1 aflevering

Renungan ini untuk refleksi jiwa, pengingat kita, bahwa kehidupan yang kita jalani hari ini adalah persiapan menuju hidup yang sesungguhnya di kekekalan

Renungan Fernandez Derry

    • Religie en spiritualiteit

Renungan ini untuk refleksi jiwa, pengingat kita, bahwa kehidupan yang kita jalani hari ini adalah persiapan menuju hidup yang sesungguhnya di kekekalan

    Renungan Malam

    Renungan Malam

    Tidak ada kemuliaan yang diperoleh tanpa pengorbanan.
    Tidak ada hasil yang memuaskan tanpa usaha yang maksimal.

    Dalam kekristenan hukum ini berlaku sama: bahwa tidak ada jalan mudah untuk masuk ke dalam kehidupan kekal.

    Matius 7:13-14 Firman Tuhan berkata:
    Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya;
    karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."

    Semua orang berharap memperoleh barang yang berkualitas terbaik namun murah harganya.
    Hal ini terbawa dalam kehidupan kekristenan hari ini.
    Berharap mendapat tempat yang terbaik di kekekalan dan menerima kemuliaan bersama Tuhan Yesus, namun tidak bersedia membayar harganya. Alasannya? Bukankah anugerah Allah itu gratis, kita tinggal menerimanya saja.

    Ada pantun nasehat yang kita semua pasti pernah mendengarnya: "Berakit rakit ke hulu berenang-renang ke tepian bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.

    Tetapi kenyataannya hampir semua orang berharap, tanpa bersakit-sakit kita langsung dapat bersenang-senang.
    Manusia semakin tidak peduli dengan segala macam proses, yang terpenting sekarang adalah hasil dan hasil.

    Firman Tuhan jelas berkata bahwa : sempitlah jalan menuju kehidupan dan sebaliknya, lebarlah jalan menuju kebinasaan, artinya: kalau hendak memilih kehidupan mestilah sempit jalan yang harus engkau tempuh.

    Kita lebih memilih yang mudah, sehingga ada kalimat begini: Kalau ada yang gampang kenapa memilih yang susah?

    Yang mudah itu salah satu contohnya:  berkotbah tanpa perlu menghidupi, memberi pengajaran tanpa memberi contoh keteladanan, karena lebih mudah berkata-kata tanpa melakukan apa-apa.

    Dunia menawarkan kenyamanan hidup hampir tak terbatas, jalan yang lebar nyaris tak berbatas.
    Di jalan yang lebar ini kita bangga karena dipuji, dihormati, dan hargai.
    Nilai diri kita telah kita letakkan pada seberapa banyak harta kita, seberapa kuat kuasa dan pengaruh kita, seberapa ganteng dan cantik kita.

    Tuhan Yesus menawarkan sesuatu yang berbeda, jalan hidup yang ditaklukkan kepada kehendak Bapa di surga, inilah jalan yang sempit, di jalan ini bisa saja kita dilukai, direndahkan, dianggap tak bernilai sehingga pertanyaannya: relakah kita memberi diri untuk menapaki jalan ini jalan yang sukar, mungkin terjal, mungkin berlubang, mungkin harus merayap diantara bebatuan tajam, mungkin terkadang melewati gelap, sehingga sedikit saja orang yang mendapatkannya.
    Wajarlah Tuhan Yesus pernah berkata: Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?"

    Jalan sempit itu adalah kerelaan menderita demi melakukan kehendak Bapa, jalan sempit adalah memberi dirimu untuk kebahagiaan orang lain, jalan sesak adalah jalan yang membuat hidupmu yang dikorbankan.

    Rela membagi hidup dengan sesama,  menjadi roti yg terpecah dan anggur yg tercurah.
    Kalimat ini mudah diucapkan, semudah kita melupakannya. Yang sulit adalah melakukannya tanpa mengharapkan mendapatkan apa-apa.

    • 5 min.

Top-podcasts in Religie en spiritualiteit

De Ongelooflijke Podcast
NPO Radio 1 / EO
Eerst dit
NPO Luister / EO
KUKURU
Giel Beelen
Dit is de Bijbel
NPO Luister / EO
De Leerlingen
NPO Luister / EO
Christelijke Apologeet
Chris Verhagen