Podcast Dakwah Sunnah Dakwah Sunnah Media

Dalam Islam, untuk mengatasi rasa minder atau rendah diri, kita dianjurkan untuk selalu mengingat bahwa Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sebagaimana disebutkan dalam Alquran surat At-Tin ayat 4. Rasulullah Muhammad juga menekankan pentingnya memiliki keyakinan dan kepercayaan diri yang kuat. Dalam hadist riwayat Muslim, beliau bersabda: "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah." Selain itu, memperbanyak dzikir dan doa kepada Allah dapat membantu meningkatkan keimanan dan ketenangan hati sehingga perasaan minder dapat diatasi. Salah satu doa yang bisa diamalkan adalah doa Nabi Musa ketika merasa tidak percaya diri menghadapi Fir’aun: "Rabbi syrah li sadri wa yassir li amri" (Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku). Dengan mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah rutin seperti shalat lima waktu serta berusaha berpikir positif tentang kemampuan diri sendiri sesuai ajaran Rasulullah Muhammad akan membantu kita mengatasi rasa minder dengan efektif.

Dalam Islam, tamu memiliki kedudukan yang sangat mulia dan istimewa, sebagaimana dijelaskan dalam Alquran dan Hadist. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surah Adh-Dhariyat ayat 24-27 tentang kisah Nabi Ibrahim yang dengan penuh penghormatan menyambut tamunya. Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga menegaskan pentingnya memuliakan tamu dalam banyak hadist, salah satunya adalah hadits riwayat Bukhari dan Muslim: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya." Memuliakan tamu tidak hanya membawa berkah tetapi juga merupakan cerminan dari keimanan seseorang kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala serta mengikuti sunnah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Oleh karena itu, sebagai umat Islam kita dianjurkan untuk selalu memperlakukan tamu dengan baik, memberikan pelayanan terbaik, serta menunjukkan keramahan sebagai bentuk penghormatan terhadap mereka sebagai "Tamu Allah".

Menjalani ibadah haji dengan ikhlas dan penuh cinta sangat dianjurkan dalam Alquran, Sunnah, dan Hadist. Dalam Alquran, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surah Al-Hajj ayat 27-29 bahwa umat Islam diperintahkan untuk menunaikan ibadah haji dengan hati yang tulus dan niat yang suci. Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga menekankan pentingnya keikhlasan dalam setiap amalan termasuk haji melalui hadist riwayat Bukhari dan Muslim yang menyatakan bahwa "Sesungguhnya segala amal itu tergantung pada niatnya." Oleh karena itu, menjalani ibadah haji dengan rasa cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala serta mengikuti sunnah Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam akan membawa keberkahan dan pahala yang besar bagi setiap muslim. Ikhlas dalam melaksanakan rukun Islam kelima ini tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala tetapi juga memperkuat iman dan ketakwaan seseorang.

Berqurban memiliki pahala dan keutamaan yang sangat besar menurut Al-Quran, sunnah, dan hadist. Dalam Surah Al-Kautsar ayat 2, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berqurbanlah." Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga bersabda dalam hadist riwayat Tirmidzi: "Tidak ada amalan yang dilakukan oleh manusia pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai oleh Allah selain menyembelih hewan qurban." Keutamaan berqurban mencakup penghapusan dosa-dosa serta mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Selain itu, daging qurban dapat membantu mereka yang membutuhkan sehingga mempererat ukhuwah islamiyah. Oleh karena itu, melaksanakan ibadah qurban bukan hanya menunjukkan ketaatan kepada perintah Allah tetapi juga membawa banyak manfaat sosial bagi umat Islam.

Dalam pandangan Islam, terdapat beberapa aktivitas haram yang sering dianggap biasa oleh sebagian umat Muslim, meskipun telah jelas dilarang dalam Al-Quran dan Hadist. Salah satu contohnya adalah riba atau praktik bunga dalam transaksi keuangan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 275 bahwa "Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." Selain itu, Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda dalam hadist riwayat Muslim bahwa "Allah melaknat orang yang memakan riba, memberi makan dengan riba, menulis perjanjian riba, dan dua saksinya." Aktivitas lain yang sering dianggap biasa namun haram adalah ghibah atau gosip. Dalam Surah Al-Hujurat ayat 12 disebutkan bahwa "Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain," serta Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan dalam hadist riwayat Bukhari bahwa ghibah adalah menyebut sesuatu tentang saudaramu yang ia benci untuk diketahui orang lain. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk selalu menjaga diri dari aktivitas-aktivitas haram ini agar tetap berada di jalan yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dalam Al-Quran, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 188, "Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil." Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga bersabda dalam hadits riwayat Muslim, "Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik." Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang Muslim untuk memastikan bahwa hartanya bersih dari unsur haram. Jika terdapat harta yang tercampur dengan sesuatu yang haram, maka wajib bagi kita untuk membersihkan dan menghindarinya. Sebaiknya segera bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mengembalikan atau membuang harta tersebut sesuai dengan tuntunan syariat Islam agar keberkahan tetap menyertai rezeki kita.