254 episodes

Podcast resmi GKI Coyudan Solo

GKI Coyudan GKI Coyudan

    • Religion & Spirituality

Podcast resmi GKI Coyudan Solo

    TEGURAN DAN PENYERTAAN TUHAN - Renungan Harian 14 Maret 2022

    TEGURAN DAN PENYERTAAN TUHAN - Renungan Harian 14 Maret 2022

    KELUARAN 33:1-6 



    Untuk yang kesekian kalinya bangsa Israel mengecewakan hari Tuhan dengan membuat Dan menyembah patung lembu emas. Melinat hal  itu Tuhan marah Dan menghukum mereka. Itulah kisah singkat yang bisa kita rangkum dari Keluaran pasal 32, sebuah kisah yang terjadi tepat sebelum teks yang kita baca hari ini Kel 33. Dalam kekecewaannya pada bangsa Israel yang baru saja IA bebaskan itu, Allah tetep Adalah Allah yg mengasihi mereka. Sungguh jika kita Mau merenungkannya, tidak habis pikir melinat betapa Allah yang kecewa tidak menggunakan hakNya untuk meluapkan amarahNya yg bertubi-tubi pada bangsa Israel. Justru IA malah menyuruh mereka melanjutkan perjalanan kembali menuju negri yang dijanjikan Tuhan kepada Abrahama. Hanya kali ini Tuhan mengutus malaikatNya, Dan bukan diriNya sendiri yang ikut dalam perhalanan bangsa Mesir karena kekerasan hati bangsa Israel Akan membuat Tuhan marah kepada mereka. Tuhan menahan diriNya sedemikian rupa Dan tetap memberikan janji serta jaminan pemeliharaanNya kepada bangsa Israel ditengah kekecewaan hatiNya. 

    Saat ini, apa yang terasa dalam hati kita masing-masing ketika membaca kisah ini? Adalah sungguh, sejatinya kita menyadari bahwa Tuhan juga kerap kali merasakan kekecewaan yang sama pada kita? Malu rasanya, karena meski IA begitu kecewa Dan marah, IA tetap memberikan janji penyertaanNya. 



    Doa pagi: 

    "Tak bisa kami mengerti betapa dalamNya kasihMu meski kami kerap kali mengecewakanMu.. " 



    Pokok doa syafaat: 

    1.  Persiapan kebaktian Minggu Pra Paska 3 

    2. Konflik peperangan Rusia- Ukraina

    3  proses percepatan vaksinasi

    • 4 min
    BERANI HIDUP BENAR - Renungan Pagi - 15 Juni 2021

    BERANI HIDUP BENAR - Renungan Pagi - 15 Juni 2021

    Yeremia 22 :1-9

    “Beginilah firman TUHAN: Lakukanlah keadilan dan kebenaran, lepaskanlah dari tangan pemerasnya orang yang dirampas haknya, janganlah engkau menindas dan janganlah engkau memperlakukan orang asing, yatim dan janda dengan keras, dan janganlah engkau menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini!”

    Hidup kita tidak bisa lepas dari suatu perjanjian atau suatu kesepakatan bersama,seperti halnya dalam pekerjaan, pernikahan, maupun dalam kehidupan iman seperti Baptis dan Sidi maupun pelantikan pejabat gerejawi, penatua dan pendeta mengungkapkan janjinya kepada Tuhan. Bacaan pagi ini dari Yeremia 22: 1-9 juga berisi tentang peringatan perjanjian yang hendak diingatkan kembali oleh Yeremia kepada raja Yehuda. Pada zaman nabi-nabi sistem pemerintahan umumnya bersifat teokrasi (kepemimpinan yang berpusat pada Allah). Pengangkatan pemimpin di suatu tempat dilaksanakan sejauh diperkenankan oleh Allah. Bila raja yang memerintah tidak setia, maka Allah akan menolaknya. Oleh karena itu Kejatuhan Yehuda adalah bentuk penghukuman Tuhan dan ini dinilai sebagai akibat dosa para pemimpin yang tidak setia dan meyembah ilah lain.

    Pada saat itu, keadilan dan kebenaran yang merupakan kehendak Tuhan telah diinjak-injak. Para penguasa melakukan pemerasan, merampas hak orang miskin, menindas orang asing, anak yatim, dan janda. Bahkan pengadilan menghukum dan membinasakan orang yang tidak bersalah. Para pemimpin juga hanya mengejar keuntungan dan melupakan tanggung jawab terhadap rakyat yang dipimpinnya. Semua ini jahat dalam pertimbangan Tuhan, karenanya Ia akan menyerahkan umat-Nya kepada para musuh mereka. Bangsa itu, khususnya para pemimpin mereka, akan hidup menderita dan terbuang dari Tanah Perjanjian. Hukuman yang tak dapat dihindari kecuali dengan pertobatan para pemimpin dan seluruh umat. 

    Kita bisa menarik kesimpulan bahwa jika seorang pemimpin telah menjadi pelaku ketidakadilan, hal itu adalah petunjuk yang kuat bahwa dia telah menduakan Allah. Dia tetap beribadah di gereja dan memuji Kristus, tetapi dia juga giat melayani kuasa, uang atau berhala yang lain. Seorang pemimpin yang takut akan Tuhan pasti akan taat melakukan perintah-perintah Tuhan, dan buahnya ialah ketulusan, kebenaran, keadilan, dan kesetaraan, penuh kasih. Tetapi jika buah yang timbul ialah ketidakadilan, bukan kebenaran, yang berkuasa bertindak sewenang-wenang, kita tahu bahwa itu bukanlah perintah Tuhan.

    Ada dua point dari penyampaian Yeremia. Yang pertama, selalu ada harapan bahwa untuk bertobat dan terhindar dari hukuman. Yang kedua, ialah peringatan yang diberikan Allah menunjukkan keadilan dan kemurahan Allah, yang mau memberi kesempatan kepada setiap umat. Bagi Yeremia, tidak mudah untuk menyampaikan ganjaran Tuhan bagi raja dan bangsanya. Tetapi, bagaimana pun juga ia harus mengatakannya. Tentu, bukan untuk memojokkan raja dan bangsanya melainkan supaya mereka bertobat. Situasi berat yang mereka alami diharapkan menjadi kesempatan introspeksi diri. Ia konsisten dengan tugasnya melayani Allah dan tidak pernah mau diajak berkompromi, terutama terhadap kejahatan. Akibatnya? ia kerap dimusuhi oleh penguasa dan bahkan teman-teman sepelayanan (para imam dan pemimpin agama) karena menyampaikan kebenaran. 

    Tuhan tidak menyukai kelaliman dan kesewanang-wenangan yang adalah buah dari pengingkaran akan janji dan tanggung jawab kita pada Tuhan untuk hidup dalam kebenaran-Nya. Sikap Yeremia yang selalu teguh pada firman dan kebenaran Allah,berani menyuarakan kebenaran firman Allah dan siap menghadapi semua resiko, perlu kita teladani. Kehendak Allah dan kebenaran-Nya adalah yang utama dan harus terus diperjuangkan.

    Doa:

    “Ya Tuhan, begitu banyak hal yang mampu menggoyahkan iman kami. Begitu banyak pilihan diperhadapkan antara mengikut Engkau atau memuaskan diri kami. Tolonglah & kuatkanlah kami menjalani hari dalam kehendak dan kebenaran-Mu. Amin” - Cynthia J.K.

    • 7 min
    KOTA YANG PENUH KEMULIAAN - Renungan Malam - 15 Juni 2021

    KOTA YANG PENUH KEMULIAAN - Renungan Malam - 15 Juni 2021

    Bacaan: Wahyu 21:22-22:5

    ”Dan kota itu tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya.”



    Kota Yerusalem dalam bacaan pagi tadi penuh dengan kejahatan, walaupun di dalamnya ada Bait Allah. Itu karena raja Yehuda tidak taat kepada Allah, bahkan saat ditegur melalui nabi Yeremia, mereka tetap menyombongkan diri dan melawan Allah, sehingga pada akhirnya kota itu dihancurkan oleh musuhnya dan penduduknya dibawa ke Babel.

     Dalam bacaan kita petang ini, kota Yerusalem telah berubah menjadi kota yang sangat kokoh dan kuat, namun di dalamnya tidak terlihat lagi bangunan Bait Suci, karena Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya. Bahkan kota ini tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya.

    Kota Yerusalem baru yang ditulis dalam Kitab Wahyu menggambarkan suasana kota yang penuh dengan kemuliaan. Bapa dan Anak Domba menjadi raja di kota itu dan semua bangsa menyembah mereka. Walaupun gerbang kota itu dibiarkan terbuka, namun tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta. Hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu yang bisa masuk. 

    Yerusalem Baru menjadi tempat bagi mereka yang percaya kepada Anak Domba Allah, yaitu Yesus Kristus. Yesus melalui kematian dan kebangkitan-Nya telah mengalahkan maut. Tidak ada lagi dinding yang memisahkan orang-orang percaya dengan Allah Bapa, karena darah Anak Domba telah tercurah sebagai kurban pendamaian antara manusia dengan Allah. Tirai Bait Suci telah koyak, menandakan Allah berkenan langsung menjumpai umat-Nya, dan Roh Kudus hadir dalam kehidupan orang percaya. 

    Oleh karena itu, berbahagialah orang yang percaya kepada Yesus Kristus, percaya kepada kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke sorga untuk mencarikan tempat bagi manusia yang percaya kepada-Nya. Sehingga semua orang percaya, yang namanya tercantum dalam Kitab Kehidupan, akan masuk dalam Kota Yerusalem Baru yang penuh kemuliaan.

    Saat ini masih banyak orang yang belum mengenal Kristus, maka bagi orang yang telah diselamatkan, masih ada waktu untuk bersaksi tentang kasih Kristus, tentang kota penuh kemuliaan yang disediakan bagi mereka yang percaya kepada Kristus. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Amin.



    POKOK DOA:

    Bersyukur untuk hari ini. Terus berdoa untuk bangsa Indonesia agar para pemimpinnya mendapat hikmat dari Tuhan sehingga memerintah negeri ini dengan takut akan Tuhan.



    Sujud Swastoko

    • 8 min
    BAHAYA KETIDAKADILAN - Renungan Pagi - 15 Juni 2021

    BAHAYA KETIDAKADILAN - Renungan Pagi - 15 Juni 2021

    Yeremia 21:11-14



    Dikisahkan ada seorang anak yang setelah dewasa begitu membenci orangtuanya. Rasa benci dalam hatinya telah menimbulkan dendam yang sangat membahayakan dirinya dan juga orangtuanya. Dia berani melawan orangtuanya, bahkan nyaris membunuh orang yang telah melahirkan dan membesarkannya.

    Kebencian dan dendam tersebut ternyata sudah dipendam dalam hatinya sejak kecil. Dia merasakan tidak diperlakukan adil oleh orangtuanya. Pada waktu kecil, dia selalu dipersalahkan dan dihukum, sedangkan saudara-saudaranya di mata orangtuanya selalu benar dan tidak pernah dihukum. Padahal dia sudah berusaha untuk menjadi anak yang baik.

    Ketidakadilan yang dirasakan sejak kecil inilah yang membuatnya tidak bisa memaafkan orangtuanya. Hal ini berbahaya bagi dirinya sendiri, karena dia tidak bisa mengampuni diri sendiri maupun orangtuanya, sehingga akan hidup dalam tekanan. Hal ini juga berbahaya bagi orangtuanya yang tidak menyadari bahwa mereka telah berlaku tidak adil terhadap anak-anaknya. 

    Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan rekonsiliasi atau pertemuan orangtua dan anak dan secara terbuka mengakui kesalahannya dan bisa saling mengampuni. Dengan demikian hidup mereka dipulihkan dan bisa saling mengasihi dan tunduk kepada Allah.

    Dalam bacaan hari ini kita juga disuguhi dengan ketidakadilan. Nabi Yeremia menegur keluarga raja Yehuda yang berlaku tidak adil dalam memerintah di Yehuda. Raja Yehuda lebih memihak kepada pemeras daripada kepada rakyat yang diperas. Mereka lebih mengandalkan kekuatannya dan tidak mengindahkan perintah Tuhan. Mereka merasa dirinya kuat sehingga tidak mau mendengarkan Allah.

    Akibatnya, melalui nabi Yeremia, Allah menegur mereka dan menyatakan melawan raja Yehuda. Kesombongan raja Yehuda, karena yang memiliki kota Yerusalem yang berada di atas lembah dengan benteng yang kuat, akan dipermalukan oleh Allah. Mereka akan hancur dan dibawa ke pembuangan karena melawan Allah.

    Allah tidak menyukai ketidakadilan. Oleh karena itulah Allah sangat murka saat raja Yehuda berlaku tidak adil dalam membuat keputusan. Hal ini juga menyadarkan kita agar mempertimbangkan setiap keputusan yang kita ambil, agar sesuai dengan rencana Tuhan. Kita perlu lebih dekat kepada Tuhan, meminta hikmat-Nya sehingga bisa berlaku adil.

    Banyaknya anak-anak yang menjadi korban ketidakadilan di sekitar kita, menyadarkan kita untuk terus mengasihi anak-anak dengan ketulusan hati. Mereka adalah titipan Tuhan, anugerah dari Tuhan yang harus kita didik dengan kebenaran dan keadilan sehingga saat dewasa, mereka bisa hidup memuliakan Tuhan.

    Pada Bulan Anak di GKI Coyudan saat ini, marilah kita menunjukkan kasih dan keadilan dalam setiap sikap hidup kita, sehingga bisa memberikan teladan yang baik, terutama kepada anak-anak kita. Ketidakadilan terbukti telah menimbulkan akar kepahitan dan dendam yang sangat membahayakan kehidupan kita di hadapan Allah.

    Oleh karena itu, hilangkan ketidakadilan dan mari berlaku benar di hadapan Allah dan sesama. Mari kita membawa anak-anak untuk lebih dekat dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita. Kiranya Tuhan memberkati. Amin. 



    POKOK DOA:

    Pandemi Covid-19 terus berkembang dengan munculnya varian-varian baru, kiranya Tuhan menolong kita semua agar tetap hidup sehat, menjaga protokol kesehatan dengan baik. Kiranya Tuhan menolong dan memberikan kekuatan bagi paramedis dan pemerintah dalam menangani persoalan ini.



    Sujud Swastoko

    • 11 min
    TUHAN MENGHALAU ORANG YANG SOMBONG - Renungan Malam - 14 Juni 2021

    TUHAN MENGHALAU ORANG YANG SOMBONG - Renungan Malam - 14 Juni 2021

    Yehezkiel 31:10-11



    Bagi orang percaya, Tuhan harus menjadi fondasi dalam seluruh area kehidupan kita, baik dalam membangun rumah tangga, maupun karier dan pelayanan. Tanpa Tuhan segalanya akan berakhir dengan sia-sia

    Kerendahan hati sesungguhnya adalah sifat bijak dalam diri seseorang yang membuat ia dapat bersyukur kepada Tuhan, serta dapat memposisikan dirinya sama dengan orang lain, tidak merasa lebih pintar, tidak merasa lebih baik, tidak merasa lebih hebat, dan dapat menghargai orang lain dengan tulus. Inilah sifat yang harus kita pelajari dan kita miliki agar kita bisa hidup dalam rencana Tuhan. 

    Dalam bacaan ini, bangsa Mesir digambarkan sebagai sebatang pohon yang tinggi dan puncaknya menjulang sampai ke langit. Namun karena kesombongannya dihadapan Allah, Ia merasa lebih pandai dan lebih kuat dari bangsa manapun, bahkan menandingi kuasa Tuhan. Maka di dalam kesombongannya itu, Allah menghalau bangsa Mesir dan menyerahkan dia ke dalam tangan bangsa-bangsa lain, supaya ia memperlakukannya selaras dengan kejahatannya. 

    Bapak Ibu yang saya kasihi, mari kita belajar dari firman Tuhan. Sehingga apapun yang kita peroleh hari ini dari hasil kerja kita, dari hasil usaha kita, atau dari hasil pelayanan kita, Biarlah kita selalu bersyukur kepada Tuhan. Biarlah kita selalu menyadari bahwa semua yang kita peroleh hari ini merupakan anugerah Tuhan bagi kita. Dan semuanya itu hanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati kita semua.. amin



    -Johanis Melsasail-

    • 5 min
    TANDA SEBAGAI MILIK ALLAH - Renungan Pagi - 14 Juni 2021

    TANDA SEBAGAI MILIK ALLAH - Renungan Pagi - 14 Juni 2021

    Bacaan: Galatia 6:11-18



    Diakui atau tidak, namun faktanya ditengah kehidupan  gereja masih banyak pemahaman -pemahaman yang kadang membuat keragu-raguan bagi jemaat. Ada pihak yang mengatakan bahwa sebagai orang Kristen kita harus menolak segala tata cara yang tidak Kristiani seperti Sunat dan Puasa karena itu adalah kebiasaan Yahudi. Tetapi di pihak lain, ada juga yang justru menekankan hal sebaliknya bahwa Sunat dan Puasa harus dilakukan pada setiap orang Kristen karena Yesus juga melakukannya.

    Keadaan seperti ini, dialami juga oleg jemaat di Galatia pada masa lalu. Ada sekelompok orang yang membuat pertentangan dalam jemaat mengenai kebiasaan-kebiasaan tersebut (ayat 12-13). Rasul Paulus, seorang Yahudi adalah orang yang memelihara tradisi itu dengan baik; bedanya adalah, Rasul Paulus tidak melihat hal-hal itu sebagai hal utama. Karena bagi Paulus, yang utama adalah karya keselamatan Allah bagi umat manusia melalui jalan salib, (ayat 14). Lalu bagaimana kita sebagai ciptaan baru menerima dan mengimaninya? Galatia 6:15 berkata  "Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya." Bagi Paulus yang penting bukan tanda melainkan iman sejati yang ada di baliknya. 

    Terkadang gereja sibuk berdebat membicarakan soal simbol. Yaitu berapa ukuran salib yang akan dipasang di atas Menara Gedung Gereja, soal pemberlakuan sunat, Puasa, penggunaan anggur asli yang diimport dari Kana-Israel untuk Perjamuan Kudus. Memang diakui bahwa eksistensi iman Kristen perlu diketahui melalui berbagai tanda-tanda yang ada, tetapi yang lebih perlu dan yang merupakan esensi hidup kristen adalah cara kehidupan yang diperbarui dan memperbarui sesamanya. Bukan persoalan berapa tanda yang kita miliki sebagai orang Kristen, melainkan bagaimana kita menyatakan hidup kita sebagai orang Kristen melalui pikiran, perkataan dan tindakan kita yang meneladani Kristus. Karena Iman sejati akan mewujud dalam kesaksian hidup yang memberkati orang lain, bukan menampilkan simbol. Kiranya hidup kita berkenaan kepada Tuhan di sepanjang kehidupan kita hari ini. Tuhan Yesus menyertai kita. Amin..



    Pokok Doa: 

    1. Untuk pelayanan gereja.

    2. Untuk kehidupan jemaat GKI Coyudan.

    3. Untuk Bangsa dan Negara.



    Johanis Melsasail

    • 8 min

Top Podcasts In Religion & Spirituality

CCF Sermon Audio
Christ's Commission Fellowship
Joel Osteen Podcast
Joel Osteen, SiriusXM
Elevation with Steven Furtick
iHeartPodcasts
The Bible in a Year (with Fr. Mike Schmitz)
Ascension
BibleProject
BibleProject Podcast
The Bo Sanchez Podcast
The Abundance Network