HerVoice, a podcast by HerVenture Indonesia HerVenture

Mulai dari culture shock saat pindah haluan dari karyawan kantoran menjadi pengusaha, Fanni Supenda sudah merasakan jatuh bangun membangun bisnis di tengah pandemi. Belum lagi, tekanan yang dirasakan saat menangani karyawan, reseller, dan kurir untuk Cwimie Sam Ali. Yuk, simak #ceritainspiratif #womenpreneur ini.

Follow #herventure_indonesia untuk cerita inspiratif lainnya!

Berawal dari 50 bungkus roti per hari kini sudah naik menjadi 1000 bungkus per hari. Inilah cerita tentang perjalanan bisnis Taeng Bakery di Makassar, langsung dari pemiliknya yang lebih sering dipanggil dengan sebutan Mama Luna.

Mama Luna membuka bisnis Taeng Bakery pertama kali pada tahun 2011. Awalnya, bisnis ini dibuka karena Mama Luna sedang jauh dari suaminya, dan dengan rumah tangga yang masih berusia belia, Mama Luna memutuskan untuk membuka bisnis untuk menopang ekonomi keluarga. Ada filosofi di balik nama Taeng Bakery, yakni dari rumah orang tua Mama Luna yang terletak di sebuah desa bernama desa Taeng di Makasar. Selain itu, Mama Luna juga memaparkan bahwa Makasar adalah tempat lahirnya pejuang kemerdekaan yang jumlahnya tidak sedikit. Diangkat dari filosofi ini, logo Roti Taeng yang berupa topi merah yang biasa dipakai para pahlawan pun lahir. Logo ini juga melambangkan keberanian dan semangat yang merupakan ciri khas orang Makasar.

Salah satu tantangan tersulit yang dihadapi Mama Luna pada tahap awal adalah mencari partner retail dan mendapatkan kepercayaan dari toko-toko untuk dititipkan roti Taeng. Bagaimana akhirnya Mama Luna bisa mendapatkan kepercayaan partner retail besar hingga bisnisnya bisa mencuat seperti sekarang? Yuk simak #ceritainspiratif #womenpreneur ini.

Follow #herventure_indonesia untuk cerita inspiratif lainnya!

Jatuh bangun membuat bisnis, mempertahankan, hingga akhirnya harus banting setir sudah dialami oleh Shelly, yang kini adalah pemilik usaha oleh-oleh khas Bekasi yang bernama SALAKU. Karena salak adalah salah satu buah yang cukup umum ditemui dan harganya ekonomis, ia pun mulai memutar otak bagaimana bisa mengolah salak ini menjadi beragam snack/makanan ringan. Ia mencoba semua cara pengolahan hingga akhirnya punya banyak varian produk yang kini dijualnya. Mulai dari brownies, cookies, kerupuk, sambal, hingga kopi dan teh yang semuanya berbahan utama dari salak! Ia bahkan sudah memiliki outlet dan beberapa reseller yang menjual produknya. Namun, pandemi membuat omzetnya turun hingga 60%. Bagaimana ia menghadapi tantangan ini agar tetap bisa menjalankan bisnisnya? Yuk simak #ceritainspiratif #womenpreneur ini.

Follow @herventure_indonesia untuk cerita inspiratif lainnya!

Dari usaha snack hingga distributor produk herbal, Arie Maya Lestari adalah satu pengusaha perempuan yang juga aktif menggunakan aplikasi HerVenture. Motivasi awal ia membuka bisnis ini bermula dari kegiatan rutinnya menjadi mentor pendamping UMKM di daerahnya yaitu Medan, Sumatera Utara. Sejak pandemi tahun lalu, karena omzet penjualan snacks menurun, Maya banting setir menjadi distributor produk-produk herbal British Propolis. Karena fokus kesehatan menjadi pilihan utama sebagian besar masyarakat di masa pandemi, produk ini menjadi sangat diminati oleh pelanggan bisnis onlinenya. Apa saja tantangan dan kemudahan saat menjadi reseller? Yuk simak #ceritainspiratif #womenpreneur ini.

Follow @herventure_indonesia untuk cerita inspiratif lainnya!

Dengan modal riset online dan mengulik sendiri, ia akhirnya menemukan cara untuk bisa mencetak sandal wudhu tersebut. Orderan pun mulai berdatangan hingga menjadi bisnis hingga sekarang. Pada tahun 2019, ia mampu mendapatkan pesanan 1000 pasang sandal wudhu per bulan. Untuk berjualan, Fitri menggunakan Facebook, Instagram, dan punya website sendiri di sandalwudhu.net. Namun, pandemi di tahun 2020 betul memaksanya untuk mencari cara kreatif agar omset bisa kembali naik. Apa saja yang dilakukannya. Simak yuk #ceritainspiratif #womenpreneur ini.

Follow @herventure_indonesia untuk cerita inspiratif lainnya!

Jika di awal-awal E3TRIP berdiri pada tahun 2018 ia masih bisa mengelola workshop boneka washi, craft trip di Museum Layang-Layang. Terakhir di November 2019 adalah Craft Trip di Nagoya. Sejak ada pandemi semua kegiatan ini harus dilakukan secara online. Beberapa kolaborasi yang sudah berhasil dijalankan E3TRIP secara online adalah workshop boneka washi Oktober 2020 dan Cocodama Atsiri Virtual Trip bersama Rumah Atsiri Indonesia. Project berikutnya akan kolaborasi dengan Saung Angklung Udjo, Rumah Martha Tilaar, dan Mangsi Kelir untuk dibuat program E3TRIP Virtual Trip dan jika kondisi membaik maka dibuatkan program trip offline. Apa saja tantangannya menjalani E3Trip secara online saat ini? Simak yuk #ceritainspiratif #womenpreneur ini.

Follow @herventure_indonesia untuk cerita inspiratif lainnya!