26 min

Jeda Ngopi (19) Dr. Joe UUD, Ujung-Ujungnya Delusi Jeda Ngopi

    • Personliga dagböcker

Dalam buku becoming supernatural, Dr. Joe menganjurkan agar kita tidak terjebak di mode kesadaran “bertahan hidup”. Saya berusaha menerjemahkan maksudnya, idealnya dalam menjalani hidup ini, kita sebaiknya menjadi pribadi atau karakter yang natural sekali, begitu alami, kalau bisa super otentik.(makanya disebut supernatural bukan supranatural loh)

Sebuah problem bagi saya yang masih butuh uang, terjebak kerja menjadi jongos atau budak kapitalis. Terikat jam kerja dan aturan toko karena harus berkomitmen ikut bos di tempat kerja semisal. Mengorbankan sebagian besar waktu saya untuk melayani kastamer, terjebak di mode vibrasi kesadaran rendah “bertahan hidup”. Jadi awalnya agak sulit tetap terhubung dengan semesta⁵. Tapi dalam buku ini Dr. Joe menuturkan sebuah bab tentang meditasi berjalan.

Bagi saya itu wow banget, karena sesibuk apapun kita. Frekuensi kesadaran kita, ternyata masih bisa kok tetap sinkron dan terpadu dengan semesta⁵. Mengenai istilah semesta⁵ adalah penyebutan saya pribadi. Untuk mengganti istilah “dimensi quantum” atau “medan terpadu” yang sering ditulis di buku ini, agar lebih singkat, padat dan praktis saja. Maksud Dr. Joe, saya kira-selain kita hidup di dimensi ruang yang tiga dimensi ini dan dimensi waktu yang digambarkan sebagai dimensi ke empat. Kita juga sebenarnya hidup di dimensi ke lima yakni dimensi quantum tersebut(medan terpadu atau istilah saya semesta⁵). Dimana kesadaran itu selalu coba ia edukasikan ke publik. Salah satunya dengan menulis buku becoming supernatural ini.

Tentu berbeda dengan kondisi bagi teman-teman yang bisa membuka usaha sendiri, berwiraswasta. Menjadi bos bagi usaha sendiri malah. Kesempatan untuk menjadi “supernatural”, “super-alami”, “super-otentik” alias menjadi diri sendiri lebih lebar dan luas mungkin. Karena bisa jadi bisnis teman-teman sesuai passion alias panggilan jiwa yang sewajarnya-semestinya tiap manusia menyimpan potensi uniknya sendiri. Saya jadi menyadari betapa sangat spesial tiap orang itu sebenarnya, visi misi dan perannya dihadirkan hidup ke dunia oleh Sang Pencipta.

Di podcast sebelum ini saya menyarankan mindset bahwa semesta⁵ adalah bagian kecil dari semesta yang lebih luas. Bisa jadi ada semesta⁶, semesta⁷, semesta⁸, semesta⁹ dst. Bukankah begitu banyak bintang-bintang di langit? Selalu sadari masih ada langit di atas langit. Entah ada berapa semesta di jagad raya ini. Jadi sepertinya mindset yang saya tawarkan agak berseberangan juga sebenarnya dengan Dr. Joe. Karena ujung-ujungnya dari bukunya ternyata menyisipkan pesan relijius dan spritualitas juga. Agar kesadaran kita tetap selalu terhubung dengan sang ilahi dalam segala macam kondisi.

Omaigosh, gak bahaya tah? Batin saya. Namun sekali lagi, syukurlah saya kan pengidap skizo, jadi ada pengalaman trauma tersendiri, masih fobia jika “merasa hati, diri dan jiwa sangat dekat dengan ilahi”. Ada mental yang menyimpang yang kadang silap disadari manusia, yakni salah satunya kesombongan(baik itu ujub ataupun riya’). Bahkan dalam fakta sejarah masa lalu, bukankah raja Fir’aun dan Namrud sampai menuhankan diri sendiri? Sekali lagi bahkan manusia sekelas nabi, seperti nabi Ibrahim (yang bisa berkomunikasi langsung dengan ilahi) bliyo saja bisa loh salah paham dengan maksud dan keinginan Tuhannya. Duh apalagi kita yang cuma manusia biasa.

Saya fix, tetap sarankan yang terbaik bagi anda. Selalu sadari kita ini cuma sebagai setitik debu di jagad raya ini tetaplah berendah diri dan berendah hati, jangan kemaruk merasa dekat dengan ilahi, cukupkan nabi-nabi dan wali-wali saja sebagai perantara. Malah seharusnya lebih bersyukur masih ada peran mereka sebagai filternya, ibaratnya seperti kacamata anti ultraviolet, toh mata kita tetap terlindung saat menatap matahari.

Mau lebih tidak terganggu jiwa dan mental, maka saran saya tetaplah selalu menjaga mindset “mengecilkan diri”. Lebih kecil, semakin kecil lagi, malah lebih sehat lagi. B

Dalam buku becoming supernatural, Dr. Joe menganjurkan agar kita tidak terjebak di mode kesadaran “bertahan hidup”. Saya berusaha menerjemahkan maksudnya, idealnya dalam menjalani hidup ini, kita sebaiknya menjadi pribadi atau karakter yang natural sekali, begitu alami, kalau bisa super otentik.(makanya disebut supernatural bukan supranatural loh)

Sebuah problem bagi saya yang masih butuh uang, terjebak kerja menjadi jongos atau budak kapitalis. Terikat jam kerja dan aturan toko karena harus berkomitmen ikut bos di tempat kerja semisal. Mengorbankan sebagian besar waktu saya untuk melayani kastamer, terjebak di mode vibrasi kesadaran rendah “bertahan hidup”. Jadi awalnya agak sulit tetap terhubung dengan semesta⁵. Tapi dalam buku ini Dr. Joe menuturkan sebuah bab tentang meditasi berjalan.

Bagi saya itu wow banget, karena sesibuk apapun kita. Frekuensi kesadaran kita, ternyata masih bisa kok tetap sinkron dan terpadu dengan semesta⁵. Mengenai istilah semesta⁵ adalah penyebutan saya pribadi. Untuk mengganti istilah “dimensi quantum” atau “medan terpadu” yang sering ditulis di buku ini, agar lebih singkat, padat dan praktis saja. Maksud Dr. Joe, saya kira-selain kita hidup di dimensi ruang yang tiga dimensi ini dan dimensi waktu yang digambarkan sebagai dimensi ke empat. Kita juga sebenarnya hidup di dimensi ke lima yakni dimensi quantum tersebut(medan terpadu atau istilah saya semesta⁵). Dimana kesadaran itu selalu coba ia edukasikan ke publik. Salah satunya dengan menulis buku becoming supernatural ini.

Tentu berbeda dengan kondisi bagi teman-teman yang bisa membuka usaha sendiri, berwiraswasta. Menjadi bos bagi usaha sendiri malah. Kesempatan untuk menjadi “supernatural”, “super-alami”, “super-otentik” alias menjadi diri sendiri lebih lebar dan luas mungkin. Karena bisa jadi bisnis teman-teman sesuai passion alias panggilan jiwa yang sewajarnya-semestinya tiap manusia menyimpan potensi uniknya sendiri. Saya jadi menyadari betapa sangat spesial tiap orang itu sebenarnya, visi misi dan perannya dihadirkan hidup ke dunia oleh Sang Pencipta.

Di podcast sebelum ini saya menyarankan mindset bahwa semesta⁵ adalah bagian kecil dari semesta yang lebih luas. Bisa jadi ada semesta⁶, semesta⁷, semesta⁸, semesta⁹ dst. Bukankah begitu banyak bintang-bintang di langit? Selalu sadari masih ada langit di atas langit. Entah ada berapa semesta di jagad raya ini. Jadi sepertinya mindset yang saya tawarkan agak berseberangan juga sebenarnya dengan Dr. Joe. Karena ujung-ujungnya dari bukunya ternyata menyisipkan pesan relijius dan spritualitas juga. Agar kesadaran kita tetap selalu terhubung dengan sang ilahi dalam segala macam kondisi.

Omaigosh, gak bahaya tah? Batin saya. Namun sekali lagi, syukurlah saya kan pengidap skizo, jadi ada pengalaman trauma tersendiri, masih fobia jika “merasa hati, diri dan jiwa sangat dekat dengan ilahi”. Ada mental yang menyimpang yang kadang silap disadari manusia, yakni salah satunya kesombongan(baik itu ujub ataupun riya’). Bahkan dalam fakta sejarah masa lalu, bukankah raja Fir’aun dan Namrud sampai menuhankan diri sendiri? Sekali lagi bahkan manusia sekelas nabi, seperti nabi Ibrahim (yang bisa berkomunikasi langsung dengan ilahi) bliyo saja bisa loh salah paham dengan maksud dan keinginan Tuhannya. Duh apalagi kita yang cuma manusia biasa.

Saya fix, tetap sarankan yang terbaik bagi anda. Selalu sadari kita ini cuma sebagai setitik debu di jagad raya ini tetaplah berendah diri dan berendah hati, jangan kemaruk merasa dekat dengan ilahi, cukupkan nabi-nabi dan wali-wali saja sebagai perantara. Malah seharusnya lebih bersyukur masih ada peran mereka sebagai filternya, ibaratnya seperti kacamata anti ultraviolet, toh mata kita tetap terlindung saat menatap matahari.

Mau lebih tidak terganggu jiwa dan mental, maka saran saya tetaplah selalu menjaga mindset “mengecilkan diri”. Lebih kecil, semakin kecil lagi, malah lebih sehat lagi. B

26 min