Pembelaan Allah Truth Daily Enlightenment

    • Christianity

Pernyataan iman “Jika Allah di pihak kita, siapa lawan kita?” (Rm. 8:31) tentunya disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat atau orang percaya di Roma. Kita membaca ayat Alkitab, secara khusus tulisan Paulus dalam kitab Roma di mana aniaya, penindasan, penderitaan, bahkan kehilangan nyawa mewarnai perjalanan kerohanian jemaat Roma. Tentu kita melihat kekaguman Paulus terhadap Allah sangat luar biasa, bukan isapan jempol atau retorika semata melainkan sebuah pengalaman riil mengalami Tuhan. Sehingga Paulus menegaskan, “Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah” (Rm. 8:35). 

Allah telah membuktikan keberpihakan-Nya kepada kita, manusia berdosa. Allah berpihak, yaitu dengan mengorbankan Putra Tunggal-Nya. Tiba saatnya untuk memeriksa serta memastikan, benarkah kita sekalian berada di pihak Allah? Coba renungkan dan pikirkan dengan saksama. Jawablah dengan jujur. Memang tidak bisa ditampik, musuh kita adalah kuasa gelap, orang-orang yang berbuat jahat kepada kita, dan juga berbagai bencana lainnya. Tetapi sadarlah, kita jangan berkajang di kondisi itu saja, sebab musuh yang sesungguhnya yang harus kita taklukkan adalah diri sendiri. 

Pernyataan-pernyataan iman yang sering kita kumandangkan melalui pembacaan firman Tuhan, nyanyian-nyanyian pujian kepada Tuhan, jangan hanya di bibir tapi juga harus juga diikuti oleh ketekunan dan keteguhan memercayai-Nya. Kadangkala, setelah kita berdoa menghadapi pergumulan hidup, kita merasa lebih kuat. Tetapi setelah kita melihat fakta atau realitas yang ada, kita kembali menjadi ragu, bimbang bahkan kecewa. Tetapi di situ kita melihat betapa panjangnya sabar dan kasih Allah. 

Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Ketelanjangan, kemiskinan, penderitaankah? Sesungguhnya kita sendiri yang sering memisahkan diri dari Tuhan. Dengan cara apa? Tentu hidup sembarangan, hidup semau kita tanpa memedulikan pikiran dan perasaan Allah yang memercayakan kita ada di dunia ini. Ini harus kita renungkan! Sadarilah bahwa pembelaan Allah tidak perlu diragukan lagi. Sudah nyata jelas, bahkan Anak-Nya Yang Tunggal, yang begitu agung dan mulia, menjadi terhina karena kita, sampai Bapa sendiri memalingkan wajah-Nya. Itulah yang ditangisi oleh Tuhan Yesus. Jangan sampai kita di pagi hari, di ruang ibadah, di persekutuan, hati memuji menyembah, tangan terangkat, tapi di peragaan hidup, kita gagal total. 

Tidak semua orang memiliki kesempatan ini, tidak semua orang mendapat anugerah mengenal jalan keselamatan satu-satunya yang bisa membawa kita kepada Bapa dan berjalan bersama dengan Bapa. Inilah yang mestinya menggembirakan kita. Kalau kita bangun tidur pada pagi hari sudah dimulai dengan hati yang kusut, perasaan gundah gulana, di situ kita tidak menghormati Tuhan. Tuhan Yang Kuat, Tuhan Yang Maha Kuasa, tidak boleh kita ragukan kemampuan-Nya. Tuhan juga hadir menyertai kita. Tuhan kuat, tapi kalau tidak hadir menyertai kita, percuma. Tuhan menyertai kita, tapi kalau Tuhan tidak kuat, juga percuma. Tapi yang benar, Allah itu Maha Kuasa, Allah itu kuat, dan Dia hadir. 

Jadi kalau kita benar-benar mengasihi Tuhan, benar-benar menjadikan Tuhan kebahagiaan, maka begitu kita bangun tidur, kita memiliki kegembiraan dan sukacita karena hari ini kita akan menjalani hari berjalan bersama dengan Tuhan. Dan percaya bahwa Dia pasti membela kita. Ada banyak hal yang kita akan alami sepanjang hari yang Tuhan berikan. Dan banyak hal itu adalah berkat-berkat kekal-Nya. Peristiwa demi peristiwa yang kita alami dalam dinamika hidup yang masing-masing kita miliki dan alami, yang tentu juga berbeda satu dengan yang lain. Tetapi di media itu, melalui berbagai pergumulan hidup, kita berjalan bersama Tuhan. Justru di tengah-tengah pergumulan, kita merasakan dan membutuhkan kehadiran-Nya.

Memercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, itu mutlak. Tetapi setelah itu, kita harus memberi diri dimuridkan oleh Yesus, dituntun oleh Roh Kudus,

Pernyataan iman “Jika Allah di pihak kita, siapa lawan kita?” (Rm. 8:31) tentunya disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat atau orang percaya di Roma. Kita membaca ayat Alkitab, secara khusus tulisan Paulus dalam kitab Roma di mana aniaya, penindasan, penderitaan, bahkan kehilangan nyawa mewarnai perjalanan kerohanian jemaat Roma. Tentu kita melihat kekaguman Paulus terhadap Allah sangat luar biasa, bukan isapan jempol atau retorika semata melainkan sebuah pengalaman riil mengalami Tuhan. Sehingga Paulus menegaskan, “Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah” (Rm. 8:35). 

Allah telah membuktikan keberpihakan-Nya kepada kita, manusia berdosa. Allah berpihak, yaitu dengan mengorbankan Putra Tunggal-Nya. Tiba saatnya untuk memeriksa serta memastikan, benarkah kita sekalian berada di pihak Allah? Coba renungkan dan pikirkan dengan saksama. Jawablah dengan jujur. Memang tidak bisa ditampik, musuh kita adalah kuasa gelap, orang-orang yang berbuat jahat kepada kita, dan juga berbagai bencana lainnya. Tetapi sadarlah, kita jangan berkajang di kondisi itu saja, sebab musuh yang sesungguhnya yang harus kita taklukkan adalah diri sendiri. 

Pernyataan-pernyataan iman yang sering kita kumandangkan melalui pembacaan firman Tuhan, nyanyian-nyanyian pujian kepada Tuhan, jangan hanya di bibir tapi juga harus juga diikuti oleh ketekunan dan keteguhan memercayai-Nya. Kadangkala, setelah kita berdoa menghadapi pergumulan hidup, kita merasa lebih kuat. Tetapi setelah kita melihat fakta atau realitas yang ada, kita kembali menjadi ragu, bimbang bahkan kecewa. Tetapi di situ kita melihat betapa panjangnya sabar dan kasih Allah. 

Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Ketelanjangan, kemiskinan, penderitaankah? Sesungguhnya kita sendiri yang sering memisahkan diri dari Tuhan. Dengan cara apa? Tentu hidup sembarangan, hidup semau kita tanpa memedulikan pikiran dan perasaan Allah yang memercayakan kita ada di dunia ini. Ini harus kita renungkan! Sadarilah bahwa pembelaan Allah tidak perlu diragukan lagi. Sudah nyata jelas, bahkan Anak-Nya Yang Tunggal, yang begitu agung dan mulia, menjadi terhina karena kita, sampai Bapa sendiri memalingkan wajah-Nya. Itulah yang ditangisi oleh Tuhan Yesus. Jangan sampai kita di pagi hari, di ruang ibadah, di persekutuan, hati memuji menyembah, tangan terangkat, tapi di peragaan hidup, kita gagal total. 

Tidak semua orang memiliki kesempatan ini, tidak semua orang mendapat anugerah mengenal jalan keselamatan satu-satunya yang bisa membawa kita kepada Bapa dan berjalan bersama dengan Bapa. Inilah yang mestinya menggembirakan kita. Kalau kita bangun tidur pada pagi hari sudah dimulai dengan hati yang kusut, perasaan gundah gulana, di situ kita tidak menghormati Tuhan. Tuhan Yang Kuat, Tuhan Yang Maha Kuasa, tidak boleh kita ragukan kemampuan-Nya. Tuhan juga hadir menyertai kita. Tuhan kuat, tapi kalau tidak hadir menyertai kita, percuma. Tuhan menyertai kita, tapi kalau Tuhan tidak kuat, juga percuma. Tapi yang benar, Allah itu Maha Kuasa, Allah itu kuat, dan Dia hadir. 

Jadi kalau kita benar-benar mengasihi Tuhan, benar-benar menjadikan Tuhan kebahagiaan, maka begitu kita bangun tidur, kita memiliki kegembiraan dan sukacita karena hari ini kita akan menjalani hari berjalan bersama dengan Tuhan. Dan percaya bahwa Dia pasti membela kita. Ada banyak hal yang kita akan alami sepanjang hari yang Tuhan berikan. Dan banyak hal itu adalah berkat-berkat kekal-Nya. Peristiwa demi peristiwa yang kita alami dalam dinamika hidup yang masing-masing kita miliki dan alami, yang tentu juga berbeda satu dengan yang lain. Tetapi di media itu, melalui berbagai pergumulan hidup, kita berjalan bersama Tuhan. Justru di tengah-tengah pergumulan, kita merasakan dan membutuhkan kehadiran-Nya.

Memercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, itu mutlak. Tetapi setelah itu, kita harus memberi diri dimuridkan oleh Yesus, dituntun oleh Roh Kudus,