
10 episodes

Radio Rodja 756 AM Radio Rodja 756AM
-
- Religion & Spirituality
-
-
4.0 • 8 Ratings
-
Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah dengan cara-cara yang benar.
-
Para Nabi dan Rasul Memiliki Sifat Amanah
Para Nabi dan Rasul Memiliki Sifat Amanah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 2 Rabi’ul Awal 1445 H / 18 September 2023 M.
Kajian Tentang Para Nabi dan Rasul Memiliki Sifat Amanah
Semua nabi dan rasul yang kita pelajari dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasul kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, semuanya memiliki sifat amanah (bisa dipercaya). Para nabi dan rasul secara umum memiliki sifat amanah, dan secara khusus, ketika mereka menyampaikan wahyu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala wahyukan kepada mereka, mereka benar-benar menyampaikan perintah-perintah Allah dan larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hambaNya tanpa menambahkan, mengurangi, atau mengubahnya.
Allah berfirman dalam Surah Al-Ahzab ayat 39:
الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ ۗ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ حَسِيبًا
“Orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah. Mereka takut kepadaNya, dan mereka tidak takut kepada siapapun selain Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al-Ahzab[33]: 39)
Para nabi dan rasul ‘Alaihimush Shalatu was Salam, mereka benar-benar amanah dalam menyampaikan wahyu Allah. Mereka tidak berkhianat, dan tidak menyembunyikan apa yang Allah wahyukan kepada mereka. Dalilnya banyak, seperti yang terlihat dalam Al-Qur’an. Sebagai contoh, Nabi Nuh, ‘Alaihis Salam, dalam Surah Asy-Syu’ara ayat 107:
إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ نُوحٌ أَلَا تَتَّقُونَ ﴿١٠٦﴾ إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ ﴿١٠٧﴾
“Ingatlah ketika saudara mereka, Nuh, berkata kepada mereka: ‘Tidakkah kalian bertakwa kepada Allah? Aku adalah rasul yang amanah yang Allah utus untuk kalian.'” (QS. Asy-Syu’ara'[26]: 107)
Juga, tentang Nabi Hud dalam Surah Asy-Syu’ara ayat 124-125, Allah berfirman:
إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ هُودٌ أَلَا تَتَّقُونَ ﴿١٢٤﴾ إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ ﴿١٢٥﴾
“Ingatlah ketika saudara mereka, Hud, berkata kepada mereka, ‘Apakah kalian tidak takut kepada Allah? Aku adalah rasul (utusan Allah) untuk kalian yang terpercaya.'” (QS. Asy-Syu’ara'[26]: 124-125)
Kemudian Nabi Shalih yang Allah sebutkan dalam Surah Asy-Syu’ara ayat 143:
إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ صَالِحٌ أَلَا تَتَّقُونَ ﴿١٤٢﴾ إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ ﴿١٤٣﴾
“Ingatlah ketika saudara mereka, Shalih, berkata kepada mereka, ‘Tidakkah kalian takut kepada Allah? Aku adalah rasul (utusan Allah) untuk kalian yang terpercaya.'” (QS. Asy-Syu’ara'[26]: 142-143)
Semua nabi dan rasul berkata: “Aku adalah rasul untuk kalian yang terpercaya.”
Para nabi dan rasul semua menyampaikan risalah yang Allah amanahkan kepada mereka tanpa menyembunyikannya. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga dijuluki oleh kaumnya dengan “Al-Amin (orang yang terpercaya)”. Bahkan mereka orang-orang kafir menitipkan barang kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Ala... -
Sifat-Sifat Hati
Sifat-Sifat Hati adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Hadits-Hadits Perbaikan Hati. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada Senin, 2 Rabi’ul Awal 1445 H / 18 September 2023 M.
Kajian Islam Ilmiah Tentang Sifat-Sifat Hati
Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari sahabat An-Nawwas bin Sam’an Radhiyallahu ‘Anhu, beliau mengatakan: “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ما مِن قَلبٍ إلَّا بيْنَ أُصبُعينِ مِن أَصابعِ الرَّحمنِ إنْ شاءَ أَقامَه، وإنْ شاءَ أَزاغَه.
“Tidak ada hati kecuali berada di antara dua jari Allah ‘Azza wa Jalla. Jika Allah berkehendak Allah akan meluruskannya, dan jika Allah berkehendak maka Allah akan memalingkannya.” (HR. Ibnu majah)
Dan dahulu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda sering berdoa:
يَا مُثَبِّتَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى دِينِكَ
“Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku di atas agamaMu.” (HR. Ibnu Majah)
Juga Imam Ahmad Rahimahullah meriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anha, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa berdoa dengan mengatakan:
اللهم مقلب القلوب ثبت قلوبنا على دينك
“Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku di atas agamaMu.”
Maka Ummu Salamah berkata: “Wahai Rasulullah, apakah hati itu berbolak-balik?” Jawaban nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
نَعَمْ مَا مِنْ خَلْقِ اللَّهِ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ بَشَرٍ إِلَّا أَنَّ قَلْبَهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَإِنْ شَاءَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَقَامَهُ وَإِنْ شَاءَ اللَّهُ أَزَاغَهُ فَنَسْأَلُ اللَّهَ رَبَّنَا أَنْ لَا يُزِيغَ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَانَا وَنَسْأَلُهُ أَنْ يَهَبَ لَنَا مِنْ لَدُنْهُ رَحْمَةً إِنَّهُ هُوَ الْوَهَّابُ
“Iya, tidak ada hati dari Bani Adam kecuali berada di antara dua jari-jemari Allah. Jika Allah berkehendak maka Allah akan meluruskannya, jika Allah berkehendak maka Allah akan memalingkannya. Maka kita memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar tidak melencengkan hati-hati kita setelah diberi petunjuk, dan kita memohon kepada Allah agar memberikan rahmatNya, sesungguhnya Allah Maha Pemberi.”
Maka seyogyanya setiap muslim -selain senantiasa membaca doa tadi- juga mengetahui sifat-sifat hati yang melenceng, juga keadaan-keadaan hati tersebut. Hal ini agar mengetahui betapa besar kebaikan dan keselamatan yang dia dapatkan, dan bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan dia dari keburukan dan kerusakan. Tujuannya adalah agar dia memuji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas perlindungan yang Allah berikan. Juga senantiasa memohon keselamatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meminta agar Allah senantiasa menjaga hatinya, menyelamatkannya dari kesesatan dan penyimpangan. Ini menjadi sangat penting karena hati sangat mudah berbolak-balik, sebagaimana dijelaskan dalam hadits:
لقلب ابن آدم أشد انقلابا من القدر إذا اجتمع غليانا
“Sungguh hati anak Adam lebih mudah untuk t... -
Talbis Iblis Untuk Melakukan Pengembaraan
Talbis Iblis Untuk Melakukan Pengembaraan ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 2 Rabi’ul Awal 1445 H / 18 September 2023 M.
Kajian Tentang Talbis Iblis Untuk Melakukan Pengembaraan
Ini salah satu di antara kebiasaan atau salah satu ajaran yang diamalkan oleh kaum Sufi, yaitu mereka keluar dari rumah mengembara dan seringkali tanpa tujuan yang jelas. Yang pasti, pengembaraan itu bukan dalam rangka menuntut ilmu, karena sudah kita sebutkan sebelumnya bahwa mereka menjauhi yang disebut dengan menuntut ilmu karena dianggap dapat memalingkan dari ibadah.
Sebagian besar dari kaum Sufi melakukan pengembaraan itu untuk mengasingkan diri. Terkadang mereka pergi tanpa membawa bekal sama sekali. Mereka melakukan itu dengan berdalih ingin menguji tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tentunya, yang menjadi akibat dari sikap seperti ini adalah banyak sekali kewajiban-kewajiban yang mereka abaikan. Bahkan banyak di antara mereka juga yang menelantarkan keluarga. Dan sebagian besar dari mereka justru memang tidak berkeluarga, sebagaimana yang kita sebutkan sebelumnya, mereka menjauhi yang namanya nikah.
Lihat: Talbis Iblis terhadap Kaum Sufi yang tidak mau Menikah
Dan bagi yang tidak punya keluarga, banyak sekali kewajiban yang terabaikan. Misalnya, mereka mengembara dan akhirnya mengabaikan birrul walidain (kewajiban berbakti kepada orang tua), menyambung silaturahim, dan kewajiban-kewajiban duniawi lainnya.
Ironisnya, mereka menganggap perbuatan ini sebagai bentuk ketaatan dan upaya pendekatan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mencapai derajat kewalian. Padahal, hakikatnya, mereka justru termasuk orang-orang yang telah menyimpang dari tuntunan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Berkaitan dengan melakukan perjalanan atau pengembaraan tanpa tujuan yang jelas, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang kita melakukan tindakan seperti itu. Tidak dibenarkan juga melakukan perjalanan ke sana kemari tanpa ada tujuan atau tanpa keperluan yang jelas, seperti orang yang kebingungan menghabiskan waktu.
Maka kalaupun kita berjalan di muka bumi, tentunya untuk tujuan mengambil pelajaran:
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ…
Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya…” (QS. Al-‘Ankabut[29]: 20)
Kita diperintahkan untuk melakukan penelitian dan mengambil ibrah dan sejenisnya. Yaitu untuk menuntut ilmu dan mendapatkan faedah, bukan berjalan tanpa tujuan.
Dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa ada seseorang yang datang kepada nabi dan meminta izin: “Wahai Rasulullah, izinkanlah aku mengembara di muka bumi.” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إنَّ سِياحةَ أُمَّتي الجِهادُ في سبيلِ اللَّهِ
“Pengembaraan umatku itu adalah berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Abu Dawud dan Al-Hakim) -
Mendoakan Kebaikan Untuk Anak
Mendoakan Kebaikan Untuk Anak ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Pendidikan Anak yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 2 Rabi’ul Awal 1445 H / 18 September 2023 M.
Kajian Tentang Mendoakan Kebaikan Untuk Anak
Kesuksesan dalam mendidik anak dan mencetak generasi yang baik, anak-anak yang shalih dan shalihah, itu ada banyak faktor yang melatarbelakangi. Salah satu faktor terpenting yang akan menopang dan menunjang kesuksesan pendidikan anak adalah doa.
Namun, sayangnya, faktor ini sering dilupakan, bahkan lebih parahnya, diabaikan. Karena ada sebagian kalangan mengira bahwa doa itu tidak diperlukan. Biasanya orang-orang ini terpengaruh dengan konsep-konsep pendidikan anak yang dicetuskan oleh kaum ateis yang tidak percaya dengan adanya Tuhan. Bahkan ada sebagian dari mereka mengatakan bahwa doa itu simbol kemalasan. Ini adalah anggapan yang tidak benar. Karena ketika seseorang berdoa, itu bukan berarti dia tidak melakukan usaha.
Misalnya seseorang ingin mendapatkan rezeki, maka dia kerja. Tapi apa setiap orang yang kerja selalu mendapatkan rezeki? Jawabnya belum tentu. Ketika seseorang sakit dan ingin sembuh, maka dia berobat. Tapi apakah selalu orang yang berobat itu sembuh? Jawabanya belum tentu.
Jadi, usaha atau ikhtiar bukan penentu segala hal. Tapi yang menentukan ini akan menghasilkan atau tidak menghasilkan, apakah orang yang berobat akan sembuh atau tidak sembuh, yang menentukan apakah orang yang bekerja akan mendapatkan rezeki atau tidak, yang menentukan apakah orang yang menikah akan dapat anak atau tidak, yang menentukan itu semua adalah Allah ‘Azza wa Jalla.
Maka mukmin yang sempurna adalah yang menggabungkan antara usaha dan doa. Kita berusaha karena disuruh oleh Allah. Begitu pula kita berdoa karena disuruh oleh Allah Subhanahu wa Ta’al. Sehingga berdoa dan berusaha, keduanya adalah perintah Allah ‘Azza wa Jalla.
Makanya kalau kita perhatikan anak-anak hebat, terutama di zaman Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ternyata salah satu kunci suksesnya adalah doa.
Di antara anak hebat di zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu. Ternyata salah satu rahasia di balik kehebatannya, adalah upaya maksimal Ibunda Anas dalam menjalani proses pendidikan putranya. Beliau tidak menyia-nyiakan kesempatan mahal bertemu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Anas Radhiyallahu ‘Anhu bercerita:
قَالَتْ أُمِّي: يَا رَسُولَ اللهِ خُوَيْدِمُكَ ادْعُ اللهَ لَهُ، قَالَ: فَدَعَا لِي بِكُلِّ خَيْرٍ، وَكَانَ فِي آخِرِ مَا دَعَا لِي بِهِ أَنْ قَالَ: «اللهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ، وَبَارِكْ لَهُ فِيهِ»”
Ibuku berkata, “Wahai Rasulullah, mohon doakan pembantu kecilmu ini (Anas)!”. Maka beliaupun mendoakan Anas dengan seluruh kebaikan. Di akhir doa, beliau bersabda, “Ya Allah perbanyaklah harta dan anak Anas, serta berkahilah hal itu untuknya”. (HR. Muslim)
Sang Ibunda benar-benar berusaha mempersiapkan masa depan cemerlang untuk putranya. Berkat doa di atas, Anas dikaruniai oleh Allah banyak sekali anak dan cucu yang salih dan salihah. Jumlah mereka sekitar seratusan orang. Allahu akbar!
Maka jangan pernah putus untuk mendoakan kebaikan buat putra-putri kita. Terutama menggunakan doa-doa terbaik yang termaktub dalam al-Qur’an dan Hadits. -
Shalat Lima Waktu adalah Penggugur Dosa-Dosa yang Ada di Antara Keduanya
Shalat Lima Waktu adalah Penggugur Dosa-Dosa yang Ada di Antara Keduanya merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Mukhtashar Shahih Muslim yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Ahad, 1 Rabi’ul Awal 1445 H / 17 September 2023 M.
Kajian Hadits Tentang Shalat Lima Waktu adalah Penggugur Dosa-Dosa yang Ada di Antara Keduanya
Hadits 203:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﵁ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ “الصَّلَواتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ. وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ”.
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Shalat lima waktu dan Jumat menuju Jumat berikutnya itu menggugurkan dosa-dosa yang ada di antara keduanya selama tidak dilakukan dosa besar. Dan Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya itu menggugurkan dosa-dosa yang ada di antara keduanya selama dijauhi dosa besar.'” (HR. Muslim)
Hadits menunjukkan akan keistimewaan shalat 5 Waktu, demikian pula shalat Jumat, demikian pula Ramadhan. Keistimewaannya adalah bahwa itu menggugurkan dosa-dosa yang ada di antara shalat tersebut. Tentu ini rahmat Allah kepada hamba-hambaNya, Subhanallah. Karena kita manusia ini tidak lepas dari dosa. Dengan setiap kita shalat lima waktu, Allah menggugurkan lagi dosa kita. MasyaAllah!
Disebutkan dalam hadits, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إنَّ العبدَ إذا قَامَ يُصلِّي أُتِي بُذُنوبِه كُلِّها فَوُضِعَتْ على رأسِه و عاتِقَيْهِ ، فكُلَّما رَكعَ أو سَجدَ تَساقَطَتْ عَنْهُ
“Apabila seorang hamba berdiri shalat, maka dosa-dosanya diletakkan di atas kepala dan kedua pundaknya. Apabila dia rukuk dan sujud, maka dosa-dosanya berguguran.” (HR. Ibnu Hibban)
Kita sangat membutuhkan shalat untuk menggugurkan dosa-dosa dan meningkatkan derajat di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun, terjadi khilaf para ulama, dosa apa yang digugurkan oleh shalat lima waktu? Jumhur berpendapat bahwa shalat lima waktu itu hanya menggugurkan dosa-dosa kecil saja dan tidak menggugurkan dosa-dosa besar. Dalilnya hadits ini, Nabi bersabda: “Selama ditinggalkan dosa besar.” Berarti syaratnya adalah selama ditinggalkan dosa besar. Ini menunjukkan bahwa yang digugurkan oleh shalat lima waktu hanya dosa kecil. Ini pendapat jumhur berdasarkan hadits ini.
Sementara sebagian ulama berpendapat bahwa shalat lima waktu pun bisa menggugurkan dosa besar. Di antara dalil yang mereka bawakan hadits, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengumpamakan shalat lima waktu itu seperti seseorang mandi di kali lima kali.
«أَرَأَيْتُمْ لو أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ منه كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ، هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ. شَيْءٌ؟» قالوا: لا يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ، قال: «فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الخَمْسِ يَمْحُو اللهُ بِهِنَّ الخَطَايَا»
“Bagaimana pendapat kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu rumah salah seorang dari kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan tersisa kotoran tubuhnya walau sedikit?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa sedikit pun kotorannya.” Beliau bersabda, “Maka itulah perumpamaan shalat lima waktu, -
Jalan Menuju Keselamatan
Jalan Menuju Keselamatan adalah kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada Ahad, 1 Rabi’ul Awal 1445 H / 17 September 2023 M.
Kajian Tentang Jalan Menuju Keselamatan
Keselamatan adalah perkara yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun juga. Al-Qurthubi berkata:
لا نعدل بالسلامة شيئا
“Kita tidak bisa menyamakan keselamatan dengan apapun juga.”
Karena kita semua pasti ingin selamat, baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, selamat dari fitnah, selamat dari hal-hal yang bisa merusak keimanan, selamat dari hal-hal yang bisa menyebabkan kita tidak bisa istiqamah.
Banyak orang mencari keselamatan hanya sebatas duniawiyah saja; selamat dari sisi hartanya, selamat dari sisi badannya. Keselamatan dunia yang sifatnya seperti ini bukan tanda bahwa Allah merahmati seorang hamba. Tapi keselamatan yang hakiki di dunia ini adalah selamat dari fitnah.
Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
إِن السَّعِيْد لَمَن جُنِّب الْفِتَن
“Hakikatnya orang yang bahagia itu yang dijauhkan dari fitnah.” (HR. Abu Dawud)
Nabi mengatakan hakikat kebahagiaan itu ketika kita diselamatkan dari fitnah. Fitnah syubhat dan fitnah syahwat. Fitnah syubhat adalah pemikiran-pemikiran yang menyesatkan, yang bisa merusak aqidah dan keimanan. Fitnah syahwat adalah fitnah yang berhubungan dengan tiga perkara: harta, tahta, dan wanita. Dan ini pasti berhubungan dengan syahwat.
Maka ketika kita diselamatkan oleh Allah dari fitnah yang bisa merusak agama dan keimanan, demi Allah itu hakikat keselamatan.
Kita juga berharap selamat dari adzab kubur. Apalagi keselamatan dalam kehidupan akhirat dari adzab api neraka. Semua kita mengharapkan selamat. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu meminta keselamatan di waktu pagi dan petang.
اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ سَمْعِيْ، اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ.
“Ya Allah, selamatkanlah tubuhku. Ya Allah, selamatkanlah pendengaranku. Ya Allah, selamatkanlah penglihatanku, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau…”
Maksudnya yaitu kita memohon agar diselamatkan dari melakukan perbuatan maksiat, diselamatkan badan kita dari hal-hal yang dibenci oleh Allah, demikian pula dari penyakit-penyakit dan yang lainnya.
Minta keselamatan supaya mata kita tidak suka jalalatan, melihat yang tidak-tidak, supaya mata kita ini dipelihara dari melihat sesuatu yang dibenci oleh Allah, dan dipelihara dari berbagai macam penyakit-penyakit itu.
Lihat: Dzikir Pagi dan Dzikir Petang
Kata sebagian Rawi, betapa seringnya Rasulullah meminta afiat (keselamatan) kepada Allah. Tidak ada sesuatu yang paling sering Rasulullah ucapkan dari meminta afiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Demi Allah ini yang harus kita usahakan, bagaimana kita selamat. Yang terpenting adalah selamat aqidah, iman dan agama kita. Apalagi kita hidup di zaman yang penuh fitnah. Banyak sekali pemuda-pemuda yang terhempas oleh fitnah yang ada di zaman sekarang. Tontonan-tontonan aurat yang membuat kita lalai dari kehidupan akhirat. Tontonan-tontonan yang berbau kesyirikan, sehingga menyebabkan banyak di antara kita tidak merasa bahwa iman mengalami kemunduran.
Customer Reviews
Manfaat yang luar biasa
sambil kerja sambil denger tausiyah. Alhamdulillah… ^_^
Subhanallah, sangat bagus
Assallamualikum WR. WB. Sangat bagus, ditunggu episode selanjutnya
Jazakallah...
Salam..barakallah hu fikum
Sangat bermanfaat cuma harap dapat diupload fail2 secara lengkap seperti di website
Jazakallah
Abu sabrina