18 min

Natal: Kartu Ucapan, Keramahtamahan dan Panggilan Dharma‪.‬ Dadicahyono Ngudarasa

    • Religion & Spirituality

Selama saya berpikir bahwa saat terjadi penyalahgunaan agama sebagai kendaraan untuk menangguk keuntungan, teman-teman saya yang muslim diam saja. Mungkin karena merasa tidak enak. Tetapi anggapan saya salah besar. Mereka juga gerah! Gerah melihat Indonesia yang dirusak oleh segelintir orang yang tidak bisa mengendalikan syahwat kekuasaan mereka. Gerah karena melihat semakin banyak orang yang tidak bisa beragama dengan hati nurani yang bersih. Gerah melihat kebhinnekaan yang seharusnya menjadi anugerah justru dipolitisasi demi kepentingan tertentu. Gerah melihat manusia-manusia dirampas haknya. Apalagi ketika memasuki bulan Desember, bulan yang seharusnya penuh dengan damai, namun dirusak oleh agenda tahunan penerbitan fatwa haram untuk mengucapkan selamat Natal.

Melalui perjumpaan dan relasi dengan Vina, dan teman-teman Gusdurian. Saya belajar banyak hal. Paling tidak saya tidak merasa sendirian. Saya tidak sendiri saat gerah dengan kekerasan atas nama agama yang terus terjadi. Saya tidak sendirian saat menangisi jatuhnya korban kebiadaban manusia atas nama agama. Pun saat ini, saya tidak sendirian saat berhadapan dengan pandemi. Ya, saya tidak sendirian di tengah Natal yang hening tahun ini. Ucapan selamat Natal dari Vina meneguhkan saya untuk terus menjalani panggilan saya: menyemai pengampunan di mana saja, menebar benih belas kasih di mana saja, menebar keadilan di mana saja, dengan harapan, kebenaran dan perdamaian pun bisa bertumbuh mengiringinya.

Natal tahun ini memang berbeda. Alih-alih kita merayakan dengan hingar-bingar, kita diajak untuk larut dalam refleksi dan perenungan diri. Pandemi ini mau tidak mau mengubah hidup kita, termasuk bagaimana kita memaknai kehadiran Allah dalam diri Yesus yang lahir ke dunia. Dalam bukunya yang berjudul Labirin kehidupan, pdt. Joas Adiprasetya menyebutkan bahwa Natal adalah perjumpaan antara keramahtamahan ilahi dan keramahtamahan insani. Anak Allah yang menjadi manusia itu menjadi bukti keramahtamahan Allah dalam menyambut manusia yang terasing di dalam dunia, yang adalah juga rumah Allah. Dalam rekonstruksinya atas peristiwa kelahiran Yesus, pak Joas menjelaskan bahwa kelahiran Yesus bukanlah sebuah tanda penolakan, melainkan penerimaan. Tuan dan nyonya rumah menerima Yusuf dan Maria yang tengah mengandung dan menempatkan mereka di ruang bawah, karena ruang tamu atas (kataluma) sudah penuh. Tindakan sang tuan/nyonya rumah itu adalah sebuah tindakan etis menerima orang asing (stranger) sebagai tamu (guest), bahkan sahabat (friend). Proses transisi dari stranger-guest-friend inilah yang menjadi ciri yang sangat khas dalam semua bentuk keramahtamahan. Tahun ini, saya merasakan keramahtamanan insani dari sosok Vina, seorang muslim yang membuka dirinya untuk berbagi duka dan berbagi sukacita, yang meneguhkan saya untuk menjalani panggilan dharma.

Selama saya berpikir bahwa saat terjadi penyalahgunaan agama sebagai kendaraan untuk menangguk keuntungan, teman-teman saya yang muslim diam saja. Mungkin karena merasa tidak enak. Tetapi anggapan saya salah besar. Mereka juga gerah! Gerah melihat Indonesia yang dirusak oleh segelintir orang yang tidak bisa mengendalikan syahwat kekuasaan mereka. Gerah karena melihat semakin banyak orang yang tidak bisa beragama dengan hati nurani yang bersih. Gerah melihat kebhinnekaan yang seharusnya menjadi anugerah justru dipolitisasi demi kepentingan tertentu. Gerah melihat manusia-manusia dirampas haknya. Apalagi ketika memasuki bulan Desember, bulan yang seharusnya penuh dengan damai, namun dirusak oleh agenda tahunan penerbitan fatwa haram untuk mengucapkan selamat Natal.

Melalui perjumpaan dan relasi dengan Vina, dan teman-teman Gusdurian. Saya belajar banyak hal. Paling tidak saya tidak merasa sendirian. Saya tidak sendiri saat gerah dengan kekerasan atas nama agama yang terus terjadi. Saya tidak sendirian saat menangisi jatuhnya korban kebiadaban manusia atas nama agama. Pun saat ini, saya tidak sendirian saat berhadapan dengan pandemi. Ya, saya tidak sendirian di tengah Natal yang hening tahun ini. Ucapan selamat Natal dari Vina meneguhkan saya untuk terus menjalani panggilan saya: menyemai pengampunan di mana saja, menebar benih belas kasih di mana saja, menebar keadilan di mana saja, dengan harapan, kebenaran dan perdamaian pun bisa bertumbuh mengiringinya.

Natal tahun ini memang berbeda. Alih-alih kita merayakan dengan hingar-bingar, kita diajak untuk larut dalam refleksi dan perenungan diri. Pandemi ini mau tidak mau mengubah hidup kita, termasuk bagaimana kita memaknai kehadiran Allah dalam diri Yesus yang lahir ke dunia. Dalam bukunya yang berjudul Labirin kehidupan, pdt. Joas Adiprasetya menyebutkan bahwa Natal adalah perjumpaan antara keramahtamahan ilahi dan keramahtamahan insani. Anak Allah yang menjadi manusia itu menjadi bukti keramahtamahan Allah dalam menyambut manusia yang terasing di dalam dunia, yang adalah juga rumah Allah. Dalam rekonstruksinya atas peristiwa kelahiran Yesus, pak Joas menjelaskan bahwa kelahiran Yesus bukanlah sebuah tanda penolakan, melainkan penerimaan. Tuan dan nyonya rumah menerima Yusuf dan Maria yang tengah mengandung dan menempatkan mereka di ruang bawah, karena ruang tamu atas (kataluma) sudah penuh. Tindakan sang tuan/nyonya rumah itu adalah sebuah tindakan etis menerima orang asing (stranger) sebagai tamu (guest), bahkan sahabat (friend). Proses transisi dari stranger-guest-friend inilah yang menjadi ciri yang sangat khas dalam semua bentuk keramahtamahan. Tahun ini, saya merasakan keramahtamanan insani dari sosok Vina, seorang muslim yang membuka dirinya untuk berbagi duka dan berbagi sukacita, yang meneguhkan saya untuk menjalani panggilan dharma.

18 min

Top Podcasts In Religion & Spirituality

Joel Osteen Podcast
Joel Osteen, SiriusXM
Our Daily Bread Podcast | Our Daily Bread
Our Daily Bread Ministries
Renewing Your Mind with R.C. Sproul
Ligonier Ministries
The Bo Sanchez Podcast
The Abundance Network
CCF Sermon Audio
Christ's Commission Fellowship
Pastor Rick's Daily Hope
PastorRick.com