Khazanah Ta'lim Lajnah Connect
-
- Religion och spiritualitet
Peningkatan kerohanian, intelektual (kecerdasan), dan moral, serta kemajuan Islam di masa yang akan datang
bergantung pada peran yang dilakukan oleh kaum perempuan. Ruang ini diharapkan menjadi tempat untuk para perempuan meningkatkan khazanah/pengetahuannya tentang Islam.
-
Mengenali Dosa Itu Sulit - Khazanah Ta'lim 11 & 14 Desember 2023
*MENGENALI DOSA ITU SULIT*
“Ada *tiga macam nafs (jiwa): Nafs ammaarah, nafs lawwaamah, nafs muthmainnah.*
Keadaan yang pertama *(nafs ammarah) adalah shummum-bukmun (tuli dan bisu). Sedikit pun dia tidak tahu dan tidak merasakan ke arah mana dia sedang menuju.* Kemana saja amarah (dorongan) itu membawanya, ke sanalah dia pergi.
Setelah itu, *ketika ada karunia Allah Ta’ala, maka tampilah kondisi lawwaamah dalam bentuk makrifat tahap awal. Dan [manusia] mulai dapat membedakan antara dosa dan kebaikan. *Dia membenci dosa, namun tidak memiliki daya dan kekuatan untuk melakukan [kebaikan].* Terus menerus terjadi semacam pertempuran antara kebaikan dengan setan. Sampai-sampai, terkadang dia menang, dan terkadang dia kalah.
Akan tetapi *perlahan-lahan akan muncul kondisi yang bercorak muthmainnah (tentram)*. *Maka disitu [manusia] tidak hanya sekedar membenci dosa-dosa, melainkan dia berhasil meraih kemenangan dalam peperangan melawan dosa tersebut.* Dan manusia terlepas dari dosa-dosa, serta yang memancar tanpa kendali dari dalam dirinya hanyalah kebaikan-kebaikan.
*Untuk mencapai derajat ketentraman (nafs Muthmainnah) adalah mutlak untuk terlebih dahulu menciptakan kondisi lawwaamah dan mengenali dosa. Mengenali dosa pada hakikatnya adalah suatu pekerjaan yang sangat besar (sulit).* Barangsiapa yang tidak mengenalinya maka pada diri para nabi pun tidak ada obat untuknya.
*Pintu kebaikan yang pertama akan terbuka dari situ, yakni pertama-tama memahami kehidupan kotor yang dimiliki sendiri. Kemudian meninggalkan kelompok (tempat) yang kotor serta persahabatan-persahabatan yang buruk, lalu menghargai kelompok (tempat) yang baik.* Dia hendaknya bersikap seperti ini, yakni apabila dikatakan kepadanya agar berobat ke tabib (dokter) tertentu, maka dia harus menetap di tempat tabib itu. Dan apa pun yang dianjurkan oleh tabib tersebut harus siap dia amalkan.
Lihatlah, apabila orang sakit datang kepada tabib, dia bukannya berdebat dengan sang tabib, melainkan wajib baginya untuk menceritakan perihal sakit yang dia alami. Dan apa pun yang diperintahkan sang tabib akan dia amalkan. Dari itu dia akan memperoleh manfaat (faedah). Apabila dia mulai mengkritik (mencela) pengobatan itu maka bagaimana mungkin akan timbul manfaat?”
(Malfuzat, jilid V, halaman 94-95).
🌸 Khazanah Ta'lim, 11 & 14 Desember 2023 🌸 -
#10 INTI AJARAN ISLAM (BAB IV) : Mukjizat Al-Qur'an (hal. 385-393)
Beberapa dari mukjizat dan nubuatan Kitab Suci Al-
Quran bersifat sedemikian rupa sehingga hal-hal itu tetap
menjadi suatu hal yang mengagumkan manusia sekarang
ini dan suatu hal yang tidak bisa disangkal. Mukjizat tanda
penghukuman yang diperlihatkan kepada golongan kafir
pada masa itu, pada saat ini pun bisa kita saksikan karena hal
itu merupakan konsekwensi sewajarnya dari suatu premis
(dasar fikiran) yang pasti dan tidak bisa dibantah siapa pun.
Premis yang pertama adalah bahwa tanda-tanda tersebut
dituntut oleh golongan kafir ketika Yang Mulia Rasulullahs.a.w.
beserta sahabat-sahabat beliau sedang dianiaya golongan
kafir dengan berbagai macam cara di Mekah. Saat itu Islam
berada dalam keadaan sangat lemah sehingga golongan kafir
di Mekah mengolok-olokkan umat Muslim dan mengatakan:
‘Jika kalian memang benar, lalu mengapa kalian menderita
demikian rupa di tangan kami dan Tuhan yang kalian sembah
nyatanya tidak menolong kalian, serta mengapa jumlah kalian
demikian sedikit sehingga mudah dihancurkan? Kalau kalian
memang benar, lalu mengapa kami tidak dihukum?’ Apa yang
disampaikan kepada orang-orang kafir itu sebagai jawaban
ada terdapat di berbagai tempat dalam Al-Quran dan hal itu
menjadi premis kedua sebagai pengakuan dari keagungan
nubuatan ini. -
#9 INTI AJARAN ISLAM (BAB IV) : Keselarasan Al-Qur'an dengan Fitrat Manusia (Hal. 382-385)
Dari semua Kitab yang diwahyukan yang ada sekarang,
hanya Al-Quran saja yang sejalan dengan fitrat manusia.
Akidahnya demikian sempurna dan pasti sehingga bukti-
bukti nyata yang ada menjadi saksi akan kebenarannya.
Perintah-perintah yang terkandung di dalamnya didasarkan
atas kebenaran. Ajaran yang dikemukakannya bebas
sama sekali dari segala bentuk politheisme, bid’ah dan
penyembahan mahluk lainnya. Kitab ini menggiring manusia
ke arah manifestasi Ketauhidan dan Keagungan Ilahi serta
kesempurnaan dari Yang Maha Terpuji. Di dalamnya penuh
dengan norma-norma Ketauhidan Ilahi serta luput dari
daripada kekurangan, kelemahan atau sifat tidak sempurna
dari Sang Maha Pencipta. Kitab ini tidak semata-mata
memaksakan suatu akidah hanya berdasar kekuasaan semata,
tetapi memberikan alasan atas kebenaran dari ajarannya
tersebut. Kitab tersebut menjelaskan setiap arah tujuan
yang harus dicapai dengan bukti-bukti dan argumentasi.
Ia memberikan dasar pertimbangan dari kebenaran setiap prinsip sehingga fikiran manusia menjadi pasti dan
memahaminya secara sempurna. Ia menangkal semua
kelemahan yang mempengaruhi akidah, amal dan perkataan
manusia serta memberikan penalaran yang cemerlang. Ia
membawa ajaran sopan santun sebagai pengetahuan yang
dibutuhkan bagi setiap manusia. Kitab ini menangkal dengan
tegas setiap bentuk kefasikan. Ajarannya itu demikian lurus,
tegas dan pasti seolah-olah menjadi cermin dari hukum alam.
Ia menjadi matahari yang mencerahkan wawasan kalbu.
Prinsip-prinsip penalaran manusia dikemukakannya secara
rinci dan kekurangannya diperbaiki. Adapun Kitab-kitab lain
yang katanya diwahyukan pada saat ini kalis dari segala berkat
sifat-sifat sempurna ini dan mengandung berbagai konsepsi
yang salah tentang Wujud dan sifat-sifat Ilahi.” -
#8 INTI AJARAN ISLAM (BAB IV) : Sifat Komprehensivitas Al-Qur'an (hal. 379-382)
“Kesucian dan kesempurnaan ajaran Kitab Suci Al-
Quran memberi kehidupan bagi setiap sendi masyarakat
manusia. Al-Quran tidak ada menekankan penanganan satu
sisi saja. Terkadang Al-Quran menyuruh kepada kesabaran
dan pengampunan dalam hal-hal tertentu, tetapi juga bisa
menentukan hukuman bagi para pelanggar jika dianggap
perlu. Sesungguhnya Al-Quran itu merupakan gambaran
dari hukum alam Ilahi yang ada di sekeliling kita. Kitab ini
sepenuhnya masuk akal dimana firman Tuhan dan hasil kinerja
Tuhan adalah bersesuaian satu dengan lainnya. Sebagaimana
hasil karya Tuhan itu nampak di alam, maka Kitab Allah
Yang sempurna ini juga sejalan dengan hasil kinerja tersebut.
Kita sendiri ada melihat dalam kinerja Tuhan bahwa tidak
selamanya selalu harus ada pengampunan dan kesabaran
semata karena nyatanya Dia juga menghukum para pendosa
dengan berbagai bentuk bala. Hukuman demikian ada juga
termaktub dalam Kitab-kitab sebelumnya.” -
#7 INTI AJARAN ISLAM (BAB IV) : Keunggulan Al-Qur'an (bag. f, hal. 372-379)
Aku pernah muda dan sekarang ini sudah tua, namun
semua orang menyaksikan bahwa aku tidak pernah
mempedulikan masalah-masalah duniawi dan hanya tertarik
kepada masalah keimanan saja. Aku telah menemukan firman
amat suci dan penuh dengan marifat keruhanian yang diberi
nama Al-Quran. Kitab ini tidak mempertuhan seorang manusia
dan tidak melecehkan Tuhan dengan cara mengecualikan ruh
dan raga dari hasil ciptaan-Nya. Kitab Suci Al-Quran membawa
berkat dalam hati manusia yang menjadikannya menganut
suatu agama yang benar serta menjadikan dirinya sebagai
pewaris dari rahmat Ilahi. Setelah berhasil menemukan
Nur demikian, bagaimana mungkin kami kembali kepada
kegelapan dan setelah memperoleh mata bagaimana mungkin
kami menjadi buta?”
(Sanatan Dharm, Qadian, Ziaul Islam Press, 1903; Ruhani Khazain,
vol. 19, hal. 474, London, 1984). -
#6 INTI AJARAN ISLAM (BAB IV) : Keunggulan Al-Qur'an (bag. e, hal. 369-371)
“Inilah yang dimaksud sebagai kekayaan yang menurut
nubuatan akan dibagi-bagikan oleh Al-Masih yang Dijanjikan
sehingga manusia akan puas karenanya. Nubuatan tersebut
tidak ada mengartikan bahwa Al-Masih yang Dijanjikan akan
mengumpulkan harta-benda material karena telah dinyatakan
bahwa:
‘Sesungguhnya harta bendamu dan anak-anakmu hanyalah
suatu cobaan’ (QS.64 At-Taghabun:16)
,
sehingga jika Al-Masih yang Dijanjikan memang benar
membagi-bagikan harta di antara umatnya berarti ia sengaja
memberikan cobaan kepada mereka.”