Belum Gagal Truth Daily Enlightenment

    • Christianity

Jangan merasa tidak berharga karena kita gagal studi, gagal berumah tangga, atau apa pun. Jangan meremehkan Tuhan dengan rencana besar-Nya atas diri kita ini. Sebaliknya, jangan kita merasa berharga karena cantik, ganteng, sesuai dengan keinginan, hasrat, dan cita-cita orang tua. Ingat, orang tua kita tidak pernah bisa melahirkan kita kalau Tuhan tidak menghendaki kita lahir. Jangan merasa tidak bernilai karena kita miskin, atau dipandang rendah, tidak dihargai oleh orang yang paling kita cintai. Mari kita datang kepada Tuhan dan bertanya, “What is the reason I live? Mengapa Engkau ciptakan aku?” 

Jangan merasa sudah mencapai tujuan, atau merasa hidup kita bernilai karena kita memiliki banyak nilai lebih di mata manusia. We are nothing without God! We are nothing without The Creator! We are nothing without Him! Mari kita datang dan berkata, “Tuhan, apa yang kau rencanakan dalam hidupku?” Mungkin kita seperti bejana yang hancur, tidak ada masa depan, tidak ada harapan, namun jangan mengecilkan tangan Tuhan yang kuat. Setiap kita berharga. Kita belum gagal. Kita gagal kalau kita terpisah dari Allah selama-lamanya. 

Selama kita masih bisa rekonsiliasi dengan Allah, berdamai dengan Allah, berarti kita masih belum gagal. Dunia kita mungkin gagal—studi, karier, keluarga, dan lain sebagainya—tapi selama masih ada Tuhan yang masih mau menggenggam tangan kita, kita belum gagal. Dan jangan kita berpikir Tuhan seperti manusia. Selama kita masih mau datang kepada-Nya dan berkata, “Beri aku kesempatan, Tuhan,” maka Tuhan tidak pernah tidak memberi kesempatan, sebab Tuhan tahu kita tidak dapat hidup tanpa Dia dan kita diadakan oleh Dia, bukan mau kita sendiri. 

Selama kita masih mau berurusan dengan Tuhan, berarti nurani kita masih hidup. Jangan terintimidasi dengan kuasa jahat dalam pikiran seakan-akan Tuhan itu pendendam terus. Ia memang akan membalas orang sesuai perbuatannya, tapi kalau orang mau membereskan keadaan dirinya dengan Dia, Dia Maha Murah. Jangan mencurigai Tuhan. Dia bukan hanya baik; Dia sangat baik. Hari ini kita harus bangkit kembali. Setiap kita yang terpuruk, jangan merasa terpuruk dan gagal. Tapi siapa pun kita yang berhasil di mata manusia, jangan merasa berhasil; kita bukan siapa-siapa tanpa Tuhan. Jangan sombong, atau kita akan menjadi sampah abadi. 

Sebaliknya, kita yang menjadi sampah di mata manusia, Tuhan bisa mendaur ulang hidup kita. Seperti tanah liat yang tidak berbentuk atau seperti bejana yang sudah hancur, di tangan Tuhan bisa dibentuk menjadi bejana baru. Bukan omong kosong. Maka, kita harus belajar mengalami Tuhan. Jangan Tuhan hanya menjadi fantasi teologi di pikiran, tetapi kita harus mengalami Tuhan. Bukan tidak mungkin Tuhan membiarkan kita dalam keadaan yang porak-poranda, carut-marut, hancur, supaya kita tidak sombong, supaya kita datang kepada Tuhan. Hari ini kiranya menjadi hari pemulihan. Sadarilah bahwa kita berharga di mata Tuhan, jangan meragukan Dia. 

Temuilah Tuhan, jangan cari-cari pendeta untuk mendoakan kita. Pemulihan bisa kita alami ketika kita datang kepada Tuhan. Tetaplah bertahan, kemenangan akan diberikan pada waktunya. Jangan sombong. Rendahkan diri kita di hadapan Tuhan. Ini urusan kita dengan Tuhan, bukan dengan siapa-siapa. Jangan kita dilahirkan orisinal, tapi mati dalam keadaan imitasi. Dunia membuat kita tidak asli karena kita keluar dari rencana Allah, membentuk kita menjadi anak dunia, bukan mempelai Kristus. Mari kita kembali kepada Dia yang mengadakan kita. Di sana kita akan menemukan hidup. Dan hanya Tuhan yang bisa membuat kita orisinal, mengembalikan ke rancangan Allah semula. 

Orisinalitas kita letaknya pada apakah kita berjalan dengan Tuhan dan menuruti rencana-Nya atau tidak. Ketika kita meninggal dunia, orang menangis, semua menangis, tetapi mereka tidak melihat kita tersenyum sukacita, disambut malaikat kudus, dan dibawa ke Rumah Bapa. Tapi jangan sampai orang menangis, dan kita juga meratap karena tidak ada yang menjemput...

Jangan merasa tidak berharga karena kita gagal studi, gagal berumah tangga, atau apa pun. Jangan meremehkan Tuhan dengan rencana besar-Nya atas diri kita ini. Sebaliknya, jangan kita merasa berharga karena cantik, ganteng, sesuai dengan keinginan, hasrat, dan cita-cita orang tua. Ingat, orang tua kita tidak pernah bisa melahirkan kita kalau Tuhan tidak menghendaki kita lahir. Jangan merasa tidak bernilai karena kita miskin, atau dipandang rendah, tidak dihargai oleh orang yang paling kita cintai. Mari kita datang kepada Tuhan dan bertanya, “What is the reason I live? Mengapa Engkau ciptakan aku?” 

Jangan merasa sudah mencapai tujuan, atau merasa hidup kita bernilai karena kita memiliki banyak nilai lebih di mata manusia. We are nothing without God! We are nothing without The Creator! We are nothing without Him! Mari kita datang dan berkata, “Tuhan, apa yang kau rencanakan dalam hidupku?” Mungkin kita seperti bejana yang hancur, tidak ada masa depan, tidak ada harapan, namun jangan mengecilkan tangan Tuhan yang kuat. Setiap kita berharga. Kita belum gagal. Kita gagal kalau kita terpisah dari Allah selama-lamanya. 

Selama kita masih bisa rekonsiliasi dengan Allah, berdamai dengan Allah, berarti kita masih belum gagal. Dunia kita mungkin gagal—studi, karier, keluarga, dan lain sebagainya—tapi selama masih ada Tuhan yang masih mau menggenggam tangan kita, kita belum gagal. Dan jangan kita berpikir Tuhan seperti manusia. Selama kita masih mau datang kepada-Nya dan berkata, “Beri aku kesempatan, Tuhan,” maka Tuhan tidak pernah tidak memberi kesempatan, sebab Tuhan tahu kita tidak dapat hidup tanpa Dia dan kita diadakan oleh Dia, bukan mau kita sendiri. 

Selama kita masih mau berurusan dengan Tuhan, berarti nurani kita masih hidup. Jangan terintimidasi dengan kuasa jahat dalam pikiran seakan-akan Tuhan itu pendendam terus. Ia memang akan membalas orang sesuai perbuatannya, tapi kalau orang mau membereskan keadaan dirinya dengan Dia, Dia Maha Murah. Jangan mencurigai Tuhan. Dia bukan hanya baik; Dia sangat baik. Hari ini kita harus bangkit kembali. Setiap kita yang terpuruk, jangan merasa terpuruk dan gagal. Tapi siapa pun kita yang berhasil di mata manusia, jangan merasa berhasil; kita bukan siapa-siapa tanpa Tuhan. Jangan sombong, atau kita akan menjadi sampah abadi. 

Sebaliknya, kita yang menjadi sampah di mata manusia, Tuhan bisa mendaur ulang hidup kita. Seperti tanah liat yang tidak berbentuk atau seperti bejana yang sudah hancur, di tangan Tuhan bisa dibentuk menjadi bejana baru. Bukan omong kosong. Maka, kita harus belajar mengalami Tuhan. Jangan Tuhan hanya menjadi fantasi teologi di pikiran, tetapi kita harus mengalami Tuhan. Bukan tidak mungkin Tuhan membiarkan kita dalam keadaan yang porak-poranda, carut-marut, hancur, supaya kita tidak sombong, supaya kita datang kepada Tuhan. Hari ini kiranya menjadi hari pemulihan. Sadarilah bahwa kita berharga di mata Tuhan, jangan meragukan Dia. 

Temuilah Tuhan, jangan cari-cari pendeta untuk mendoakan kita. Pemulihan bisa kita alami ketika kita datang kepada Tuhan. Tetaplah bertahan, kemenangan akan diberikan pada waktunya. Jangan sombong. Rendahkan diri kita di hadapan Tuhan. Ini urusan kita dengan Tuhan, bukan dengan siapa-siapa. Jangan kita dilahirkan orisinal, tapi mati dalam keadaan imitasi. Dunia membuat kita tidak asli karena kita keluar dari rencana Allah, membentuk kita menjadi anak dunia, bukan mempelai Kristus. Mari kita kembali kepada Dia yang mengadakan kita. Di sana kita akan menemukan hidup. Dan hanya Tuhan yang bisa membuat kita orisinal, mengembalikan ke rancangan Allah semula. 

Orisinalitas kita letaknya pada apakah kita berjalan dengan Tuhan dan menuruti rencana-Nya atau tidak. Ketika kita meninggal dunia, orang menangis, semua menangis, tetapi mereka tidak melihat kita tersenyum sukacita, disambut malaikat kudus, dan dibawa ke Rumah Bapa. Tapi jangan sampai orang menangis, dan kita juga meratap karena tidak ada yang menjemput...