1 hr 13 min

Ori Kero: Legenda Siaran Pedesaan Bahasa Mbojo RRI Mataram MATARAM Radio City

    • Entertainment News

Siaran Pedesaan RRI Mataram dalam Bahasa Mbojo Dompu di era 80-an,tak bisa dipisahkan dari  sosok pengasuh acaranya yang sangat melegenda. Dialah Ori Kero yang punya nama asli Kamran Zain.

Dalam obrolan hangat dan segar Ray Freshtalk selama kurang lebih satu jam, Ori Kero  menuturkan banyak hal seputar kiprahnya memulai karir siaran di RRI Mataram. ”Saya dulu masuk RRI awalnya sebagai Pengasuh Siaran Pedesaan dalam status masih siswa kelas 3 SMA tahun 80,”ucapnya.

Ori Kero diajak oleh seniornya bernama Syamsudin Ali atau akrab disapa Ama Elo yang dikenal sebagai perintis, pengasuh pertama siaran Pedesaaan dalam Bahasa Bima Dompu.”Beliau itu sudah agak sedikit jenuh dan ingin melanjutkan pendidikan. Namun ketika itu sulit mencari penyiar pengganti, siapa yang harus melanjutkan acara ini. Ngomong punya ngomong ketemulah saya,”kenangnya.

Ternyata Ama Elo pula yang secara khusus menyampaikan kepada Kasi Siaran waktu itu, Johanes Purwadi bahwa Ori Kero adalah orang yang pantas menggantikannya sesuai kriteria yang diinginkan Kasi Siaran. Bahkan dirinya dijaminkan oleh Sam Ali agar diusulkan sebagai pegawai RRI Mataram.

Maka, sejak itu pula, karirnya dimulai sebagai penyiar siaran Pedesaan RRI Mataram, bersama dengan Ama Elo dan Ori Moa. ”Jadi kami langsung ngejoss, kalau kata anak muda sekarang,”sebut Ori Kero yang mengaku punya latar belakang sebagai orang teater.

Namun, bukanlah mudah bergabung sebagai pegawai RRI kala itu. Ujiannya sangat ketat terutama sebagai calon penyiar.”Ujiannya berat sekali. Harus praktek, harus punya keahlian, mampu menyampaikan reportase, bisa membaca naskah dalam satu menit 500 kata. Apalagi ketika diuji Idris MZ, penyiar senior itu, orang hebat yang suaranya luar biasa. Suatu ketika, beliau lempar korek api di depan saya. Terus saya  diminta membuat laporan pandangan mata tentang sebuah korek api di depan saya. Diminta menjelaskan dari berbagai sisi, bentuk dan segala macamnya.

Bayangkan saja, spontanitas, kita membuat laporan. Tapi karena saya punya pengalaman teater, ya saya berusaha menyampaikan laporan bla bla, tapi tidak selancar ini,”tuturnya.

Disebutkan, ujian penyiar dulu, dituntut punya banyak keahlian. Cara membaca puisi, membaca naskah, cara reportase, cara berkomunikasi dan macam-macam.”Itu tesnya berat,”kenangnya.

Namun semua dilalui dengan baik, apalagi pengalamannya mengasuh siaran pedesaan. Tak sedikit, pendengarnya mengaku seperti terhipnotis. Banyak yang menanyakan siapa Ori Kero, bagaimana postur tubuhnya, bentuk wajahnya , apakah sudah atau atau bagaimana. ”Namanya Ori, Bahasa Bima itu kan Paman. Jadi anda levelnya sudah tua. Ori Kero itu panggilan untuk Karim. Padahal nama saya Kamran Zain, tapi menurut beliau berdua Ama Elo dan Ori Moa. Nama itulah yang enak didengar jadilah Ori Kero,”ceritanya.

Kamran Zain pun mengutarakan banyak suka duka mengasuh siaran pedesaan terutama dalam hal bagaimana menyampaikan informasi dengan istilah asing dan aneh itu bisa diterima dengan baik, mudah dan gampang oleh pendengar di desa.”Dulu kan musim intensifikasi dan ekstensifikasi, macam-macamlah. Semua istilah itu harus bisa diterjemahkan dalam bahasa daerah,”sebutnya dan merasa bahwa kemampuan para pengasuh siaran pedesaan Bahasa Bima Dompu dalam membangun suasana dan cerita yang menarik dan heboh, menjadikan program siaran Pedesaan sebagai acara yang membumi dan melegenda.

Dalam perjalanan karirnya, Kamran Zain tidak saja dikenal sebagai penyiar handal, tetapi juga sosok Pembawa acara profesional untuk semua bentuk dan jenis acara mulai tingkat RT hingga acara kepresidenan.”Nah, menjadi MC waktu Presiden SBY berkunjung ke NTB itulah yang pertama kali saya berkeringat di ruangan berAC,”kenangnya.

Kok bisa? Simak lebih lengkap penuturan Kamran Zain yang mengakhiri masa tugasnya sebagai petinggi di RRI Aceh, tentunya hanya di Ray FreshTalk Mataram Radio City.

Siaran Pedesaan RRI Mataram dalam Bahasa Mbojo Dompu di era 80-an,tak bisa dipisahkan dari  sosok pengasuh acaranya yang sangat melegenda. Dialah Ori Kero yang punya nama asli Kamran Zain.

Dalam obrolan hangat dan segar Ray Freshtalk selama kurang lebih satu jam, Ori Kero  menuturkan banyak hal seputar kiprahnya memulai karir siaran di RRI Mataram. ”Saya dulu masuk RRI awalnya sebagai Pengasuh Siaran Pedesaan dalam status masih siswa kelas 3 SMA tahun 80,”ucapnya.

Ori Kero diajak oleh seniornya bernama Syamsudin Ali atau akrab disapa Ama Elo yang dikenal sebagai perintis, pengasuh pertama siaran Pedesaaan dalam Bahasa Bima Dompu.”Beliau itu sudah agak sedikit jenuh dan ingin melanjutkan pendidikan. Namun ketika itu sulit mencari penyiar pengganti, siapa yang harus melanjutkan acara ini. Ngomong punya ngomong ketemulah saya,”kenangnya.

Ternyata Ama Elo pula yang secara khusus menyampaikan kepada Kasi Siaran waktu itu, Johanes Purwadi bahwa Ori Kero adalah orang yang pantas menggantikannya sesuai kriteria yang diinginkan Kasi Siaran. Bahkan dirinya dijaminkan oleh Sam Ali agar diusulkan sebagai pegawai RRI Mataram.

Maka, sejak itu pula, karirnya dimulai sebagai penyiar siaran Pedesaan RRI Mataram, bersama dengan Ama Elo dan Ori Moa. ”Jadi kami langsung ngejoss, kalau kata anak muda sekarang,”sebut Ori Kero yang mengaku punya latar belakang sebagai orang teater.

Namun, bukanlah mudah bergabung sebagai pegawai RRI kala itu. Ujiannya sangat ketat terutama sebagai calon penyiar.”Ujiannya berat sekali. Harus praktek, harus punya keahlian, mampu menyampaikan reportase, bisa membaca naskah dalam satu menit 500 kata. Apalagi ketika diuji Idris MZ, penyiar senior itu, orang hebat yang suaranya luar biasa. Suatu ketika, beliau lempar korek api di depan saya. Terus saya  diminta membuat laporan pandangan mata tentang sebuah korek api di depan saya. Diminta menjelaskan dari berbagai sisi, bentuk dan segala macamnya.

Bayangkan saja, spontanitas, kita membuat laporan. Tapi karena saya punya pengalaman teater, ya saya berusaha menyampaikan laporan bla bla, tapi tidak selancar ini,”tuturnya.

Disebutkan, ujian penyiar dulu, dituntut punya banyak keahlian. Cara membaca puisi, membaca naskah, cara reportase, cara berkomunikasi dan macam-macam.”Itu tesnya berat,”kenangnya.

Namun semua dilalui dengan baik, apalagi pengalamannya mengasuh siaran pedesaan. Tak sedikit, pendengarnya mengaku seperti terhipnotis. Banyak yang menanyakan siapa Ori Kero, bagaimana postur tubuhnya, bentuk wajahnya , apakah sudah atau atau bagaimana. ”Namanya Ori, Bahasa Bima itu kan Paman. Jadi anda levelnya sudah tua. Ori Kero itu panggilan untuk Karim. Padahal nama saya Kamran Zain, tapi menurut beliau berdua Ama Elo dan Ori Moa. Nama itulah yang enak didengar jadilah Ori Kero,”ceritanya.

Kamran Zain pun mengutarakan banyak suka duka mengasuh siaran pedesaan terutama dalam hal bagaimana menyampaikan informasi dengan istilah asing dan aneh itu bisa diterima dengan baik, mudah dan gampang oleh pendengar di desa.”Dulu kan musim intensifikasi dan ekstensifikasi, macam-macamlah. Semua istilah itu harus bisa diterjemahkan dalam bahasa daerah,”sebutnya dan merasa bahwa kemampuan para pengasuh siaran pedesaan Bahasa Bima Dompu dalam membangun suasana dan cerita yang menarik dan heboh, menjadikan program siaran Pedesaan sebagai acara yang membumi dan melegenda.

Dalam perjalanan karirnya, Kamran Zain tidak saja dikenal sebagai penyiar handal, tetapi juga sosok Pembawa acara profesional untuk semua bentuk dan jenis acara mulai tingkat RT hingga acara kepresidenan.”Nah, menjadi MC waktu Presiden SBY berkunjung ke NTB itulah yang pertama kali saya berkeringat di ruangan berAC,”kenangnya.

Kok bisa? Simak lebih lengkap penuturan Kamran Zain yang mengakhiri masa tugasnya sebagai petinggi di RRI Aceh, tentunya hanya di Ray FreshTalk Mataram Radio City.

1 hr 13 min