10 episodios

Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah dengan cara-cara yang benar.

Radio Rodja 756 AM Radio Rodja 756AM

    • Religión y espiritualidad

Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah dengan cara-cara yang benar.

    Cinta Buta

    Cinta Buta

    Cinta Buta adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah tematik oleh Ustadz Maududi Abdullah, Lc. Hafidzahullah pada Kamis, 22 Dzulhijjah 1445 H / 29 Juni 2024 M.















    Kajian Tentang Cinta Buta







    Cinta adalah kalimat yang misterius, penuh dengan kisah, penuh dengan teka-teki, penuh dengan aneka ragam. Kita tak bisa hidup kecuali selalu berhubungan dengannya. Semenjak kita kecil kita mengenal kalimat cinta. Sampai detik ini, cinta masih seperti itu. Dia masih tetap mekar untuk disebut, masih indah untuk dibicarakan, dan masih indah untuk dijadikan aneka ragam aksi dan motivasi.







    Banyak orang berkata “harus ada pengorbanan untuk cinta,” dan itu yang benar. Namun, ingat ada satu lagi lawannya, yaitu adanya orang-orang yang menjadi korban cinta, dia tak pandai membedakan mana dan mana. Kapan seseorang dikatakan berkorban demi cinta dan kapan seseorang dikatakan korban-korban cinta? Perlu perenungan mendalam dari hati yang jujur dan minta taufik dari Allah untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, untuk mengambil intisari kehidupan dengan menyimak tabir kehidupan yang ada di hadapan kita, bersandarkan kepada Al-Qur’an, bersandarkan kepada hadits nabi tercinta sebagai referensi utama untuk membedakan apakah ini atau itu. Lalu kemudian jadikan apa yang kita lihat di depan mata dengan barometernya adalah Al-Qur’an dan hadits. Kalau tidak, selamat, Anda akan dihanyutkan oleh cinta di dalam lautan tak bertepih.







    Semenjak Anda kecil sampai sekarang, selesaikah bahasan cinta di tengah kehidupan? Tak selesai. Mulai dari sedari kita kecil sampai sekarang, selesaikah kisah-kisah cinta? Selesaikah film-film cinta? Tak pernah selesai. Yang saya katakan tadi “lautan tak bertepi.” Dan Anda ingin masuk ke dalamnya tanpa acuan yang benar, tanpa referensi, tanpa panduan yang jelas. Maka selamat, kau akan jadi korban-korban cinta, bukan berkorban demi cinta. Tak bisa diandalkan hanya kecerdasan, karena iblis lebih cerdas dari dirimu. Tak juga bisa diandalkan yang namanya pengalaman, iblis umurnya lebih tua daripada Nabi Adam ‘Alaihis Salam. Kalau engkau tak memiliki acuan yang benar, tempat berpegang yang kuat, referensi yang sahih tentang cinta, engkau dipermainkan oleh iblis dalam dunia cinta. Dan itulah realita banyak kehidupan manusia zaman sekarang.







    Dan tidaklah dunia perfilman dengan aneka ragam sandiwaranya, demikian juga dengan bacaan dengan aneka ragam judulnya, melainkan sarana yang digunakan iblis dan bala tentara iblis untuk mencari korban-korban cinta agar semakin banyak yang terjerumus kemudian menjadi kawan-kawannya nanti di neraka.







    Pertanyaannya, ustadz, apakah di dalam Al-Qur’an dan dalam hadits Rasulullah bicara cinta? Saya mengatakan itu tema utama Al-Qur’an dan hadits, itu bab keimanan tertinggi, andai engkau mengerti apa itu iman. Karena cinta adalah derajat iman tertinggi.







    Sadarkah Anda siapa manusia tertinggi di permukaan bumi? Siapa manusia termulia di permukaan bumi yang Allah gelarkan dengan “kekasih Allah” yang sangat Allah cintai? Dua orang manusia, pertama bernama Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang kedua bernama Ibrahim. Tak ada yang ketiga.







    …وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا







    “Allah telah menjadikan Ibrahim cinta spesial Allah.” (QS. An-Nisa'[4]: 125)







    Kemudian di dalam hadits, Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

    • 2 horas 17 min
    Mukaddimah Kitab Washaya wa Taujihat Fi Fiqhi at-Ta’abbud Li Rabbi al-Bariyyat

    Mukaddimah Kitab Washaya wa Taujihat Fi Fiqhi at-Ta’abbud Li Rabbi al-Bariyyat

    Mukaddimah Kitab Washaya wa Taujihat Fi Fiqhi at-Ta’abbud Li Rabbi al-Bariyyat merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Anas Burhanuddin, M.A. dalam pembahasan Washaya wa Taujihat Fi Fiqhi at-Ta’abbud Li Rabbi al-Bariyyat. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 18 Dzulhijjah 1445 H / 25 Juni 2024 M.















    Mukaddimah Kitab Washaya wa Taujihat Fi Fiqhi at-Ta’abbud Li Rabbi al-Bariyyat







    Pada kajian kali ini, kita akan memulai serial baru dalam mempelajari agama Islam melalui sebuah kitab yang kami pilihkan yaitu وصايا وتوجيهات في فقه التعبد لرب البريات yang artinya adalah wasiat dan arahan seputar fikih beribadah kepada Allah Tuhan semua makhluk. Kitab ini adalah karya guru kita, Prof. Dr. Ibrahim bin ‘Amir Ar-Ruhaili Hafidzahullahu Ta’ala. Alhamdulillah, saya pribadi sudah mengikuti kajian kitab ini secara langsung kepada penulisnya dalam daurah ketujuh di Pulau Lombok yang diselenggarakan pada bulan Agustus tahun 2023.







    Adapun Prof. Dr. Ibrahim bin ‘Amir Ar-Ruhaili adalah salah seorang guru besar di Universitas Islam Madinah pada masanya dan sekarang beliau sudah pensiun. Beliau juga pernah mengajar di Masjid Nabawi dan saat ini beliau juga mengampu beberapa kajian di Masjid Quba, serta di beberapa masjid di kota Madinah. Beliau juga memiliki perhatian yang besar terhadap dakwah di Indonesia dan sudah berkunjung berkali-kali, mungkin sudah belasan kali. Ini tentunya menunjukkan perhatian beliau kepada dakwah di negeri kita.







    InsyaAllah kita akan mengambil faedah dari kitab yang telah beliau susun ini. Beliau telah membuat sebuah mukadimah pendek yang terdiri dari Basmalah. Bismillah, dengan nama Allah, di sini mengandung permintaan pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini adalah isti’anah yang dilakukan oleh penulis dalam menulis kitab ini karena semuanya tidak bisa terjadi kecuali dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala dan penulisan kitab ini juga tidak akan selesai kalau tidak diberikan taufik oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.







    Ini adalah sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yaitu memulai dengan bismillah dan juga memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian juga tidak lupa shalawat dan salam kepada Rasulullah, keluarga beliau, para sahabat beliau, serta para pengikut beliau semuanya. Ini adalah doa untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar terlimpahkan shalawat, demikian juga doa untuk para sahabat beliau, keluarga beliau, dan para pengikut beliau semuanya, para pengikut yang mengikuti petunjuk beliau. Maka kita juga turut didoakan bersama orang-orang yang shalih dan baik. Kita ucapkan aamiin, semoga Allah menjawab doa ini dan mengabulkannya sehingga kita semuanya juga terlimpahkan salawat dan kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.







    Kemudian beliau menjelaskan latar belakang penulisan kitab ini. Beliau menyebutkan bahwasanya ini adalah wasiat-wasiat yang pendek tapi insyaAllah bermanfaat. Topiknya adalah seputar fikih beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang merupakan kewajiban kita semuanya, bahkan merupakan kewajiban utama seorang hamba dalam hidupnya di dunia. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,







    وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ







    “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat[51]: 56)

    • 1h 16 min
    Jalan Yang Lurus – Tafsir Surah Ali Imran 51

    Jalan Yang Lurus – Tafsir Surah Ali Imran 51

    Jalan Yang Lurus – Tafsir Surah Ali Imran 51 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 18 Dzulhijjah 1445 H / 25 Juni 2024 M.















    Download kajian sebelumnya: Mukjizat Nabi Isa ‘Alaihis Salam – Tafsir Surah Ali Imran 49







    Jalan Yang Lurus – Tafsir Surah Ali Imran 51







    Kita masih melanjutkan faedah dari firman Allah,







     إِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ ۗ هَٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ ‎﴿٥١﴾‏







    “Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian, maka sembahlah Allah saja, inilah jalan yang lurus.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 51)







    Jalan yang lurus adalah hakikatnya menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala saja.







    Kita mengambil faedah dari ayat ini, kata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah, umumnya rububiah Allah umum untuk seluruh manusia karena Allah pencipta manusia seluruhnya, pencipta langit dan bumi, pencipta alam semesta. Maka Allah adalah Rabb segala sesuatu, Allah Rabb kita. Maka kalau antum ditanya “Man rabbuka?” (Siapa Tuhanmu?), maka kita katakan “Rabbiyallah” (Rabbku Allah).







    Yang aneh, saya melihat di YouTube ada orang yang mengatakan “Man rabbuka?” dijawab “Rabi Ghufron.” Laa ilaaha illallah, demi Allah ini kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari Islam. Siapa yang meyakini bahwa rabbnya selain Allah, maka dia kafir murtad dari agama Islam. Yang menciptakan kita Allah, yang menciptakan langit dan bumi Allah, yang menciptakan si Ghufron itu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka kewajiban kita adalah hanya menyembah Allah saja, beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla.







    Faedah yang selanjutnya, Nabi Isa itu makhluk bukan Tuhan, karena Nabi Isa berkata “Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian.” Nabi Isa tidak pernah sekalipun mengaku-ngaku dirinya Tuhan. Nabi Isa ‘Alaihish Shalatu was Salam adalah makhluk yang Allah ciptakan, namun Allah mengutamakan Nabi Isa dengan risalah dan kenabian.







    Faedah selanjutnya adalah ayat ini membantah klaim orang Nasrani bahwa Allah itu tiga dari yang tiga, atau yang disebut dengan Trinitas, di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala tegas mengkafirkan orang yang mengatakan demikian. Allah berfirman,







    لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ…







    “Sungguh telah kafir orang yang mengatakan, ‘Allah itu salah satu dari yang tiga.'” (QS. Al-Ma’idah[5]: 73)







    Maka orang yang punya keyakinan bahwa Nabi Isa itu Tuhan, kita kaum muslimin semua sepakat dia bukan muslim. Namun, kaum muslimin semuanya beriman kepada Nabi Isa, sebagai hamba Allah dan rasul-Nya. Kaum muslimin wajib mencintai Nabi Isa (Yesus). Orang yang membenci Nabi Isa maka ia kafir murtad dari agama Islam. Orang yang mendustakan Nabi Isa maka dia bukan muslim. Jadi, orang yang mendustakan satu nabi berarti dia sudah mendustakan semua nabi. Namun, kita kaum muslimin meyakini Nabi Isa itu adalah hamba Allah yang Allah ciptakan dan rasul-Nya.







    Faedah selanjutnya adalah wajibnya beribadah kepada Allah saja karena Allah berfirman, “Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian maka beribadahlah kepada-Nya.

    • 57 min
    Metode Dakwah Nabi Syuaib

    Metode Dakwah Nabi Syuaib

    Metode Dakwah Nabi Syuaib adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 17 Dzulhijjah 1445 H / 24 Juni 2024 M.







    Kajian sebelumnya: Kisah Nabi Syuaib ‘Alaihis Salam















    Kajian Tentang Metode Dakwah Nabi Syuaib







    Pada kesempatan yang lalu kita bahas tentang beberapa metode yang dipakai oleh Nabi Syuaib ketika berdakwah mengajak kaumnya taat kepada Allah. Kita baru membahas tiga. Yaitu:









    * Nabi Syuaib ‘Alaihis Salam berdakwah dengan cara beliau mendekati dan mengambil hati kaumnya dengan “Wahai kaumku,” maksudnya agar tidak ada sekat antara dai dengan yang didakwahi.







    * Nabi Syuaib mengabarkan bahwa tidak menginginkan upah dari dakwahnya dan tidak menginginkan apapun yang ada di tangan mereka. Ini pun menunjukkan tentang keikhlasan dari dakwah Nabi Syuaib. Nabi Syuaib adalah nabi yang Allah utus dan mendakwahi mereka dengan dakwah tauhid.







    * Nabi Syuaib mengingatkan mereka tentang nikmat-nikmat Allah yang Allah berikan kepada mereka. Maksudnya supaya mereka bersyukur kepada Allah, agar mereka ibadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan Allah dengan yang lainnya.









    Kita akan lanjutkan dari malam ini uslub yang keempat, yaitu Nabi Syuaib menegakkan amar makruf nahi munkar (memerintahkan kaumnya untuk melakukan kebaikan dan mencegah perbuatan kemungkaran) dengan cara bertahap, dengan cara yang sangat baik, lembut, dan kadang juga dengan menakut-nakuti.







    Allah Ta’ala berfirman tentang perkataan dan dakwah Nabi Syuaib:







    …فَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ‎﴿٨٥﴾







    “Sempurnakanlah takaran dan timbangan, janganlah kalian mengurangi hak-hak manusia. Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi setelah perbaikannya. Yang demikian itu lebih baik untuk kalian jika kalian beriman.” (QS. Al-A’raf[7]: 85)







    وَلَا تَقْعُدُوا بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوعِدُونَ وَتَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِهِ وَتَبْغُونَهَا عِوَجًا ۚ وَاذْكُرُوا إِذْ كُنتُمْ قَلِيلًا فَكَثَّرَكُمْ ۖ وَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ ‎﴿٨٦﴾







    “Dan janganlah kalian duduk di setiap jalan untuk menakut-nakuti dan menghalang-halangi dari jalan Allah orang yang beriman kepadaNya, dan kalian menginginkannya menyimpang. Dan ingatlah ketika kalian itu sedikit, kemudian Allah jadikan kalian banyak. Lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. Al-A’raf[7]: 86)







    Ini dakwahnya Nabi Syuaib. Dakwahnya memerintahkan mereka berbuat kebaikan dan mencegah perbuatan kemungkaran dengan tadaruj. Di antaranya, Nabi Syuaib melarang mereka berbuat curang dalam berjual beli, dalam menakar, dan dalam menimbang, serta tidak boleh mengurangi hak manusia.







    Nabi Syuaib dalam ayat-ayat ini setelah beliau mendakwahi kaumnya dengan dakwah tauhid, beliau memusatkan perhatiannya pada tiga hal dasar. Yang pertama, memerintahkan kaumnya untuk menjaga harta manusia. Allah Ta’ala berfirman pada ayat di atas,

    • 56 min
    Berjuang Memperbaiki Diri Sendiri

    Berjuang Memperbaiki Diri Sendiri

    Berjuang Memperbaiki Diri Sendiri adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Hadits-Hadits Perbaikan Hati. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada Senin, 17 Dzulhijjah 1445 H / 24 Juni 2024 M.















    Kajian Islam Ilmiah Tentang Berjuang Memperbaiki Diri Sendiri







    Dari sahabat Fadhalah bin ‘Ubaid, beliau mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkhutbah di Haji Wada, beliau mengatakan,







    أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِالْمُؤْمِنِ؟ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ، وَالْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ النَّاسُ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ، وَالْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللهِ ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ الْخَطَايَا وَالذَّنُوبَ







    “Maukah aku beritahukan siapa orang yang beriman? Orang beriman adalah orang yang manusia aman atas harta dan jiwa mereka. Muslim sejati adalah orang yang manusia lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Mujahid sesungguhnya adalah yang berjihad melawan hawa nafsunya untuk ketaatan kepada Allah. Orang yang berhijrah sesungguhnya adalah orang yang berhijrah meninggalkan dosa dan maksiat.” (HR. Ahmad).







    Sesungguhnya di antara perkara penting di dalam kehidupan seorang muslim yaitu bersungguh-sungguh untuk melawan hawa nafsunya, memperbaiki dirinya, dan memaksanya untuk selalu berada di jalan istiqamah, kemudian meminta kepada Allah pertolongan untuk hal tersebut.







    Ayat yang berkaitan tentang perkara ini yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,







    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ‎﴿١٨﴾‏ وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ‎﴿١٩﴾‏ لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۚ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ ‎﴿٢٠﴾







    “Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah ia persembahkan untuk hari esok (hari akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. Janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang lupa kepada Allah maka Allah membuat mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik. Tidak sama antara penduduk neraka dan penduduk surga. Penduduk surga, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr[59]: 18)







    Berkata Syaikh Abdurrahman As-Sa’di Rahimahullah, ayat ini adalah ayat pokok dalam masalah introspeksi jiwa dan bahwasanya wajib bagi setiap orang untuk selalu memeriksa dan mengintrospeksi dirinya. Apabila ia melihat kekurangan, hendaklah ia segera memperbaikinya dan meninggalkan dosa tersebut dengan taubat yang sungguh-sungguh, kemudian menjauhi perkara-perkara yang bisa membuatnya terjatuh kembali kepada dosa tersebut. Apabila ia melihat dirinya lalai dari salah satu dari perintah-perintah Allah, hendaklah ia berusaha bersungguh-sungguh meminta pertolongan kepada Allah agar ia bisa memperbaiki kekurangan tersebut.







    Kemudian ia membandingkan antara nikmat-nikmat Allah, kebaikan-kebaikan Allah kepadanya dengan perbuatan dosa dan kelalaian ya...

    • 39 min
    Bab Larangan Meludah ke Depan Saat Shalat

    Bab Larangan Meludah ke Depan Saat Shalat

    Bab Larangan Meludah ke Depan Saat Shalat merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Mukhtashar Shahih Muslim yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Sabtu, 16 Dzulhijjah 1445 H / 23 Juni 2024 M.















    Bab Larangan Meludah ke Depan Saat Shalat







    Kita masuk ke bab larangan meludah ke depan saat shalat.







    Hadits 344:







    Dari Abu Hurairah, semoga Allah meridhainya, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat orang membuang ingus di kiblat masjid. Maka kemudian Rasulullah pun menghadap kepada manusia dan bersabda,







    مَا بَالُ أَحَدِكُمْ يَقُومُ مُسْتَقْبِلَ رَبِّهِ فَيَتَنَخَّعُ أَمَامَهُ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يُسْتَقْبَلَ فَيُتَنَخَّعَ في وَجْهِهِ فَإِذَا تَنَخَّعَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَنَخَّعْ عَنْ يَسَارِهِ تَحْتَ قَدَمِهِ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيَقُلْ هَكَذَا وَوَصَفَ الْقَاسِمُ فَتَفَلَ في ثَوْبِهِ ثُمَّ مَسَحَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ







    “Mengapa seseorang dari kalian berdiri menghadap Allah, lalu ia membuang ingus di hadapannya? Apakah seseorang dari kalian merasa suka jika ada orang yang membuang ingus di hadapannya? Maka apabila salah seorang dari kalian buang ingus, hendaklah ia buang ingus ke kirinya atau di bawah kakinya. Jika ia tidak mendapatkan tempat, hendaklah ia lakukan begini.” Maka Al-Qasim mensifati beliau meludah ke bajunya kemudian diusap satu sama lainnya (dikucek-kucek).” (HR. Muslim)







    Hadits ini kita ambil faedah:







    Pertama, haramnya buang ludah atau sejenisnya ke arah kiblat ketika sedang shalat. Dan ini hukumnya haram. Kenapa? Karena itu menunjukkan ketidakadaban dia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.







    Kedua, hadits ini menunjukkan bahwa seorang alim hendaklah memberikan teguran atau bimbingan ketika melihat ada orang yang melakukan perkara yang tidak layak. Di sini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika melihat ada orang yang meludah di kiblat masjid, segera nabi ingatkan. Beliau langsung bangun lalu kemudian berdiri menghadap manusia, kemudian beliau pun mengingatkan.







    Maka yang seperti ini hendaknya diingatkan. Seorang imam misalnya ketika melihat ada orang pas rukuk, terkadang kita lihat ada orang lari-lari. Walaupun itu anak-anak, tetap harus diingatkan. Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang mendatangi shalat dalam keadaan berlari tergesa-gesa. Rasulullah memerintahkan kita mendatangi shalat itu dengan tenang.







    Ketiga, Hadits ini juga menunjukkan penetapan adanya qiyas yang lebih tinggi. Di situ nabi mengatakan, “Suka tidak kalau ada orang yang meludah di hadapan kamu?” Maksudnya, kita saja tidak suka kalau ada orang yang ngeludah di depan kita, maka untuk Allah lebih tidak layak lagi.







    Kewajiban kita seorang hamba adalah mengagungkan Allah. Kepada kita saja kita tidak suka, apalagi kalau antum seorang raja, seorang presiden, seorang pemimpin. Kalau ada yang ngeludah di depan antum, kira-kira apa yang antum lakukan? Maka orang itu akan ditangkap.







    Keempat, hadits ini menunjukkan bahwa ludah manusia itu tidak najis. Karena nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menyuruh untuk mencuci atau mengambil air seperti halnya orang Arab Badui yang kencing di masjid, maka nabi menyuruh untuk meminta mengambil seember air kemudian diguyurkan. Adapun untuk ini tidak, itu menunjukkan bahwa ludah atau sejenisnya tidak najis. Namun,

Top podcasts de Religión y espiritualidad

L'ofici de viure
Catalunya Ràdio
10 minutos con Jesús
10 Minutos con Jesús
Meditación Guiada | Meditaciones Guiadas | Meditar | Relajación | Sí Medito | En Español
Rosario Vicencio - Guía de meditación, reiki master y coach de bienestar.
DOSIS DIARIA ROKA
Roka Stereo
Mantita y Fe
Bárbara Bustamante | Gospa Arts
Iker Jiménez Confidencial
retirandomeporaqui

Quizá también te guste

Podcast Dakwah Sunnah
podcastdakwahsunnah
Firanda Andirja Official
Firanda Andirja
Cerita Sejarah Islam
Cerita Sejarah Islam Podcast
Radio Muhajir Project
Muhajir Project
Rumayshocom
Rumaysho.com
Mishary Rashid Alafasy
Muslim Central