15 min

Meraba Umurmu yang Mulai Beranjak Fitriyani Sinaga Dan Ruang Belajar Hamparan Kata

    • Self-Improvement

Mencoba mengindahkan rasa kopi coklat kehitaman buatanmu lewat hamparan kata yang pahit. Kemiskinan bukanlah sehari tanpa makan, melainkan sehari tanpa berpikir. Saya sedang meraba umurmu dan pikiran liarku tentangmu serta imajinasi kita kelak dimasadepan. Saya memang tidak dapat menjadi se-luarbiasa ibu yang melahirkanmu, tapi jujur saja saya ingin berusaha mengenalimu sepertinya dalam suntikan subuh. Pahitnya kopi yang kamu suguhkan adalah sesuatu mimpi yang tak kurencanakan sebelumnya. Saya meniatkan menyeduhnya dengan rasa yang berbeda yang kelah sisa ekstraknya dapat jadi penyubur pada tumbuhan yang ku tanam, tapi nyatanya kita tidak dapat dewasa merawat. Kita tiap hari dibuka dengan hal tak terduga seakan meromantisir kejutan hidup. Kamu mungkin tidak akan berpikir memulai skedul diluar, sedang bantalmu lebih menarik menurutmu. Kamu berpikir untuk berkemas, tapi cemas juga datang bersamaan. Kamu telah membuang imajinasiku. Imajinasi yang telah kuniatkan dan kutanam. Menaruh harapan sekeliling mahkluk hidup untuk memundaknya bersama. Kita sama-sama ditagih masadepan. Saya kecewa, kini diri ini mencoba meminimalisir kata dan kalimat padamu. Kita tersadarkan, nilai Empati semakin luncur. Mari kita saling belajar dan tak saling kasar serta bersihkan hati. Cambuk saya bila salah. Kita timpang dan saling mngeksploitaitasi. WAHAI bahagia, MAAFKAN AKU ATAS APA yang kuanggab Hak ku. Maafkan saya waktu, KARENA SELALU MENGINTIP TIAP DETIKMU. kecewa ini berat, saya lebih baik mendapat cambuk daripada menderita atas kalimat kasar. Wahai Peluang, MAAFKAN SAYA PELUANG, KARENA MENYURUHMU BERHENTI.

Mencoba mengindahkan rasa kopi coklat kehitaman buatanmu lewat hamparan kata yang pahit. Kemiskinan bukanlah sehari tanpa makan, melainkan sehari tanpa berpikir. Saya sedang meraba umurmu dan pikiran liarku tentangmu serta imajinasi kita kelak dimasadepan. Saya memang tidak dapat menjadi se-luarbiasa ibu yang melahirkanmu, tapi jujur saja saya ingin berusaha mengenalimu sepertinya dalam suntikan subuh. Pahitnya kopi yang kamu suguhkan adalah sesuatu mimpi yang tak kurencanakan sebelumnya. Saya meniatkan menyeduhnya dengan rasa yang berbeda yang kelah sisa ekstraknya dapat jadi penyubur pada tumbuhan yang ku tanam, tapi nyatanya kita tidak dapat dewasa merawat. Kita tiap hari dibuka dengan hal tak terduga seakan meromantisir kejutan hidup. Kamu mungkin tidak akan berpikir memulai skedul diluar, sedang bantalmu lebih menarik menurutmu. Kamu berpikir untuk berkemas, tapi cemas juga datang bersamaan. Kamu telah membuang imajinasiku. Imajinasi yang telah kuniatkan dan kutanam. Menaruh harapan sekeliling mahkluk hidup untuk memundaknya bersama. Kita sama-sama ditagih masadepan. Saya kecewa, kini diri ini mencoba meminimalisir kata dan kalimat padamu. Kita tersadarkan, nilai Empati semakin luncur. Mari kita saling belajar dan tak saling kasar serta bersihkan hati. Cambuk saya bila salah. Kita timpang dan saling mngeksploitaitasi. WAHAI bahagia, MAAFKAN AKU ATAS APA yang kuanggab Hak ku. Maafkan saya waktu, KARENA SELALU MENGINTIP TIAP DETIKMU. kecewa ini berat, saya lebih baik mendapat cambuk daripada menderita atas kalimat kasar. Wahai Peluang, MAAFKAN SAYA PELUANG, KARENA MENYURUHMU BERHENTI.

15 min