8 episodes

Official podcast from Takjil Media. Asuhan Ustadz Faried Al-Akadarnya.

Takjil Podcast Takjil Media

    • Religion & Spirituality

Official podcast from Takjil Media. Asuhan Ustadz Faried Al-Akadarnya.

    #MenyorongRembulan | Shalawat 'Indal-Qiyam

    #MenyorongRembulan | Shalawat 'Indal-Qiyam

    Shalawat 'Indal-Qiyam biasanya shalawat ini dilantunkan untuk menyambut kehadiran Baginda Nabi Muhammad Shollahu 'alaihi wa sallam.

    • 6 min
    #MenyorongRembulan | Menyorong Rembulan

    #MenyorongRembulan | Menyorong Rembulan

    Menyorong Rembulan

    Gerhana rembulan hampir total
    Malam gelap gulita
    Marahari berada pada satu garis dengan bumi dan rembulan
    Cahaya matahari yang memancar ke rembulan tidak sampai ke permukaan rembulan
    karena ditutupi oleh bumi
    Sehingga rembulan tidak bisa memantulkan cahaya matahari ke permukaan bumi
    Matahari adalah lambang Tuhan
    Cahaya matahari adalah rahmat nilai kepada bumi yang semestinya dipantulkan oleh rembulan
    Rembulan para kekasih Allah, para Rasul, para Nabi, para ulama, para cerdik cendekia, para pujangga dan siapa saja yang memantulkan cahaya matahari atau nilai-nilai Allah untuk mendayagunakannya di bumi
    Karena bumi menutupi cahaya matahari, maka malam gelap gulita
    Dan di dalam kegelapan segala yang buruk terjadi
    Orang tidak bisa menatap wajah orang lainnya secara jelas
    Orang menyangka kepala adalah kaki
    Orang menyangka Utara adalah Selatan
    Orang bertabrakan satu sama lain
    Orang tidak sengaja menjegal satu sama lain
    Atau bahkan sengaja saling menjegal satu sama lain
    Di dalam kegelapan orang tidak punya pedoman yang jelas untuk melangkah
    Akan kemana melangkah ? dan bagaimana melangkah ?
    Ilir-ilir kita memang sudah nglilir, kita sudah bangun, sudah bangkit bahkan kaki kita sudah berlari namun akal pikiran kita belum !
    Hati nurani kita belum !
    Kita masih merupakan anak-anak dari orde yang kita kutuk di mulut namun ajaran-ajarannya kita biarkan hidup subur di dalam aliran darah dan jiwa kita
    Kita mengutuk perampok dengan cara mengincarnya untuk kita rampok balik
    Kita mencerca maling dengan penuh kedengkian kenapa bukan kita yang maling
    Kita mencaci penguasa lalim dengan berjuang keras untuk bisa menggantikannya
    Kita membenci para pembuat dosa besar dengan cara setan yakni melarangnya untuk insaf dan tobat
    Kita memperjuangkan gerakan anti penggusuran dengan cara menggusur
    Kita menolak pemusnahan dengan merancang pemusnahan-pemusnahan
    Kita menghujat para penindas dengan riang gembira sebagaiman iblis yakni menghalangi usahanya untuk memperbaiki diri
    Siapakah selain setan, iblis dan dajjal yang menolak husnul khotimah manusia ?
    Yang memblokade pintu sorga ?
    Yang menyorong mereka mendekat ke pintu neraka ?
    Sesudah ditindas, kita menyiapkan diri untuk menindas
    Sesudah diperbudak kita siaga untuk ganti memperbudak
    Sesudah dihancurkan kita susun barisan untuk menghancurkan
    Yang kita bangkitkan bukan pembaharuan kebersamaan
    Melainkan asiknya perpecahan
    Yang kita bangun bukan nikmatnya kemesraan tapi menggelegaknya kecurigaan
    Yang kita rintis bukan cinta dan ketulusan melainkan prasangka dan fitnah
    Yang kita perbaharui bukan penyembuhan luka melainkan rencana-rencana panjang untuk menyelenggarakan perang saudara
    Yang kita kembang suburkan adalah memakan bangkai saudara-saudara kita sendiri
    Kita tidak memperluas cakrawala dengan menabur cinta
    Melainkan mempersempit dunia kita sendiri dengan lubang-lubang kebencian dan iri hati
    Pilihanku dan pilihanmu adalah :
    Apakah kita akan menjadi bumi yang mempergelap cahaya matahari sehingga bumi kita sendiri tidak akan mendapatan cahayanya
    atau kita berfungsi menjadi rembulan kita sorong diri kita bergeser ke alam yang lebih tepat agar kita bisa dapatkan sinar matahari dan kita pantulkan nilai-nilai tuhan itu kembali ke bumi

    • 4 min
    #MenyorongRembulan | Thola'al Badru

    #MenyorongRembulan | Thola'al Badru

    Thola'al Badru merupakan Menyorong Rembulan itu sendiri.



    Di episode ini terdapat Thola'al Badru dua versi.

    • 10 min
    #MenyorongRembulan | Shalawat Nurul Musthofa

    #MenyorongRembulan | Shalawat Nurul Musthofa

    Pada sesi ini, Cak Nun bersama Kiai Kanjeng melantunkan Shalawat Nurul Musthofa.



    Trivia :

     ...

    Shalawat adalah sebuah ekosistem kehidupan. Orang Maiyah percaya bahwa manusia tidak akan terlepas dari tiga model pergaulan trilogi hubungan antara Allah, Muhammad Saw dan sesama kita (manusia). Pada hakikatnya dalam kehidupan ini, kita akan tetap berada dalam tiga lingkup pergaulan tersebut.

    Hakikat kesejatian bershalawat bukan mendoakan agar Nabi memperoleh keselamatan. Ungkapan shalawat faedahnya pada akhirnya akan kembali pada kita. Ini merupakan model kemesraan dalam Islam, di mana ketika kita mendoakan Rasulullah Saw, maka doa tersebut akan terpantul kembali kepada kita.

    Muhammad Rasulullah dibaratkan seperti gelas yang penuh terisi air, sementara shalawat yang dikirimikan kepada beliau seperti menuangkan seteguk air yang menyebabkan air itu akan kembali tempiyas kepada kita. Seperti kata Cak Fuad, yang butuh didoakan itu kita bukan Nabi, karena sekali kita mendoakan Nabi maka puluhan malaikat akan mendoakan kita kembali. Cinta yang saling memantul-mantulkan cinta.



    Sumber :  https://www.caknun.com/2018/shalawat-dan-kesehatan/ 

    • 7 min
    #MenyorongRembulan | Syair Istighfar

    #MenyorongRembulan | Syair Istighfar

    Berangkat dari mengantarkan NKRI menuju reformasi yang merenggut nyawa beberapa aktivis, masyarakat etnis tionghoa, dan lain sebagainya, di kesempatan-kesempatan Cak Nun bersama para karib dan sahabatnya keliling di tengah masyarakat akar rumput untuk menyerukan shalawat dan dzikir.



    Trivia :

     Setelah Soeharto secara resmi menyatakan mundur, B.J Habibie yang notabene adalah pangeran kesayangan Soeharto menduduki jabatan Presiden. Dan atas jaminan Soeharto, ABRI saat itu mendukung penuh kepemimpinan B.J. Habibie. Andaikan Soeharto tidak sungguh-sungguh untuk mundur dari jabatan Presiden, saat itu setidaknya ia masih memiliki kesempatan untuk melakukan kudeta dengan cara militer. Kekuatan militer saat itu belum benar-benar dilepaskan oleh Soeharto. Namun, Soeharto sama sekali tidak memanfaatkan kesempatan itu.

    Yang terjadi kemudian, Soeharto justru bersedia untuk diadili. Cak Nun, sebagai salah satu tokoh yang terlibat pada pertemuan 19 Mei 1998, secara khusus ditunjuk sebagai “imam” oleh Soeharto. Satu tahun setelah ia mundur dari jabatan Presiden, pada suatu malam Cak Nun diundang ke kediamannya di Cendana. Tidak mudah bagi Cak Nun mengiyakan keinginan Soeharto untuk bertemu. Setidaknya ada lima kali upaya pihak Cendana menghubungi Cak Nun agar mau menemui Soeharto di Cendana. Bahkan, Tommy dan Bambang juga sempat mencari Cak Nun agar mau bertemu Soeharto.

    Ustadz Abu Bakar, seorang aktivis PadhangmBulan saat itu menyampaikan kepada Cak Nun bahwa Cak Nun adalah salah satu orang yang masih dipercaya oleh Soeharto, dan masih dianggap objektif. Pertemuan itu berlangsung selama 3 jam, di Cendana. Dalam sebuah ruangan, hanya Cak Nun dan Soeharto saja.

    Dalam sebuah pengajian di Brebes, Cak Nun sempat menyatakan bahwa Soeharto harus bersegera meminta maaf kepada Rasulullah Saw di makamnya. Kemudian, harus bersegera mencari momentum untuk meminta maaf kepada rakyat Indonesia. Dan juga menyatakan bersedia untuk diadili. Dengan cara inilah kemudian Soeharto kemudian akan menjalani husnul khatimah.

    Selengkapnya, baca di https://www.caknun.com/tag/reformasi/ 

    • 8 min
    #MenyorongRembulan | Renungan Dodot Iro dari Lir-ilir

    #MenyorongRembulan | Renungan Dodot Iro dari Lir-ilir

    Di nomor ini, Mbah Nun memberi gambaran mengenai makna lanjutan dari renungan lir-ilir sebelumnya.



    Trivia :

    “Dodot iro, dodot iro, kumitir bedhah ing pinggir. Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore…”

    Piweling dan piwulang yang indah dan mulia itu lahir dari nenek moyang yang kebudayaannya belum mengenal kertas dan tinta, jauh dari ada komputer dan gadget, jauh dari kepustakaan-kepustakaan digital bahkan pun manual. Ternyata itulah yang sangat diperlukan di abad sekarang ini oleh ummat manusia yang sudah bermewah-mewah dengan Peradaban Satelit, Peradaban Cyber, Peradaban “Millenial”, Peradaban yang dihuni oleh ummat manusia yang sangat meyakini bahwa mereka jauh lebih pandai, lebih maju, lebih canggih, lebih modern, lebih move on dan lebih updated dibanding generasi-generasi sebelumnya, apalagi nenek moyang para leluhur.

    Ummat manusia hari ini sungguh sedang menjalani adzab “nasullaha fa ansahum anfusahum”: lupa kepada Allah sehingga lupa kepada dirinya sendiri. “Lupa” itu jangan dipikir sekadar lalai atau abai, tapi benar-benar memang tidak mengerti, bahkan tidak mengerti bahwa mereka tidak mengerti.

    “Dodot iro” bukan hanya “bedhah ing pinggir”. Kebudayaan yang sedang berlangsung pada ummat manusia sekarang ini adalah pakaian “bedhah” di hampir semua sisi pakaiannya. Bolong-bolong. Bahkan sengaja dibolong-bolongi, dengan keyakinan itu adalah kecanggihan dan modernitas. Dodot-nya pinelorot.

    Sumber :  https://www.caknun.com/2016/dodot-pinelorot/ 

    • 2 min

Top Podcasts In Religion & Spirituality

The Catechism in a Year (with Fr. Mike Schmitz)
Ascension
10 Minutes with Jesus
10 Minutos con Jesús
The Bible in a Year (with Fr. Mike Schmitz)
Ascension
Tara Brach
Tara Brach
Girls Gone Bible
Girls Gone Bible
Fr. Conor Donnelly Meditations
Fr. Conor Donnelly