Pandangan Nanda nanda gibral
-
- Religion & Spirituality
Pandangan Nanda merupakan podcast yang menyajikan pandangan terhadap dunia ini terkait pendidikan,bahasa, sastra, budaya, logika, filsafat, dan ilmu agama.
-
-
Tak Apa-MusikalisasiPuisi|disuarakan oleh nandagibral
"Tak Apa"
Ketika ku tanya mengapa
Kau hanya menjawab tak apa
Tapi sikapmu sebaliknya
Menjebakku dalam tanya
Aku paham,
mungkin kau hanya ingin menjaga rasa
Tapi bagaimana mau menjaga
Jika rasa yang kau rasa
Tak bisa aku rasa
Seandainya saja aku cenayang
Mungkin aku bisa paham,
tanpa kau bilang
Sayangnya, aku hanya sayang
Mungkin itu tidak cukup
Untuk memadamkan api
sebelum menjadi arang
#musikalisasipuisi #ibadahpuisi -
Senandung Nelayan|Zawawi Imron- disuarakan oleh nandagibral
Senandung Nelayan
Angin yang kini letihbersujud di pelupuk ibulaut! apakah pada debur ombakmuterangkum sunyi ajalku?
Oi, buih-buih zaman saling memburukali ini doaku lumpuhgagal mengusap tujuh penjurupada siapa 'kan kulepas napas cemburu?
Jika sebutir air mata adalah permatatolong simpan di jantung telukmu!
Dari bisik ke bisik perahu beringsut majujika nanti bulan datang menyingkap teka-tekimutak sia-sia kujilat luka purbatempat senyum menetasjadi iman dan layar. -
Ibu| Zawawi Imron-Sebuah Puisi Disuarakan oleh nandagibral
Ibu, kalau aku merantau lalu datang musim kemarau sumur-sumur kering, dedaunan pun gugur bersama reranting hanya mata air airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir
bila aku merantau sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku di hati ada mayang siwalan memutihkan sari-sari kerinduan lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
ibu adalah gua pertapaanku dan ibulah yang meletakkan aku di sini saat bunga kembang menyerbak bau sayang ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi aku mengangguk meskipun kurang mengerti
bila kasihmu ibarat samudra, ibu
sempit lautan teduh tempatku mandi, mencuci lumut pada diri tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan namamu ibu, yang kan kusebut paling dahulu lantaran aku tahu engkau ibu dan aku anakmu
bila aku berlayar lalu datang angin sakal Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
ibulah itu, bidadari yang berselendang bianglala sesekali datang padaku menyuruhku menulis langit biru dengan sajakku -
Bibirku bersujud di Bibirmu| karya Hasan Aspahani- disuarakan oleh nandagibral
Bibirku bersujud di bibirmu
Oleh: Hasan Aspahan
Wahai, pelayar malam, tiga kapal karam, masam dendam
apa lagi yang kau pendam, sebelum semuanya tenggelam?
Kita pun kehilangan ombak, pasir dan berabad rakaat,
terlelap dalam perangkap, sekejap malam yang cacat.
Tanpa sujud, bagaimana menyebut ini sebuah tahajud.
Aduhai laut yang mengenal semua kapal, kau tahukah?
Pada separuh luruh usia tubuh, ada sepertiga subuh
yang tak pernah hendak menunggu jangkarmu berlabuh.
Dan pada lipatan pantai sajadah yang tak lagi basah
Tajam musimmu makin meranjau: aku kian kemarau
Aku masih sabar menunggu, kau kirim tanda zikir-zikir,
Semakin mendekat gemetar bibir, pada persujudan pasir,
rukuk musafir, sampai mengerti isyarat ombak terakhir.
Kau bertanya: hauskah?
– Aku jawab: ya, beri aku air
Kau bertanya: haruskah?
– Aku minta: atau sebaiknya kau usir
Siapa yang menangis di dermaga? Siapa menghangatkan
laut dengan airmata? Siapa yang melambai di atas palka?
Siapa yang menghentak kaki berlari ke surut samudera?
Siapa mengarak riak jadi mahagelombang maharaksasa?
Aku semakin tak sanggup. Dengar. Dendang itu semakin sayup:
kenapa harus gelombang,
gelombang,
gelombang,
gelombang,
gelombang,
gelombang,
kenapa harus gelombang,
gelombang,
gelombang,
gelombang,
gelombang,
gelombang,
kenapa harus gelombang.
Bibirku bersujud di bibirmu, lalu kita lafazkan zikir pasir.
Bibirku bersujud di bibirmu, hampar mulut yang pesisir.
Bibirku bersujud di bibirmu, pagut sebutir pungut sebutir.
***
Puisi ini menceritakan Tsunami Aceh dan Konflik Aceh-RI. Semoga puisi ini dapat menghibur. Ayo kita jaga perdamaian Aceh. Ayo kita kawal MoU Helsinki dan UUPA. Aceh Beujaya, Aceh Beu Meucuhu lage Nyang ka ka. -
Tapi- disuarakan oleh nandagibral
Tapi• Dibaca oleh nandagibral
aku bawakan bunga padamu
tapi kau bilang masih
aku bawakan resahku padamu
tapi kau bilang hanya
aku bawakan darahku padamu
tapi kau bilang cuma
aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau bilang meski
aku bawakan dukaku padamu
tapi kau bilang tapi
aku bawakan mayatku padamu
tapi kau bilang hampir
aku bawakan arwahku padamu
tapi kau bilang kalau
tanpa apa aku datang padamu
wah!