14 avsnitt

Membuka jendela literasi, merayakan kemerdekaan, mematangkan demokrasi! (jedangopini.wordpress.com)

Jeda Ngopi Dwi Oktrisna

    • Samhälle och kultur

Membuka jendela literasi, merayakan kemerdekaan, mematangkan demokrasi! (jedangopini.wordpress.com)

    Jeda Ngopi (19) Dr. Joe UUD, Ujung-Ujungnya Delusi

    Jeda Ngopi (19) Dr. Joe UUD, Ujung-Ujungnya Delusi

    Dalam buku becoming supernatural, Dr. Joe menganjurkan agar kita tidak terjebak di mode kesadaran “bertahan hidup”. Saya berusaha menerjemahkan maksudnya, idealnya dalam menjalani hidup ini, kita sebaiknya menjadi pribadi atau karakter yang natural sekali, begitu alami, kalau bisa super otentik.(makanya disebut supernatural bukan supranatural loh)

    Sebuah problem bagi saya yang masih butuh uang, terjebak kerja menjadi jongos atau budak kapitalis. Terikat jam kerja dan aturan toko karena harus berkomitmen ikut bos di tempat kerja semisal. Mengorbankan sebagian besar waktu saya untuk melayani kastamer, terjebak di mode vibrasi kesadaran rendah “bertahan hidup”. Jadi awalnya agak sulit tetap terhubung dengan semesta⁵. Tapi dalam buku ini Dr. Joe menuturkan sebuah bab tentang meditasi berjalan.

    Bagi saya itu wow banget, karena sesibuk apapun kita. Frekuensi kesadaran kita, ternyata masih bisa kok tetap sinkron dan terpadu dengan semesta⁵. Mengenai istilah semesta⁵ adalah penyebutan saya pribadi. Untuk mengganti istilah “dimensi quantum” atau “medan terpadu” yang sering ditulis di buku ini, agar lebih singkat, padat dan praktis saja. Maksud Dr. Joe, saya kira-selain kita hidup di dimensi ruang yang tiga dimensi ini dan dimensi waktu yang digambarkan sebagai dimensi ke empat. Kita juga sebenarnya hidup di dimensi ke lima yakni dimensi quantum tersebut(medan terpadu atau istilah saya semesta⁵). Dimana kesadaran itu selalu coba ia edukasikan ke publik. Salah satunya dengan menulis buku becoming supernatural ini.

    Tentu berbeda dengan kondisi bagi teman-teman yang bisa membuka usaha sendiri, berwiraswasta. Menjadi bos bagi usaha sendiri malah. Kesempatan untuk menjadi “supernatural”, “super-alami”, “super-otentik” alias menjadi diri sendiri lebih lebar dan luas mungkin. Karena bisa jadi bisnis teman-teman sesuai passion alias panggilan jiwa yang sewajarnya-semestinya tiap manusia menyimpan potensi uniknya sendiri. Saya jadi menyadari betapa sangat spesial tiap orang itu sebenarnya, visi misi dan perannya dihadirkan hidup ke dunia oleh Sang Pencipta.

    Di podcast sebelum ini saya menyarankan mindset bahwa semesta⁵ adalah bagian kecil dari semesta yang lebih luas. Bisa jadi ada semesta⁶, semesta⁷, semesta⁸, semesta⁹ dst. Bukankah begitu banyak bintang-bintang di langit? Selalu sadari masih ada langit di atas langit. Entah ada berapa semesta di jagad raya ini. Jadi sepertinya mindset yang saya tawarkan agak berseberangan juga sebenarnya dengan Dr. Joe. Karena ujung-ujungnya dari bukunya ternyata menyisipkan pesan relijius dan spritualitas juga. Agar kesadaran kita tetap selalu terhubung dengan sang ilahi dalam segala macam kondisi.

    Omaigosh, gak bahaya tah? Batin saya. Namun sekali lagi, syukurlah saya kan pengidap skizo, jadi ada pengalaman trauma tersendiri, masih fobia jika “merasa hati, diri dan jiwa sangat dekat dengan ilahi”. Ada mental yang menyimpang yang kadang silap disadari manusia, yakni salah satunya kesombongan(baik itu ujub ataupun riya’). Bahkan dalam fakta sejarah masa lalu, bukankah raja Fir’aun dan Namrud sampai menuhankan diri sendiri? Sekali lagi bahkan manusia sekelas nabi, seperti nabi Ibrahim (yang bisa berkomunikasi langsung dengan ilahi) bliyo saja bisa loh salah paham dengan maksud dan keinginan Tuhannya. Duh apalagi kita yang cuma manusia biasa.

    Saya fix, tetap sarankan yang terbaik bagi anda. Selalu sadari kita ini cuma sebagai setitik debu di jagad raya ini tetaplah berendah diri dan berendah hati, jangan kemaruk merasa dekat dengan ilahi, cukupkan nabi-nabi dan wali-wali saja sebagai perantara. Malah seharusnya lebih bersyukur masih ada peran mereka sebagai filternya, ibaratnya seperti kacamata anti ultraviolet, toh mata kita tetap terlindung saat menatap matahari.

    Mau lebih tidak terganggu jiwa dan mental, maka saran saya tetaplah selalu menjaga mindset “mengecilkan diri”. Lebih kecil, semakin kecil lagi, malah lebih sehat lagi. B

    • 26 min
    Jeda Ngopi (18) Selalu Terhubung Dengan Dimensi Quantum

    Jeda Ngopi (18) Selalu Terhubung Dengan Dimensi Quantum

    Medan quantum itu ruang tidak bertepi dan ruang tak berwaktu. Saya sebagai pengidap skizo, buku ini lumayan sehat bagi saya pribadi. Karena kesannya sekuler, tidak terlalu agamis, mengingat saya pernah alami delusi agama. Latihan meditasi transendental selama 20 menit menggunakan mantra. Mantra yang terserah, bisa dibuat sendiri menurut apa yang teman-teman inginkan. Mantra yang tidak harus suci. Saya sebelum menggunakan sholawat jibril sebagai mantra, saya gunakan mantra kata-kata yang sangat pendek seperti hei, hai, atau haish. Menyadari napas dan mulai menikmati napas tersebut. Duduk senyaman dan serileks mungkin. Menyadari ke 7 cakra, menyadari setiap cakra memiliki pikiran atau kecerdasan tersendiri. Visualisasi awal membersihkan ke 7 cakra ini dan membukanya seperti bunga yang bermekaran. Kalau pikiran liar, langsung kembali fokus ke mantra yang teman-teman pilih-ciptakan sendiri. Biasanya saya bermeditasi sambil mendengar musik yang durasinya 20 menit. Jadi bisa berhenti bermeditasi jika musik telah habis.



    Untuk visualisasi seperti apa medan quantum, saya biasa membayangkan medan quantum itu berwarna hitam pekat seperti warna langit saat malam hari. Medan quantum saya lebih suka menyebutnya semesta. Semesta bukan Tuhan, namun salah satu makhluk Tuhan, saya ibaratkan seperti malaikat yang bahkan bisa memeluk saya. Wow, saya dipeluk oleh ketakterbatasan. Dada terasa sangat lega dan luas. Mindset masih ada langit di atas langit. Meski semesta tak terbatas, masih ada entitas lain yang bahkan bisa jadi lebih tak terbatas lagi. Entah berapa lapis langit hingga menuju dimensi Tuhan. Sebagai penyintas skizo saya berhenti menuju ke sana. Sadar tidak tahu ada berapa lapis langit di jagad raya ini. Ada berapa lapis ketakterbatasan dan misteri yang memeluk kita. Maka rasanya cukup saja saya merendahkan hati dan merendahkan diri, saya cuma setitik debu di kaki Rumi. Sebagaimana Rumi berharap menjadi setitik debu di kaki Rasulullah, salah satu kekasih Allah. Kekasih Allah yang saya kira, nabi-nabi saja yang bisa mengakses dimensi ilahi yang sejati. Saya hanya manusia biasa, bukan manusia suci. Perlu merawat kerendah hatian dan kerendah dirian di hadapan para nabi, demi kesehatan mental saya sendiri.

    https://youtu.be/LOwuFw1sQmU?feature=shared

    ---

    Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/jedangopi/message

    • 30 min
    Jeda Ngopi (17) Membedah buku Dr. Joe Dispenza "Becoming Supernatural"

    Jeda Ngopi (17) Membedah buku Dr. Joe Dispenza "Becoming Supernatural"

    Buku ini membuka kesadaran, bahwa kita hidup harus selalu melatih mindset. Saya biasa melatihnya dengan bermeditasi transendental selama 20 menit. Kadang bisa sampai 3 sampai 5 kali per hari. Tiap cakra dalam tubuh, saya baru tahu jika tiap cakra itu memilki kecerdasan sendiri. Tidak hanya otak yang berada di kepala saja yang ternyata memiliki kecerdasan. Sejalan dengan riset fisika modern, sadar adanya dimensi Quantum juga di alam semesta ini. Mirip konsep Law Of Attraction juga sih sebenarnya, bedanya di buku ini coba edukasi bahwa selain hidup kita disetir oleh pikiran. Namun juga membuka kesadaran akan adanya realitas lain di jagad raya kita ini, yaitu dimensi Quantum yang bisa kita akses juga(sekali lagi dengan meditasi, saran saya meditasi transendental saja). Dibalik 4 dimensi, yakni ruang dan waktu. Ada juga dimensi kelima saya menyebutnya. Yakni dimensi Quantum yang sedang diteliti oleh para ilmuwan, salah satunya Dr Joe Dispenza. Di dimensi Quantum atau medan terpadu, istilahnya dalam buku ini. Waktu itu jadi timeless banget, jadi tidak ada perbedaan masa lalu, sekarang dan masa depan.

    Akses di youtube ; https://www.youtube.com/watch?v=achI46SHY3o

    ---

    Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/jedangopi/message

    • 14 min
    Jeda Ngopi (16) Mata Pelajaran Baru "Cinta Agape"

    Jeda Ngopi (16) Mata Pelajaran Baru "Cinta Agape"

    Perlunya edukasi cinta agape bagi anak-anak muda. Untuk membendung kecanduan menonton porno dan seks bebas di generasi muda ke depannya.

    ---

    Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/jedangopi/message

    • 58 min
    Jeda Ngopi (15) Jangan Panik! Tetap Santuy..

    Jeda Ngopi (15) Jangan Panik! Tetap Santuy..

    Corona virus belum ada obatnya, saya ngobrol dengan teman untuk menahan teror yang menyebar di media-media tanah air. Iseng dalam sebuah pertanyaan, jikalau belum ada obatnya kan sudah ada fakta yang dipulangkan karena sembuh. Sebab akibat daya imunitas tubuh mereka yang tinggi dan hidup sehat dengan baik dan disiplin tinggi. Mengapa masih banyak yang takut dan berlebihan menanggapi wabah virus ini? Dibutuhkan ketenangan dan tidak panik dengan ketakutan berlebihan, karena efeknya yang bisa berpengaruh ke iklim ekonomi nasional. Rupiah lagi-lagi melemah, bila kita terlalu paranoid menghadapinya.

    ---

    Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/jedangopi/message

    • 19 min
    Jeda Ngopi (14) Definisi Psikopat?!

    Jeda Ngopi (14) Definisi Psikopat?!

    Psikopat tidak selalu berwajah seram, bisa jadi seorang berwajah ganteng, sultan, publik figur, pejabat, agamawan, akademisi, dsb. Setiap lelaki berpretensi menjadi psikopat. Sorry realitanya begitu, akar psikopat adalah budaya patriarki yang terlalu mendominasi. Massif dan menular merusak peradaban ibu pertiwi.

    ---

    Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/jedangopi/message

    • 1 tim. 9 min

Mest populära poddar inom Samhälle och kultur

P3 Dokumentär
Sveriges Radio
30s in the City med Hanna och Stella
Podplay | Hanna & Stella
Spöktimmen
Ek & Borg Productions
Gynning & Berg
Perfect Day Media
Flashback Forever
Flashback Forever
Morgonpasset i P3
Sveriges Radio