut, maka kita dijadikan juga dengan suatu kemampuan untuk membangun hubungan penuh kasih pertama-tama dengan Allah sendiri. 

Jadi, kita dijadikan untuk berada dalam hubungan yang intim dengan Dia supaya bertumbuh menjadi serupa dengan diri-Nya. Serupa dengan Dia di dalam pikiran, kehendak dan perasaan kita. Tolok ukur serupa dengan diri Allah adalah Kristus. Itu sebabnya sebagai orang tebusan Allah kita dirancang untuk menjadi serupa dengan Kristus.  

Itulah tujuan hidup orang percaya, berada dalam hubungan yang erat dengan Kristus dan bertumbuh menjadi serupa Kristus.



Jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, hidup dalam hubungan yang erat dengan Kristus berarti menjadikan Dia pusat kehidupan kita. Dan jika Dia adalah  pusat kehidupan kita, maka apa saja yang kita lakukan, kita lakukan seperti untuk Dia dan untuk kemuliaan-Nya. 

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, kepada Dia, bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya. 



Saudaraku, kita ada dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dia seluruh jiwa raga kita diarahkan, sebab memang bagi Dialah hidup kita.



Saya Theo Barahama, mari pancarkan Kerajaan Sorga mulai dari rumah kita.

4 min.