Выпусков: 10

Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah dengan cara-cara yang benar.

Radio Rodja 756 AM Radio Rodja 756AM

    • Религия и духовность

Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah dengan cara-cara yang benar.

    Hindari Memandang Rendah Anak

    Hindari Memandang Rendah Anak

    Hindari Memandang Rendah Anak merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 20 Dzulqa’dah 1445 H / 28 Mei 2024 M.















    Kajian Tentang Hindari Memandang Rendah Anak







    Kita masih membahas kesalahan-kesalahan yang harus dihindari (dalam komunikasi dengan remaja). Di antaranya yaitu suka memburuk-burukkan, menjelek-jelekkan, dan memandang rendah anak. Mungkin ini akibat membandingkan anak dengan anak yang lain, sehingga terkesan kita merendahkannya dan menjelekkannya karena dia tidak bisa seperti Fulan dan Fulan. Ini adalah hal yang tidak seharusnya dilakukan orang tua kepada anak-anak mereka, terutama remaja yang tentunya mereka mengerti betapa jeleknya ketika dia dipandang rendah oleh orang tuanya sendiri. Mungkin karena akibat dia dibandingkan dengan anak-anak yang lain, ada perasaan bahwa ini tidak fair bagi dirinya dan ini akan membuat anak itu cenderung memberontak apabila hal ini terus dilakukan.







    Banyak orang tua suka mempermasalahkan hal-hal yang tidak perlu dipermasalahkan atau yang masih bisa ditoleransi. Sehingga kadang-kadang masalah-masalah kecil selalu diangkat dan dipermasalahkan. Mungkin orang tua ini merasa tidak ada topik lain untuk dibahas atau diangkat untuk dijadikan materi dialog komunikasi dengan anak, sehingga hal-hal kecil yang kadang-kadang sepele dan sebenarnya masih bisa ditolerir kita besar-besarkan.







    Terutama para ibu, di sini yang kadang-kadang karena kemampuan berpikir mereka juga terbatas, sehingga kemampuan mereka berkomunikasi dengan anak-anak remaja mereka juga terbatas. Kadang-kadang hal-hal yang tidak perlu diangkat dan dibahas ternyata dipermasalahkan. Ini harus dihindari. Sebenarnya kita buang-buang energi kalau kita mempermasalahkan hal-hal yang kecil. Bahkan ada yang langsung menvonis, menyerang anak itu dengan kata-kata, menyerangnya secara verbal, misalnya memarahinya dengan berlebihan, dan ini akan menjatuhkan mental anak. Yang lebih parah, yaitu akan menurunkan kepercayaan anak terhadap orang tuanya. Ini sangat berbahaya karena anak akan menghindari dan menjauhi orang tuanya. Sebagian orang tua mungkin tidak sadar bahwa mereka sudah mulai dijauhi oleh anak-anak remaja mereka karena selalu mengangkat masalah-masalah yang sebenarnya tidak perlu diangkat.







    Maka hal-hal yang masih bisa kita beri toleransi, berilah toleransi kepada mereka. Kita juga sama, sebenarnya kita yang dewasa saja kadang-kadang kalau dipersalahkan terus maka apa yang kita lakukan? Kita merasa kenapa saya tidak dikasih toleransi? Semua manusia perlu toleransi, kita dan remaja juga. Apabila kita harus divonis setiap kesalahan yang kita lakukan, dada kita akan sempit, pikiran kita juga akan buntu. Kita seolah-olah tidak bisa berbuat apa-apa, mati kreativitas kita. Itu kalau selalu dilihat sisi yang buruk pada diri kita.







    Di sinilah pentingnya kita menjadi orang yang cerdas. Orang yang cerdas itu adalah orang yang bisa melihat sesuatu dari berbagai sisi, tidak hanya dari satu sisi saja. Dengan itu kita bisa memberikan toleransi kepada orang lain dan kita bisa memahami orang lain. Kalau kita hanya berpikir melihat dari satu sisi saja, maka orang lain tidak ada benarnya dan kita tidak ada salahnya. Kita akan selalu merasa benar apapun yang kita lakukan. Karena manusia seburuk-buruk apapun yang dilakukannya, dia pasti punya argumentasi, terlepas benar atau salah, atas apa yang dilakukannya itu. Kalau dia melihatnya dari satu arah saja,

    Yakin

    Yakin

    Yakin adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Hadits-Hadits Perbaikan Hati. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada Senin, 19 Dzulqa’dah 1445 H / 27 Mei 2024 M.















    Kajian Islam Ilmiah Tentang Yakin







    Dari Ausath bin Ismail Al-Bajali, beliau berkata bahwa beliau mendengar sahabat Abu Bakar berkata ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah meninggal dunia. Abu Bakar berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berdiri di tempatku ini tahun pertama.” Kemudian sahabat Abu Bakar menangis, kemudian beliau berkata,







    عليكم بالصدق فإنه مع البر وهما في الجنة…







    “Hendaklah kalian selalu jujur karena sesungguhnya kejujuran dan kebaikan itu berada di surga. Jauhilah kedustaan karena sesungguhnya kedustaan dan kefujuran, dua-duanya di neraka. Mohonlah kepada Allah keselamatan karena sesungguhnya tidaklah seorang diberikan sesuatu yang lebih baik setelah keyakinan dari keselamatan. Janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling memutuskan hubungan, janganlah kalian saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).







    Di dalam riwayat lain, Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam bersabda,







    سلو لله اليقين والمعافاة، فإنه لم يؤت أحد بعد اليقين خيرا من المعافاة.







    “Mintalah kepada Allah keyakinan dan keselamatan, karena sesungguhnya tidaklah seseorang diberi sesuatu yang lebih baik setelah keyakinan yaitu keselamatan.” (HR. Abu Daud Ath Thayalisi)







    Dari sahabat Abdullah bin Umar, beliau berkata, “Setiap kali Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam berdiri dari majelis, beliau sering membaca doa-doa ini:







    الَّلهمَّ اقْسِم لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تحُولُ بِه بَيْنَنَا وبَينَ مَعاصيك، وَمِنْ طَاعَتِكَ ماتُبَلِّغُنَا بِه جَنَّتَكَ، ومِنَ اْليَقيٍن ماتُهِوِّنُ بِه عَلَيْنا مَصَائِبَ الدُّنيَا، الَّلهُمَّ مَتِّعْنا بأسْمَاعِناَ، وأبْصَارناَ، وِقُوّتِنا مَا أحييْتَنَا، واجْعَلْهُ الوَارِثَ منَّا، وِاجعَل ثَأرَنَا عَلى مَنْ ظَلَمَنَا، وانْصُرْنا عَلى مَنْ عادَانَا، وَلا تَجْعلْ مُصِيَبتَنا فِي دينَنا، وَلا تَجْعلِ الدُّنْيَا أكبَرَ همِّنا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمٍنَا، وَلا تُسَلِّط عَلَيَنَا مَنْ لاَ يْرْحَمُناَ







    “Ya Allah, karuniakanlah kepada kami rasa takut kepadaMu yang menghalangi kami dari maksiat kepadaMu, ketaatan kepadaMu yang dapat menyampaikan kami ke surgaMu, `dan keyakinan yang dapat meringankan kami dari musibah-musibah dunia. Ya Allah, jagalah pendengaran, penglihatan, dan kekuatan selama Engkau menghidupkan kami, dan jadikanlah itu semua yang mewarisi dari kami. Ya Allah, balaslah orang yang menzalimi kami, dan tolonglah kami menghadapi orang yang memusuhi kami. Janganlah Engkau jadikan musibah kami dalam agama kami, jangan Engkau jadikan dunia sebagai tujuan tebesar kami, dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai batas ilmu kami. Jangan Engkau kuasakan atas kami siapa yang tidak menyayangi kami.” (Hadis riwayat Tirmidzi).







    Sesungguhnya di antara perkara besar yang perlu untuk dicapai yaitu memenuhi hati dengan keyakinan, karena keyakinan adalah roh dari amalan dan inti darinya. Sebaik-baik perkara yang diisi dengan jiwa dan diperbaiki dengannya hati yaitu keyakinan.

    Pelajaran dari Kisah Nabi Luth ‘Alaihis Salam

    Pelajaran dari Kisah Nabi Luth ‘Alaihis Salam

    Pelajaran dari Kisah Nabi Luth ‘Alaihis Salam adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 19 Dzulqa’dah 1445 H / 27 Mei 2024 M.







    Kajian sebelumnya: Pelajaran dari Kisah Nabi Shalih dan Kaumnya















    Kajian Tentang Pelajaran dari Kisah Nabi Luth ‘Alaihis Salam







    Pelajaran pertama adalah siksaan Allah kepada orang-orang yang berdosa. Siksaan Allah yang Allah timpakan kepada kaum Luth yang membangkang dan berdosa adalah dengan cara bumi mereka diangkat, dibalikkan, dan kemudian dihujani dengan hujan batu. Wal ‘iyadubillah. Oleh karena itu, sebagian ulama mengatakan di antara siksaan orang yang melakukan perbuatan kaum Luth (homoseksual) adalah dilempar dari tempat yang tinggi kemudian dihujani dengan batu.







    Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Hud ayat yang ke-83,







    …وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ







    “Siksaan itu tidaklah jauh dari orang-orang yang dzalim.” (QS. Hud[11]: 83)







    Yang berkata demikian adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah menyiksa kaum Nabi Luth dengan siksaan yang sangat pedih. Demikian juga, orang-orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth.







    Kezaliman Kaum Nabi Luth







    Kemudian yang kedua, orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth adalah orang yang mujrim. Mujrim pertama, berdosa kepada diri sendiri. Kedua, berdosa kepada istrinya. Ketiga, berdosa kepada masyarakat secara umum.







    Berdosa kepada diri sendiri karena dia melakukan kezaliman terhadap dirinya sendiri. Banyak orang yang melakukan homoseksual atau hubungan bebas mendapatkan siksaan di dunia sebelum di akhirat. Mereka ditimpa penyakit seperti sifilis, kencing nanah, dan berbagai macam penyakit lainnya. Jadi, mereka menzalimi diri sendiri.







    Kemudian, mereka menzalimi istrinya. Mereka tidak butuh kepada istrinya tapi melampiaskan syahwatnya kepada laki-laki, sehingga istrinya melakukan perbuatan dosa dengan sebab itu karena istri juga butuh. Selain itu, ketika mereka berhubungan dengan istri, berhubungannya bukan lewat kubul, tapi lewat dubur. Ini adalah kelainan seksual dan zalim terhadap istri.







    Kezaliman yang ketiga adalah kepada masyarakat. Ketika laki-laki tidak butuh kepada perempuan, maka akan terputus nasab, terputus keturunan, sehingga manusia punah. Selain itu, para ulama menyatakan bahwa ketika tersebar perbuatan homoseksual di tengah-tengah masyarakat, azab Allah akan turun. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits shahih yang dikeluarkan oleh Al-Hakim,







    إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَ الرِّبَا فِي قَرْيَةٍ، فَقَدْ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ







    “Apabila nampak perbuatan zina dan riba di sebuah negeri, maka berarti mereka telah menghalalkan diri mereka sendiri untuk diazab oleh azab Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Al-Hakim)







    Ini merupakan sabda Rasul kita yang kita cintai, Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau bersabda dengan wahyu yang beliau dapat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwa apabila perbuatan zina dan riba tersebar di masyarakat,

    Istiqamahnya Hati

    Istiqamahnya Hati

    Istiqamahnya Hati adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Hadits-Hadits Perbaikan Hati. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada Senin, 12 Dzulqa’dah 1445 H / 20 Mei 2024 M.















    Kajian Islam Ilmiah Tentang Istiqamahnya Hati







    Imam Ahmad meriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,







    لا يَسْتَقيمُ إِيمانُ عبدٍ حتَّى يَستَقيمَ قلبُه، ولا يَسْتَقيمُ قلبُه حتَّى يَستَقيمَ لسانُه، ولا يدخُلُ الجنَّةَ رجُلٌ لا يَأْمَنُ جارُه بَوائِقَه







    “Tidak akan lurus iman seorang hamba sampai hatinya lurus. Dan tidak akan lurus hatinya sampai lisannya menjadi lurus. Dan tidak akan masuk seseorang ke dalam surga yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (HR. Ahmad)







    Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan bahwa kebaikan hati yang disebabkan oleh keimanan akan melazimkan kebaikan anggota badan. Maka landasan dan pondasi istiqamah atau kelurusan seseorang yaitu tergantung kepada hatinya, dan hati adalah sumber kebaikan.







    Berkata Ibnu Rajab rahimahullah, “Yang dimaksud dengan istiqamah keimanan yaitu istiqamahnya amalan anggota badan, karena amalan-amalan anggota badan tidak akan lurus kecuali dengan lurusnya hati. Dan makna kelurusan hati yaitu jika hati tersebut dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah, kecintaan kepada ketaatan kepada Allah, dan kebencian untuk bermaksiat kepadaNya.”







    Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,







    إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ







    “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka istiqamah, maka akan turun kepada mereka para malaikat yang mengatakan, ‘Janganlah kalian takut, janganlah kalian bersedih, dan terimalah kabar gembira yaitu surga yang dijanjikan kepada kalian. Kami adalah pelindung-pelindung kalian di kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Di surga, kalian akan mendapatkan apa yang kalian inginkan dan apa yang kalian minta.'” (QS. Fussilat[41]: 30)







    Juga Allah Ta’ala berfirman,







    إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ‎﴿١٣﴾‏ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ‎﴿١٤﴾‏







    “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Sesembahan kami adalah Allah,’ kemudian mereka istiqamah, maka tidak ada ketakutan bagi mereka dan tidak ada pula kesedihan. Mereka itulah penduduk surga, mereka kekal di dalamnya sebagai balasan atas apa yang mereka dahulu kerjakan.” (QS. Al-Ahqaf[46]: 13-14)







    Di dalam ayat ini terdapat penjelasan mengenai agungnya kedudukan istiqamah dan besarnya pahala istiqamah. Namun, hal itu tidak akan terjadi kecuali jika hati istiqamah di atas ketaatan kepada Allah, karena tidak akan lurus keimanan seorang hamba kecuali jika hatinya lurus. Karena hati adalah pondasi dan landasan kebaikan serta keistiqamahan seseorang.







    Maka,

    Pembersihan Jiwa yang Tidak Sejalan dengan Sunnah

    Pembersihan Jiwa yang Tidak Sejalan dengan Sunnah

    Pembersihan Jiwa yang Tidak Sejalan dengan Sunnah ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 19 Dzulqa’dah 1445 H / 27 Mei 2024 M.















    Kajian tentang Pembersihan Jiwa yang Tidak Sejalan dengan Sunnah







    Kita masih berbicara tentang tipu daya iblis terhadap satu kaum yang mengklaim mereka menjalani proses tazkiyatun nufus atau pembersihan jiwa, tapi dengan cara yang tidak sejalan dengan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sehingga mereka diperdaya oleh setan atau iblis dan bala tentaranya dengan berbagai macam bentuk-bentuk kekeliruan, kesalahan, dan kesesatan. Di antaranya yang kita bicarakan adalah penyimpangan mereka dalam hal-hal yang mendasar dalam agama.







    Ada beberapa kisah dari mereka yang seolah-olah menunjukkan suatu hal yang luar biasa. Tapi kalau kita dalami ataupun renungi sesaat saja, kita dapati satu kekonyolan. Di antaranya adalah riwayat Abu Nasr as-Sarraj. Dia menyebutkan dalam Kitab Al-Luma’ bahwa Abu Ja’far ad-Darraj cerita, “Suatu ketika guruku keluar untuk bersuci, lalu aku mengambil tas miliknya dan memeriksanya. Ternyata di dalamnya ada perak senilai 4 dirham. Peristiwa itu terjadi pada malam hari, dan malam itu dia tidur tanpa makan apa pun.”







    Dari pembuka kisahnya saja, ini adalah sesuatu yang tidak baik: seorang murid menggeledah dan membongkar tas gurunya. Dari sisi adab, ini bukan suatu hal yang patut dicontoh, dan ini adalah suatu hal yang termasuk tahassus dan tajassus, yaitu memeriksa milik pribadi orang lain, dan itu tidak dibenarkan. Tapi itu yang terjadi di sini.







    Dia bercerita bahwa gurunya punya uang 4 dirham di dalam tasnya, dan malam itu dia tidur tanpa makan apa pun, padahal ada duitnya 4 dirham. Ini juga suatu kekonyolan, karena tubuh kita punya hak.







    فإنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا







    “Sesungguhnya pada tubuhmu ada hak yang harus kamu tunaikan.”







    Terlebih ini malam hari, bukan puasa. Kalau siang hari dia tidak makan, mungkin sedang puasa. Ini malam hari, dia tidur tanpa makan apa pun. Saat guru kembali, muridnya memberitahukan, “Di dalam tasmu ada 4 dirham sementara kita kelaparan.” Mendengar itu, guruku bertanya, “Kamu mengambilnya? Jika iya, kembalikan dirham tersebut.”







    Setelah itu, gurunya berkata, “Ambillah dirham itu dan belikanlah sesuatu.” Aku bertanya kepadanya, “Demi Allah yang engkau sembah, mengapa engkau bisa berubah pikiran seperti itu?” Gurunya menjawab, “Allah tidak memberiku rezeki di dunia ini selain dirham itu. Karenanya, aku ingin berwasiat supaya dirham itu dikubur bersama jasadku. Pada hari kiamat, aku akan mengembalikan dirham itu kepada Allah dan aku akan katakan kepadanya, inilah dunia yang engkau berikan kepadaku.”







    Tentunya mengubur harta bersama jenazah ini bukan tradisi kaum muslimin. Mungkin dalam agama lain itu ada. Ada yang menyertakan barang-barang milik si mayit bersama mayit itu dikubur bersama. Dalam Islam tidak ada. Mayit itu tidak disertakan apa-apa selain dikafani dan dikuburkan. Tidak ada dalam tradisi Islam seorang mayit atau jenazah dikuburkan bersama harta bendanya. Tentunya ini masuk menyia-nyiakan harta.







    Dalam Islam, harta yang ditinggal si mayit itu menjadi warisan yang dibagi-bagikan kepada ahli...

    Doa Pergi ke Masjid

    Doa Pergi ke Masjid

    Doa Pergi ke Masjid ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Doa dan Dzikir yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 19 Dzulqa’dah 1445 H / 27 Mei 2024 M.















    Kajian Tentang Doa Pergi ke Masjid







    Membaca doa pergi ke masjid ini sangat penting. Karena banyak di antara kita merasa kesulitan untuk bisa khusyuk saat shalat. Ketika shalat, pikiran macam-macam selalu datang. Misalnya, kontak yang hilang, ketemunya pas lagi shalat. Barang-barang yang ketinggalan itu malah ketemunya pas lagi shalat.







    Seandainya kita mau mempraktikkan arahan dari Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, insyaAllah kita bisa khusyuk. Arahan yang diberikan oleh Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu ada hal-hal yang perlu dilakukan sebelum shalat, ada arahan terkait hal-hal yang harus dilakukan ketika shalat, dan ada arahan mengenai hal-hal yang perlu dilaksanakan setelah shalat.







    Jadi, kalau kita mau khusyuk, jalankan petunjuk Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang hal-hal yang perlu dilakukan sebelum shalat, saat shalat, baru kemudian setelah shalat. Jika urutannya ini kita praktikkan, insyaAllah bisa khusyuk. Masalahnya, orang susah khusyuk itu karena dia tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebelum shalat. Tahu-tahu langsung menjalankan shalat. Atau, dia sudah melakukan apa yang diarahkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk dilakukan sebelum shalat, tapi petunjuk beliau ketika shalat tidak dijalankan. Atau yang lebih parah, tiga-tiganya tidak dilaksanakan.







    Banyak hal yang diberitahu oleh Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk kita kerjakan sebelum shalat. Orang bisa khusyuk itu harus ada langkah-langkah yang dipenuhi sebelum dia melakukan shalat.







    Entah boleh tidak diumpamakan seperti olahraga. Olahraga itu perlu pemanasan dulu. Jadi, perlu persiapan dulu—persiapan badan, batin, pakaian, bahkan persiapan suasana hati dan perut. Itu semua perlu dipersiapkan.







    Salah satu hal yang diperintahkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk kita lakukan sebelum shalat adalah membaca doa pergi ke masjid. Itu adalah sebelum shalat. Berarti sebelum shalat kita ini sudah berdoa. Jadi, bukan doanya itu hanya ketika shalat saja.







    Ini ibarat persiapan mental, hati, dan batin kita sebelum masuk ke shalat. Doa yang dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terkait dengan saat berangkat ke masjid ada beberapa redaksi. Di sini kami bawakan redaksi yang ada di dalam Shahih Muslim.







    Doa ini disebutkan dalam beberapa riwayat. Jadi, misalnya nanti jenengan (Anda) membaca buku doa dan dzikir, kok ternyata redaksinya lebih panjang dari ini, tidak usah kaget. Itu digabungkan antara satu riwayat dengan riwayat yang lain. Sengaja saya hanya bawakan satu riwayat saja supaya tidak terlalu kepanjangan.







    Doa Pergi ke Masjid







    Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, “Sungguh, Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berangkat shalat sambil membaca doa ini:







    اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا، وَفِي لِسَانِي نُورًا، وَاجْعَلْ فِي سَمْعِي نُورًا، وَاجْعَلْ فِي بَصَرِي نُورًا، وَاجْعَلْ مِنْ خَلْفِي نُورًا، وَمِنْ أَمَامِي نُورًا، وَاجْعَلْ مِنْ فَوْقِي نُورًا، وَمِنْ تَحْتِي نُورًا، اللَّهُمَّ أَعْطِنِي نُورًا.

Топ подкастов в категории «Религия и духовность»

Жуть
Blitz and Chips
Почему Ислам?
STUDIO FURQAN
Без шара
Тата Кальницкая
Проповеди "СЛОВО БЛАГОДАТИ" [slovo.org]
Word of Grace International Ministries
Масонская лоджия
Саша и Таня, которые во всем разберутся
Без звезд не разобраться
Наталья Ермоленко

Вам может также понравиться

Podcast Dakwah Sunnah
podcastdakwahsunnah
Cerita Sejarah Islam
Cerita Sejarah Islam Podcast
Firanda Andirja Official
Firanda Andirja
Radio Muhajir Project
Muhajir Project
Mufti Menk
Muslim Central
Kumpulan Khutbah Jum'at Pilihan Dakwah Sunnah
Sahabat Muslim