2 min

[MEMBANGUN KEHIDUPAN] Manusia itu rumit Selepas Berceloteh

    • Books

Manusia itu rumit. Tak jelas maunya apa. Tentang apa yang kita punya, entah sampai kapan kita akan terus merasa kurang.
Disaat satu per satu jalan kita tapaki, satu per satu ingin kita raih, kita baru sadar. Ternyata yang berlebih buat hal-hal kecil di sekitar kita lari dari genggaman.
Ada yang semestinya bukan milik kita namun kita berusaha mendapatkannya mati-matian. Khayal-khayalan yang tampak sempurna di depan layar. Kita enggan hidup berkecukupan. Kalau bisa, kejar semuanya, ambil dan raih segala yang ada. Entah apa yang buat kehidupan jadi tergesa-gesa. Sedang kita tak sadar, lagi-lagi kita menginginkan yang bukan untuk kita. Melupa bahwa ada ribuan aksi yang seharusnya kita lakukan untuk bahagia, bukan malah membuat kita runtuh perlahan.
Manusia itu rumit. Malam hari saat waktunya istirahat, kita nekat menyusuri gelapnya kertas yang masih setengah terisi. Kita pikir kesukesan bisa diraih dengan mengalahkan malam dan berhenti istirahat. Padahal sesekali kita perlu belajar melepas. Menemui kembali diri yang menyisakan tanya-tanya di kening.
Menatap keindahan semesta yang bergerak dari detik ke detik. Mungkin mereka sedang mengirim bahagia bagi yang telah mahir melepaskan. Pada manusia-manusia rumit yang menemukan jedanya sendiri. Dan kali ini, aku ingin membiarkan jeda di tengah kalimat yang berkerja. Memisah nada-nada tak sempurna, segala kata dan kalimat agar terdengar jelas di telinga kalian.
Hening. Biar jeda yang bekerja. Manusia itu rumit. Maka biarlah kita mahir memberkati kepala sendiri. Biar hening melepaskan dan melelapkan. Manusia itu rumit. Maka selepas bekerja kerja, sederhanakanlah tujuanmu.

Manusia itu rumit. Tak jelas maunya apa. Tentang apa yang kita punya, entah sampai kapan kita akan terus merasa kurang.
Disaat satu per satu jalan kita tapaki, satu per satu ingin kita raih, kita baru sadar. Ternyata yang berlebih buat hal-hal kecil di sekitar kita lari dari genggaman.
Ada yang semestinya bukan milik kita namun kita berusaha mendapatkannya mati-matian. Khayal-khayalan yang tampak sempurna di depan layar. Kita enggan hidup berkecukupan. Kalau bisa, kejar semuanya, ambil dan raih segala yang ada. Entah apa yang buat kehidupan jadi tergesa-gesa. Sedang kita tak sadar, lagi-lagi kita menginginkan yang bukan untuk kita. Melupa bahwa ada ribuan aksi yang seharusnya kita lakukan untuk bahagia, bukan malah membuat kita runtuh perlahan.
Manusia itu rumit. Malam hari saat waktunya istirahat, kita nekat menyusuri gelapnya kertas yang masih setengah terisi. Kita pikir kesukesan bisa diraih dengan mengalahkan malam dan berhenti istirahat. Padahal sesekali kita perlu belajar melepas. Menemui kembali diri yang menyisakan tanya-tanya di kening.
Menatap keindahan semesta yang bergerak dari detik ke detik. Mungkin mereka sedang mengirim bahagia bagi yang telah mahir melepaskan. Pada manusia-manusia rumit yang menemukan jedanya sendiri. Dan kali ini, aku ingin membiarkan jeda di tengah kalimat yang berkerja. Memisah nada-nada tak sempurna, segala kata dan kalimat agar terdengar jelas di telinga kalian.
Hening. Biar jeda yang bekerja. Manusia itu rumit. Maka biarlah kita mahir memberkati kepala sendiri. Biar hening melepaskan dan melelapkan. Manusia itu rumit. Maka selepas bekerja kerja, sederhanakanlah tujuanmu.

2 min