5 min

Orang Percaya adalah Manusia Biasa Saja (1‪)‬ Renungan Pagi

    • Christianity

ORANG PERCAYA ADALAH MANUSIA BIASA SAJA  (bag.1)

Mungkin pertanyaan mengapa orang percaya juga terpapar oleh covid 19, bahkan banyak di antaranya yang meninggal, sudah tidak terlalu bergaung dalam pembicaraan di antara kita. Bisa saja karena saking banyaknya orang percaya yang terdampak sehingga seolah-olah sudah menjadi biasa. 

Tetapi bisa jadi di dalam hati pertanyaan itu masih sering muncul, seperti sebuah gugatan terhadap nilai keimanan yang dimiliki oleh orang percaya, dan di sisi lain sebuah gugatan kepada Tuhan, mengapa Dia tidak meluputkan orang-orang percaya tersebut? 



Jika hal itu merupakan sebuah hukuman saya menaruh percaya bahwa Tuhan tidak akan menghukum orang benar bersama-sama dengan orang yang tidak benar, Kej.18:25-33. Jika itu sebuah peringatan bagi orang percaya, mengapa “kelihatannya” justru orang-orang percaya yang sungguh-sungguh mengabdi kepada Tuhanlah yang kerap terdengar mengalami  hal yang memilukan tersebut? 



Suatu hari saya bertanya kepada Tuhan, dan Tuhan menaruh jawaban di hati saya. Mengapa orang percaya juga terpapar virus covid19 sampai meninggal? 



1. Karena orang percaya adalah manusia biasa



Mazmur 90:5-6, mengatakan,  Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu.



Ada prinsip-prinsip umum mengenai manusia dari ayat-ayat tersebut di atas. Ketika manusia lahir, maka ia langsung masuk ke dalam arus waktu yang menghanyutkan dirinya menuju kekekalan. Ya, begitu manusia lahir ke dalam dunia ini, ia masuk dalam proses menuju kekekalan, dan kematian fisik yang merupakan akibat dari dosa, sebagai sarananya. Arus waktu ini begitu kuat dan cepat sehingga manusia seperti mimpi saja di dunia ini. Belum selesai mengerjakan apa yang menjadi rencana hidupnya, tiba-tiba kematian datang. Waktu hidup manusia di dunia ini begitu singkat, seperti rumput yang pada waktu pagi berkembang dan bertumbuh, lalu di waktu petang lisut dan layu.



Prinsip-prinsip ini berlaku bagi semua orang tidak terkecuali. Manusia yang seperti rumput sangat rentan dengan sakit penyakit. Dan memang, penyakit adalah salah satu penyebab terbesar kematian manusia, tanpa memandang dia orang percaya atau bukan. Jadi, jika orang yang tidak percaya bisa terkena virus c19, maka orang percayapun bisa.



Di sinilah kita perlu belajar agar sebagai orang percaya kita tidak merasa lebih baik, lebih benar dari orang lain secara rohani, maupun merasa lebih kuat secara lahiriah. Sebagai orang percaya kita perlu menyadari bahwa kita adalah manusia biasa saja seperti manusia yang lain. Jika ada orang percaya yang tidak terdampak dengan virus ini dan masih sehat sampai sekarang, maka saya percaya itu bukan karena ia lebih baik dari orang percaya yang terpapar dan meninggal, tetapi semata-mata karena kemurahan Tuhan dalam hidupnya.

Dilihat dari aspek lahiriah, Alkitab tidak memberikan jaminan bahwa orang percaya pasti dan mutlak akan terlindung dari sakit penyakit. Filipi 2:25-27; 2 Tim.4:20. Bahkan jika orang percaya terkena penyakit tidak ada jaminan yang mutlak bahwa jika didoakan ia pasti akan sembuh. 2 Raja-raja 13:14. Sebuah kabar yang nampaknya kurang baik, namun sangat perlu untuk kita renungkan dan pahami. Sebab kesadaran bahwa kita adalah manusia biasa akan mendorong setidaknya beberapa hal di bawah ini :



1. Kita dihindarkan dari menilai diri sendiri lebih dari yang sesungguhnya atau menjadi sombong.

2. Tidak mencobai Tuhan dengan hidup secara serampangan melainkan tetap menjaga protocol kesehatan dimasa pandemi ini.

3. Melihat orang lain yang terpapar sebagai sesama manusia yang butuh untuk didoakan dan diberi pertolongan.

4. Menaruh harapan kita sepenuhnya kepada Tuhan.

ORANG PERCAYA ADALAH MANUSIA BIASA SAJA  (bag.1)

Mungkin pertanyaan mengapa orang percaya juga terpapar oleh covid 19, bahkan banyak di antaranya yang meninggal, sudah tidak terlalu bergaung dalam pembicaraan di antara kita. Bisa saja karena saking banyaknya orang percaya yang terdampak sehingga seolah-olah sudah menjadi biasa. 

Tetapi bisa jadi di dalam hati pertanyaan itu masih sering muncul, seperti sebuah gugatan terhadap nilai keimanan yang dimiliki oleh orang percaya, dan di sisi lain sebuah gugatan kepada Tuhan, mengapa Dia tidak meluputkan orang-orang percaya tersebut? 



Jika hal itu merupakan sebuah hukuman saya menaruh percaya bahwa Tuhan tidak akan menghukum orang benar bersama-sama dengan orang yang tidak benar, Kej.18:25-33. Jika itu sebuah peringatan bagi orang percaya, mengapa “kelihatannya” justru orang-orang percaya yang sungguh-sungguh mengabdi kepada Tuhanlah yang kerap terdengar mengalami  hal yang memilukan tersebut? 



Suatu hari saya bertanya kepada Tuhan, dan Tuhan menaruh jawaban di hati saya. Mengapa orang percaya juga terpapar virus covid19 sampai meninggal? 



1. Karena orang percaya adalah manusia biasa



Mazmur 90:5-6, mengatakan,  Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu.



Ada prinsip-prinsip umum mengenai manusia dari ayat-ayat tersebut di atas. Ketika manusia lahir, maka ia langsung masuk ke dalam arus waktu yang menghanyutkan dirinya menuju kekekalan. Ya, begitu manusia lahir ke dalam dunia ini, ia masuk dalam proses menuju kekekalan, dan kematian fisik yang merupakan akibat dari dosa, sebagai sarananya. Arus waktu ini begitu kuat dan cepat sehingga manusia seperti mimpi saja di dunia ini. Belum selesai mengerjakan apa yang menjadi rencana hidupnya, tiba-tiba kematian datang. Waktu hidup manusia di dunia ini begitu singkat, seperti rumput yang pada waktu pagi berkembang dan bertumbuh, lalu di waktu petang lisut dan layu.



Prinsip-prinsip ini berlaku bagi semua orang tidak terkecuali. Manusia yang seperti rumput sangat rentan dengan sakit penyakit. Dan memang, penyakit adalah salah satu penyebab terbesar kematian manusia, tanpa memandang dia orang percaya atau bukan. Jadi, jika orang yang tidak percaya bisa terkena virus c19, maka orang percayapun bisa.



Di sinilah kita perlu belajar agar sebagai orang percaya kita tidak merasa lebih baik, lebih benar dari orang lain secara rohani, maupun merasa lebih kuat secara lahiriah. Sebagai orang percaya kita perlu menyadari bahwa kita adalah manusia biasa saja seperti manusia yang lain. Jika ada orang percaya yang tidak terdampak dengan virus ini dan masih sehat sampai sekarang, maka saya percaya itu bukan karena ia lebih baik dari orang percaya yang terpapar dan meninggal, tetapi semata-mata karena kemurahan Tuhan dalam hidupnya.

Dilihat dari aspek lahiriah, Alkitab tidak memberikan jaminan bahwa orang percaya pasti dan mutlak akan terlindung dari sakit penyakit. Filipi 2:25-27; 2 Tim.4:20. Bahkan jika orang percaya terkena penyakit tidak ada jaminan yang mutlak bahwa jika didoakan ia pasti akan sembuh. 2 Raja-raja 13:14. Sebuah kabar yang nampaknya kurang baik, namun sangat perlu untuk kita renungkan dan pahami. Sebab kesadaran bahwa kita adalah manusia biasa akan mendorong setidaknya beberapa hal di bawah ini :



1. Kita dihindarkan dari menilai diri sendiri lebih dari yang sesungguhnya atau menjadi sombong.

2. Tidak mencobai Tuhan dengan hidup secara serampangan melainkan tetap menjaga protocol kesehatan dimasa pandemi ini.

3. Melihat orang lain yang terpapar sebagai sesama manusia yang butuh untuk didoakan dan diberi pertolongan.

4. Menaruh harapan kita sepenuhnya kepada Tuhan.

5 min