2 min

#MenyorongRembulan | Renungan Dodot Iro dari Lir-ilir Takjil Podcast

    • Andlighet

Di nomor ini, Mbah Nun memberi gambaran mengenai makna lanjutan dari renungan lir-ilir sebelumnya.



Trivia :

“Dodot iro, dodot iro, kumitir bedhah ing pinggir. Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore…”

Piweling dan piwulang yang indah dan mulia itu lahir dari nenek moyang yang kebudayaannya belum mengenal kertas dan tinta, jauh dari ada komputer dan gadget, jauh dari kepustakaan-kepustakaan digital bahkan pun manual. Ternyata itulah yang sangat diperlukan di abad sekarang ini oleh ummat manusia yang sudah bermewah-mewah dengan Peradaban Satelit, Peradaban Cyber, Peradaban “Millenial”, Peradaban yang dihuni oleh ummat manusia yang sangat meyakini bahwa mereka jauh lebih pandai, lebih maju, lebih canggih, lebih modern, lebih move on dan lebih updated dibanding generasi-generasi sebelumnya, apalagi nenek moyang para leluhur.

Ummat manusia hari ini sungguh sedang menjalani adzab “nasullaha fa ansahum anfusahum”: lupa kepada Allah sehingga lupa kepada dirinya sendiri. “Lupa” itu jangan dipikir sekadar lalai atau abai, tapi benar-benar memang tidak mengerti, bahkan tidak mengerti bahwa mereka tidak mengerti.

“Dodot iro” bukan hanya “bedhah ing pinggir”. Kebudayaan yang sedang berlangsung pada ummat manusia sekarang ini adalah pakaian “bedhah” di hampir semua sisi pakaiannya. Bolong-bolong. Bahkan sengaja dibolong-bolongi, dengan keyakinan itu adalah kecanggihan dan modernitas. Dodot-nya pinelorot.

Sumber :  https://www.caknun.com/2016/dodot-pinelorot/ 

Di nomor ini, Mbah Nun memberi gambaran mengenai makna lanjutan dari renungan lir-ilir sebelumnya.



Trivia :

“Dodot iro, dodot iro, kumitir bedhah ing pinggir. Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore…”

Piweling dan piwulang yang indah dan mulia itu lahir dari nenek moyang yang kebudayaannya belum mengenal kertas dan tinta, jauh dari ada komputer dan gadget, jauh dari kepustakaan-kepustakaan digital bahkan pun manual. Ternyata itulah yang sangat diperlukan di abad sekarang ini oleh ummat manusia yang sudah bermewah-mewah dengan Peradaban Satelit, Peradaban Cyber, Peradaban “Millenial”, Peradaban yang dihuni oleh ummat manusia yang sangat meyakini bahwa mereka jauh lebih pandai, lebih maju, lebih canggih, lebih modern, lebih move on dan lebih updated dibanding generasi-generasi sebelumnya, apalagi nenek moyang para leluhur.

Ummat manusia hari ini sungguh sedang menjalani adzab “nasullaha fa ansahum anfusahum”: lupa kepada Allah sehingga lupa kepada dirinya sendiri. “Lupa” itu jangan dipikir sekadar lalai atau abai, tapi benar-benar memang tidak mengerti, bahkan tidak mengerti bahwa mereka tidak mengerti.

“Dodot iro” bukan hanya “bedhah ing pinggir”. Kebudayaan yang sedang berlangsung pada ummat manusia sekarang ini adalah pakaian “bedhah” di hampir semua sisi pakaiannya. Bolong-bolong. Bahkan sengaja dibolong-bolongi, dengan keyakinan itu adalah kecanggihan dan modernitas. Dodot-nya pinelorot.

Sumber :  https://www.caknun.com/2016/dodot-pinelorot/ 

2 min