43 afleveringen

Pandangan Nanda merupakan podcast yang menyajikan pandangan terhadap dunia ini terkait pendidikan,bahasa, sastra, budaya, logika, filsafat, dan ilmu agama.

Pandangan Nanda nanda gibral

    • Religie en spiritualiteit

Pandangan Nanda merupakan podcast yang menyajikan pandangan terhadap dunia ini terkait pendidikan,bahasa, sastra, budaya, logika, filsafat, dan ilmu agama.

    Tak Ingin Usai- Lewat Suara

    Tak Ingin Usai- Lewat Suara

    Puisi ini ditulis oleh Lewat Suara

    • 2 min.
    Tak Apa-MusikalisasiPuisi|disuarakan oleh nandagibral

    Tak Apa-MusikalisasiPuisi|disuarakan oleh nandagibral

    "Tak Apa"

    Ketika ku tanya mengapa
    Kau hanya menjawab tak apa
    Tapi sikapmu sebaliknya
    Menjebakku dalam tanya
    Aku paham,
    mungkin kau hanya ingin menjaga rasa
    Tapi bagaimana mau menjaga
    Jika rasa yang kau rasa
    Tak bisa aku rasa
    Seandainya saja aku cenayang
    Mungkin aku bisa paham,
    tanpa kau bilang
    Sayangnya, aku hanya sayang
    Mungkin itu tidak cukup
    Untuk memadamkan api
    sebelum menjadi arang


    #musikalisasipuisi #ibadahpuisi

    • 58 sec.
    Senandung Nelayan|Zawawi Imron- disuarakan oleh nandagibral

    Senandung Nelayan|Zawawi Imron- disuarakan oleh nandagibral

    Senandung Nelayan
    Angin yang kini letihbersujud di pelupuk ibulaut! apakah pada debur ombakmuterangkum sunyi ajalku?
    Oi, buih-buih zaman saling memburukali ini doaku lumpuhgagal mengusap tujuh penjurupada siapa 'kan kulepas napas cemburu?
    Jika sebutir air mata adalah permatatolong simpan di jantung telukmu!
    Dari bisik ke bisik perahu beringsut majujika nanti bulan datang menyingkap teka-tekimutak sia-sia kujilat luka purbatempat senyum menetasjadi iman dan layar.

    • 1 min.
    Ibu| Zawawi Imron-Sebuah Puisi Disuarakan oleh nandagibral

    Ibu| Zawawi Imron-Sebuah Puisi Disuarakan oleh nandagibral

    Ibu, kalau aku merantau lalu datang musim kemarau sumur-sumur kering, dedaunan pun gugur bersama reranting hanya mata air airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir

    bila aku merantau sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku di hati ada mayang siwalan memutihkan sari-sari kerinduan lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

    ibu adalah gua pertapaanku dan ibulah yang meletakkan aku di sini saat bunga kembang menyerbak bau sayang ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi aku mengangguk meskipun kurang mengerti

    bila kasihmu ibarat samudra, ibu
    sempit lautan teduh tempatku mandi, mencuci lumut pada diri tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
    kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan namamu ibu, yang kan kusebut paling dahulu lantaran aku tahu engkau ibu dan aku anakmu

    bila aku berlayar lalu datang angin sakal Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal

    ibulah itu, bidadari yang berselendang bianglala sesekali datang padaku menyuruhku menulis langit biru dengan sajakku

    • 1 min.
    Bibirku bersujud di Bibirmu| karya Hasan Aspahani- disuarakan oleh nandagibral

    Bibirku bersujud di Bibirmu| karya Hasan Aspahani- disuarakan oleh nandagibral

    Bibirku bersujud di bibirmu
    Oleh: Hasan Aspahan

    Wahai, pelayar malam, tiga kapal karam, masam dendam
    apa lagi yang kau pendam, sebelum semuanya tenggelam?

    Kita pun kehilangan ombak, pasir dan berabad rakaat,
    terlelap dalam perangkap, sekejap malam yang cacat.

    Tanpa sujud, bagaimana menyebut ini sebuah tahajud.

    Aduhai laut yang mengenal semua kapal, kau tahukah?
    Pada separuh luruh usia tubuh, ada sepertiga subuh
    yang tak pernah hendak menunggu jangkarmu berlabuh.

    Dan pada lipatan pantai sajadah yang tak lagi basah
    Tajam musimmu makin meranjau: aku kian kemarau

    Aku masih sabar menunggu, kau kirim tanda zikir-zikir,
    Semakin mendekat gemetar bibir, pada persujudan pasir,
    rukuk musafir, sampai mengerti isyarat ombak terakhir.

    Kau bertanya: hauskah?
    – Aku jawab: ya, beri aku air
    Kau bertanya: haruskah?
    – Aku minta: atau sebaiknya kau usir

    Siapa yang menangis di dermaga? Siapa menghangatkan
    laut dengan airmata? Siapa yang melambai di atas palka?

    Siapa yang menghentak kaki berlari ke surut samudera?
    Siapa mengarak riak jadi mahagelombang maharaksasa?

    Aku semakin tak sanggup. Dengar. Dendang itu semakin sayup:

    kenapa harus gelombang,
    gelombang,
    gelombang,
    gelombang,
    gelombang,
    gelombang,
    kenapa harus gelombang,
    gelombang,
    gelombang,
    gelombang,
    gelombang,
    gelombang,
    kenapa harus gelombang.

    Bibirku bersujud di bibirmu, lalu kita lafazkan zikir pasir.
    Bibirku bersujud di bibirmu, hampar mulut yang pesisir.
    Bibirku bersujud di bibirmu, pagut sebutir pungut sebutir.
    ***

    Puisi ini menceritakan Tsunami Aceh dan Konflik Aceh-RI. Semoga puisi ini dapat menghibur. Ayo kita jaga perdamaian Aceh. Ayo kita kawal MoU Helsinki dan UUPA. Aceh Beujaya, Aceh Beu Meucuhu lage Nyang ka ka.

    • 2 min.
    Tapi- disuarakan oleh nandagibral

    Tapi- disuarakan oleh nandagibral

    Tapi• Dibaca oleh nandagibral

    aku bawakan bunga padamu
    tapi kau bilang masih

    aku bawakan resahku padamu
    tapi kau bilang hanya

    aku bawakan darahku padamu
    tapi kau bilang cuma

    aku bawakan mimpiku padamu
    tapi kau bilang meski

    aku bawakan dukaku padamu
    tapi kau bilang tapi

    aku bawakan mayatku padamu
    tapi kau bilang hampir

    aku bawakan arwahku padamu
    tapi kau bilang kalau

    tanpa apa aku datang padamu
    wah!

    • 52 sec.

Top-podcasts in Religie en spiritualiteit

De Ongelooflijke Podcast
NPO Radio 1 / EO
KUKURU
Giel Beelen
Eerst dit
NPO Luister / EO
De Verwondering Podcast
NPO 2 / KRO-NCRV
Dit is de Bijbel
NPO Luister / EO
Adieu God
NPO 2 / EO