MELANGKAH Firman Fauzan. K

Dampak pandemi CoVid-19 telah memukul perekonomian dunia termasuk Indonesia. Lesunya perekonomian menyebabkan tingginya tingkat PHK, pengangguran dan berkurangnya penghasilan. Sebagian besar masyarakat Indonesia memilih diam dirumah melindungi diri dari Virus Covid-19, sementara sebagian lainnya kebingungan dengan  kondisi perutnya yang menuntut diisi makanan. Ditengah kekalutan itu, masih ada orang yang peduli dengan kondisi mereka yang kelaparan, yang penghasilannya berkurang bahkan hilang. Mereka yang turun ke jalan, mengunjungi tetangga untuk menyambung silaturahmi dan menanyakan kabar serta memberikan bantuan sesuai yang dibutuhkan para tetangga yang mengalami kesulitan ekonomi ketika pandemi Covid-19. Tagline mereka "Tak perlu menunggu banyak, mulai dari diri sendiri", gerakan yang dinisisasi Andi Muhammad Aflah Aiman. Gerakan yang mengingatkan untuk peduli tetangga sekitar di masa-masa sulit pandemi Covid-19, gerakan yang menjadi perwujudan bangsa merdeka, dan gerakan yang dapat menginspirasi orang lain untuk berkarya dalam hal kepedulian.  

Meskipun berada di Pulau yang sama, Suku Sunda dan Jawa seolah terpisah dalam segala hal, contohnya seperti kalimat "Mudik ke Jawa" yang dilontarkan warga Jawa Barat. 

Sehingga ketika ada mahasiswa yang kuliah di tanah Jawa , tak pelak ia akan mengalami yang namanya geger budaya dalam segala hal mulai dari cita rasa kuliner yang berbeda, bahasa, cara berkomunikasi yang ternyata memiliki perbedaan yang cukup mendasar bahkan dinamika organisasi yang menarik untuk dikisahkan dan cara mengatasi stigma negatif yang berkembang. Bersama Putera dan Seto, Podcast kali ini akan membahas geger budaya dalam sudut pandang orang Sunda (Jawa Barat) ketika berkuliah di Universitas Diponegoro, Semarang.

Pada bincang kali ini, hafidz mengisahkan perbedaan organisasi antara MAN dan Kuliah, geger budaya, relaita ormawa yang jauh dari ekspetasi dan sedikit menyinggung sistem kaderisasi. Ketika berbincang kaderisasi, hafidz mengisahkan pengalamannya ketika menjadi bagian dari LMD dan SPECTRA, kaderisasi yang merubah pandangan hidupnya. 

Pada episode kali ini Akmal mengisahkan kegiatan dan perjalanannya sebagai Volunteer di Vietnam selama 45 hari. Bertemu dan menjalin komunikasi dengan para peserta volunteer dari negara yang berbedam menyinggung pentingnya mental healthy, mencicipi kulineran Vietnam yang tak bisa dipisahkan dari mie beras atau pengalaman sholat jum'at di negara yang Islamnya minoritas. Akmal pun sedikit menyoroti perbedaan budaya dan sikap pemuda Vietnam dengan Indonesia, bahkan menekankan pentingnya Empati yang disesuaikan dengan kapasitas diri. 

Perjalananku bukanlah perjalananmu, tetapi perjalananku adalah perjalananmu (Agustinus Wibowo, TITIK NOL)
Dahulu saat masih SMP saya pernah melancong ke malaysia, menembus belantara kelapa sawit dari Pontianak ke Entikong. Setelah membuat paspor yang bikin wajah menjadi pucat sayapun dapat melawat ke Malaysia tepatnya Kota Kuching di Bagian Sarawak Malaysia. Kuching adalah kota yang cukup kontras dengan kota di Indonesia, sampai akhirnya timbul pertanyaan mengenai Nasionalisme sepulangnya dari Malaysia.

Kali ini gw bakal membahas mengenai olahraga selam bareng yazid. Yazid menyinggung awal mula perkenalan, kesulitan, keindahan dan keuntungan dari dunia selam menggunakan sudut pandang mahasiswa.