20 episodes

Renungan harian berisi intisari pengajaran aplikatif yang disampaikan oleh Pdt. Dr. Erastus Sabdono, dengan tujuan melengkapi bangunan berpikir kita mengenai Tuhan, kerajaan-Nya, kehendak-Nya dan tuntunan-Nya untuk hidup kita. A daily devotional containing a brief teaching along with the applications, read by Dr. Erastus Sabdono. The messages will equip you and bring you to better understand God, His kingdom, His will, and His guidance in our lives.

Truth Daily Enlightenment Erastus Sabdono

    • Religion & Spirituality
    • 5.0 • 79 Ratings

Renungan harian berisi intisari pengajaran aplikatif yang disampaikan oleh Pdt. Dr. Erastus Sabdono, dengan tujuan melengkapi bangunan berpikir kita mengenai Tuhan, kerajaan-Nya, kehendak-Nya dan tuntunan-Nya untuk hidup kita. A daily devotional containing a brief teaching along with the applications, read by Dr. Erastus Sabdono. The messages will equip you and bring you to better understand God, His kingdom, His will, and His guidance in our lives.

    Di Ujung Waktu

    Di Ujung Waktu

    Kita jangan banyak berdebat, sebab teologi itu bisa lentur, seperti karet, ditarik ke sana dan ke sini. Perkataan itu relatif, tapi perilaku itu mutlak, karena dirasakan. Satu kali orang bisa pura-pura, dua kali bisa kamuflase, tiga kali bisa munafik, empat kali bisa berperan, tapi 5, 6, 7 kali kita tidak bisa sembunyikan siapa kita sebenarnya. Jadi, hidup kita bisa menjadi alat peraga Tuhan, karena memang Tuhan mau menyentuh orang lain lewat hidup kita, bagaimana perasaan-Nya dihidupkan di dalam perasaan kita. Maka Paulus mengatakan, “Miliki pikiran dan perasaan Kristus.” 

    Allah mau hadir di dalam kehidupan manusia. Dan Yesus adalah gambar Allah, sebagaimana dikatakan dalam Kolose 1:15, “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan Allah.” Tindakan-Nya menunjukkan siapa Allah yang benar itu. Dan kita pun harus mendeklarasikan bagaimana Allah yang benar itu lewat kelakuan kita. Tanpa itu, kekristenan kita hanya omong kosong. 

    Di dalam Matius 5:44-45 dikatakan, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.”  Tuhan mau supaya kita menjadi anak-anak Bapa di surga. Namun bukan anak-anak Bapa dalam arti hanya status, melainkan menjadi orang yang memperagakan pikiran dan perasaan Bapa. Maka mulailah bertobat hari ini, mulailah diubahkan Tuhan, kita semua harus berubah. 

    Kita masih melihat ada manusia lama di dalam diri kita, namun kita harus membunuh dan mematikan itu. Sebab kalau dituruti, dia muncul, dan dia terperagakan, dia terpersonifikasikan. Tapi, kalau kita kita mendengar Roh, kita mempersonifikasikan Allah dalam hidup kita. Prinsip hidup kita adalah: “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal. 2:20). Maka hidup kita pasti diurapi oleh Allah, dipenuhi oleh Allah, dan memperagakan hidup-Nya Allah. Itulah Kristen sejati.

    Alkitab mengatakan, yang berhak mengaku Kristen adalah dia yang kelakuannya seperti Kristus. Tapi kita melihat dalam diri kita ada monster yang belum mati, yang tahu momentum yang tepat untuk menerkam orang, menyakiti orang, menjatuhkan orang, merendahkan orang, menyingkirkan orang, melukai orang. Kita tidak boleh memberi kesempatan. Sebab ini adalah pangkalan, baju yang bisa dipakai setan. kita harus membuangnya, sehingga ketika setan mau bertindak, mau mengenakan diri kita, tidak ada pangkalan. 

    Sebaliknya, kita harus memberi tempat kepada Roh Kudus, hidup kita harus menjadi produk Tuhan, sehingga waktu kita menutup mata, tubuh kita dikubur, manusia batiniah kita makin cemerlang, seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus, “Manusia lahiriahku merosot, tapi manusia batiniahku dibarui dari hari ke sehari.” Namun kenyataan yang kita lihat hari ini, tidak sedikit orang Kristen yang boro-boro mengenakan karakter Allah, atau memperagakan hidup-Nya Tuhan, memiliki kelakuan yang baik saja tidak, hidup seturut hukum moral umum pun tidak. Ayat yang mengajarkan, “Apa yang kamu suka orang perbuat kepadamu, buatlah untuk orang lain,” sekarang dibalik, “Apa yang aku tidak suka orang perbuat kepadaku, kubuat untuk orang lain.” Biar dia tahu bagaimana rasanya disakiti, karena dia menyakiti orang. Bagaimana rasanya jika dirusak nama baiknya, karena dia merusak nama baik orang.

    Ini adalah potret dari hidup kekristenan yang rusak. Jadi tidak heran kalau di Eropa, di mana pendidikan—teologi khususnya—begitu tinggi, tapi gereja bangkrut, kekristenan habis. Hari ini kita mau belajar dengan rendah hati dan mengakui keadaan kita yang masih carut-marut,

    Pikiran yang Diubah

    Pikiran yang Diubah

    Melepaskan diri dari ikatan-ikatan dunia artinya kita memiliki kesenangan dan kebahagiaan hanya Tuhan saja, Tuhanlah satu-satunya harta kekayaan kita. Mengapa Tuhan berkata di Lukas 16:11, “Jika kamu tidak setia dalam hal mamon yang tidak jujur, kamu tidak akan memiliki harta yang sesungguhnya?” Artinya, kalau kita masih terikat dengan kekayaan dunia, maka kita tidak dapat mengerti kebenaran. Kalau kita masih mengecap dunia ini manis, kita tidak bisa mengenal kebenaran. Karena kita hanya punya satu nyawa, maka jangan sampai ketika kita mati, kita dibuang.

    Jadi, produknya Tuhan itu adalah bagaimana kita menjadi alat peraga Tuhan. Dan untuk menjadi alat peraga Tuhan itu, pikiran kita harus diubah. Itulah sebabnya di Roma 12:2 dinasihati, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Pikiran kita harus diubah dengan firman yang benar. Karena banyak di antara kita yang masih ‘sakit.’ 

    Tapi masalahnya, banyak orang merasa tidak sakit. Kalau orang sakit, dan sakitnya itu mengancam nyawanya, dia pasti cari dokter yang terbaik. Dia tidak mau mati, dia mau sembuh, dia pasti cari rumah sakit yang bisa memberikan treatment yang terbaik. Sebaliknya, kalau orang tidak merasa sakit, maka dia tidak merasa perlu ke dokter atau tidak perlu ke rumah sakit. Orang yang merasakan jiwanya sakit, maka dia akan mencari gereja Tuhan; gereja yang menyuarakan kebenaran yang murni. Dan untuk mengetahui mana gereja yang benar dan tidak benar, kita harus bertanya kepada Tuhan.

    Kita harus sungguh-sungguh mengerti, bahwa menjadi Kristen berarti kita dipanggil memperagakan kehidupan Bapa. Dan keselamatan hanya dalam Yesus Kristus, di luar Kristus itu binasa. Jadi kalau kita tidak menerima Yesus karena memang bukan umat pilihan, maka kita dihakimi menurut perbuatan. Tapi kalau sampai kita, umat pilihan, melawan Yesus, bahaya. Kita melawan Raja, melawan Anak Allah yang diberi kekuasaan untuk memerintah di kekekalan. Maka kita diajari mengenakan hidup-Nya Bapa yang diperagakan melalui hidup-Nya Tuhan Yesus. Dan itu menakutkan kuasa kegelapan. Setan itu tidak takut dengan pendeta, tapi setan takut kalau sampai orang memperagakan hidup Yesus. 

    Sebab tujuan setan adalah memiliki hidup seseorang. Tapi kalau sampai setan tidak punya pangkalan sama sekali dalam hidup seseorang, dan orang itu memperagakan hidup Tuhan Yesus, kalah dia. Maka, kita harus tahu bahwa menjadi Kristen itu sebenarnya tidak berat, juga tidak sulit, tapi mustahil. Sebab perasaan dan pikiran Allah yang tidak kelihatan harus kita peragakan; mustahil. Tapi Roh Kudus akan menuntun kita. Jadi, kalau kita masih mencintai dunia, kita tidak akan mendapatkan pengertian yang benar tentang Tuhan, kita tidak akan mampu memperagakan pikiran dan perasaan-Nya.

    Itu yang harus kita perjuangkan. Di mata dunia ini tidak wajar, tapi selama kita masih mau hidup wajar seperti anak dunia, kita tidak bisa menjadi anak-anak Allah yang benar. Kalau kita tidak bisa menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya harta kita, kita pasti berkhianat suatu hari. Sekarang belum, karena Tuhan masih beri kesempatan. Kira-kira nanti kalau di ujung waktu, di ujung ajal, waktu kita mau meninggal dunia, apakah kita dapat melihat senyum Tuhan? Kita harus memperkarakannya secara serius. Bagaimana kita bisa tahu bahwa di ujung waktu kita nanti, kita akan melihat senyum Tuhan? Tidak boleh spekulatif, mestinya kita jawab, ya. Apa alasan dasarnya? Percaya saja? Tidak boleh. 

    Dasarnya adalah kalau setiap kali kita datang menghadap Tuhan, kita berkata, “Selidiki Aku, Tuhan, adakah sesuatu yang salah yang kulakukan?” Dan setiap keputusan dan pilihan yang kita lakukan harus bukan berdasarkan kesenangan dan pertimbangan pikiran kita sendiri, tapi berdasarkan naluri yang Tuhan berikan. Maka kita harus punya naluri agar bisa mendengar suara Tuhan atau melihat ...

    Produk Allah yang Unggul

    Produk Allah yang Unggul

    Semua produk yang bukan dari Tuhan tidak akan diabadikan, tidak akan dilestarikan, tidak akan dilanggengkan, tidak akan diteruskan, tetapi akan dibuang ke dalam lautan api. Bagi orang-orang di luar Kristen, yaitu mereka yang tidak menjadi umat pilihan, Allah pun memiliki produk di dalam dan melalui hidup mereka, di dalam tindakan kasih. Allah itu kasih. Jadi orang-orang di luar Kristen yang memiliki kasih adalah produk Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan menghakimi orang berdasarkan perbuatan. “Ketika Aku lapar, engkau memberi Aku makan; ketika Aku haus, engkau berikan Aku minum; ketika Aku bertelanjang, engkau memberikan Aku pakaian; ketika Aku dalam penjara, engkau melawat Aku.” 

    Orang-orang yang memiliki produk Tuhan ini akan diperkenan masuk langit baru bumi baru. Biasanya orang akan berkata, “Untuk apa Yesus mati di kayu salib, dan untuk apa penginjilan, jika ada orang di luar Kristen bisa masuk surga?” Ingat, di luar Kristen, bukan di luar Kristus, sebab Kristus juga mati untuk mereka. Kalau Kristus tidak mati untuk mereka, maka semua manusia tanpa perhitungan, tanpa pertimbangan, tanpa pengadilan, semua masuk neraka. Tidak ada manusia yang tidak berdosa. Tetapi semua perbuatan dosa yang dilakukan manusia telah dipikul Yesus di kayu salib. Oleh dosa seorang Adam, Adam pertama, maka banyak orang binasa. Tapi oleh seorang Adam kedua, Adam terakhir, maka ada orang yang dibenarkan.

    Pengertian dibenarkan ini juga harus kita mengerti dengan benar. Kata “dibenarkan” sebenarnya bukan hanya untuk orang Kristen yang dibenarkan oleh darah Yesus dalam standar hidup Anak Allah. Dalam Roma 2:12 tertulis, “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat,” ini orang-orang yang di luar orang Israel dan di luar orang Kristen, “Dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat.” Jadi, ada orang yang dihakimi menurut hukum Taurat karena memiliki hukum Taurat, ini adalah orang Israel. Dan ada orang yang tidak memiliki hukum Taurat, maka mereka dihakimi menurut Taurat yang tertulis di hati mereka. Ada hukum yang ditulis di dalam hati mereka, sesuai dengan keadaan budaya masing-masing bangsa. 

    Itulah sebabnya dalam Kitab Wahyu dikatakan, setiap orang akan dihakimi menurut kitab-kitab mereka. Jadi, banyak standar moral, standar norma, standar etika, dan hukum yang dipahami setiap individu. Karena bukan orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tapi orang yang melakukan hukum Taurat yang akan dibenarkan. Dan hukum Taurat itu bisa diringkas dalam dua hal, yaitu: “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan.” 

    Tapi bagi yang tidak mengenal Elohim Yahweh, Allah yang benar, yang tidak memiliki hukum Taurat dan hukum yang sama dengan itu berlaku, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Dasar penghakiman untuk mereka adalah perbuatan, bukan iman, karena memang mereka bukan umat pilihan.

    Lalu bagaimana dengan orang Kristen? Produk Tuhan dalam hidup orang Kristen bukan sekadar produk kasih—yang ternyata juga bisa dilakukan orang-orang non-Kristen—tapi kasih yang dimiliki orang Kristen haruslah kasih Allah. Jadi, bicara mengenai mengasihi sesama, itu orang-orang non-Kristen juga bisa. Jangan berpikir picik, orang di luar Kristen itu ada yang berani mati demi negara, membela demi rakyatnya, membela demi kebenaran dan keadilan, rela menyerahkan hartanya untuk sesamanya. Juga jangan dibutakan oleh perkataan, “Biar mereka baik, tanpa Kristus, binasa.” Kristus pun mati untuk mereka. Namun, orang Kristen harus memperagakan kasih Allah. 

    Jadi, kalau Yesus berkata di Injil Matius 5:48, “Kamu harus sempurna seperti Bapa,” berarti apa yang dilakukan Bapa, harus kita lakukan. Dan Yesus adalah model manusia yang sempurna; model manusia yang dikehendaki oleh Allah. Anak tidak dapat berbuat apa-apa, Anak itu melihat apa yang Bapa lakukan. Itulah sebabnya, Yesus disebut Kristus, artinya yang di

    Mengobarkan Kerinduan

    Mengobarkan Kerinduan

    Betapa indahnya kalau kita memiliki kerinduan yang kuat dan tulus untuk menjadi seorang yang berkenan di hadapan Tuhan. Kerinduan itu harus terus menyala di hati kita. Kita yang menyalakannya, kita yang mengobarkannya sampai itu menjadi semacam konsumsi yang tetap dan permanen dalam diri kita; menjadi kehausan dan kelaparan kita. Dan inilah yang dimaksud firman Tuhan di dalam Injil Matius 5:6, “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.” 

    Kita harus terus mengobarkan kerinduan, mengobarkan keinginan untuk menjadi anak kesukaan Bapa di surga. Atau dengan kalimat lain yaitu menjadi keharuman di hadapan Tuhan. Ini suatu keniscayaan, artinya kita bisa mencapai, bisa mengalami, karena memang inilah kehendak Bapa di surga. Karenanya, sejak kita bangun pagi, mari kita bulatkan tekad untuk benar-benar bisa menyenangkan hati Tuhan dengan mengerti apa yang Tuhan kehendaki, memahami apa yang Dia rencanakan. 

    Kita lakukan kehendak Tuhan tersebut, serta kita penuhi rencana-Nya atau yang terkait dengan pekerjaan Tuhan yang Ia percayakan kepada kita masing-masing. Mengerti kehendak Allah, sangat pribadi sifatnya, dan masing-masing kita harus benar-benar bergumul. Doa kita, “Buatku selalu dapat mendengar suara-Mu, Tuhan.” Kita mau selalu dapat mendengar suara Tuhan untuk kita pahami kehendak Tuhan dan kita lakukan. 

    Kita minta Tuhan memberi kita kepekaan untuk mengerti apa yang Tuhan rencanakan dalam hidup kita guna kita penuhi. Apalagi seorang pelayan Tuhan tentu tidak boleh punya proyek sendiri, tidak boleh punya keinginan, visi dan misi sendiri; semua harus datang dari Tuhan, dan kita hanya melakukan apa yang Tuhan kehendaki di dalam hidup kita. Dan kalau kita mengerti apa rencana Tuhan dalam hidup kita yang terkait dengan pekerjaan-Nya, kita penuhi itu. Ini biasanya tingkat akhir, tingkat tinggi dari kehidupan Kristen yang dewasa, yang sudah tidak lagi sibuk mengurusi diri sendiri, tapi sibuk hanya mengurusi pekerjaan Tuhan. Dan inilah yang dikehendaki oleh Tuhan. 

    Untuk mengerti apa yang Tuhan kehendaki, untuk mendengar suara Tuhan, kita harus menutup telinga terhadap suara dunia. Banyak suara kita dengar melalui gadget, melalui banyak sumber, dan itu memekakkan telinga kita, bahkan menutup telinga rohani kita untuk mendengar suara Tuhan. Yang juga menutup pikiran kita, menutup telinga rohani kita terhadap suara Tuhan adalah keinginan-keinginan diri sendiri; keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah yang kita simpan, pendam, yang ada di hati kita, menutup telinga kita terhadap suara Tuhan untuk mengerti kehendak dan rencana Tuhan. 

    Jangan menyimpan keinginan-keinginan tertentu yang belum tentu sesuai dengan kehendak Allah. Setiap keinginan, harus kita periksa. Jika itu bukan kehendak Tuhan, kita buang. Sebab kalau orang masih memiliki keinginan dari diri sendiri, dia tidak akan bisa mengerti keinginan Tuhan di dalam hidupnya. Ingat, yang pertama, jangan mengisi pikiran dengan suara-suara yang datang dari luar. Jangan disibukkan dengan tontonan film, gadget, SMS-SMS yang tidak perlu dibaca. Yang kedua, jangan punya keinginan dari diri sendiri, supaya keinginan Tuhan bisa disalurkan, bisa diimpartasikan, bisa ditaruh di hati kita. 

    Orang bilang, “Kita manusia, boleh dong punya keinginan?” Boleh! Bagi kita, keinginan itu adalah keinginan Tuhan yang ditaruh di dalam diri kita. Kita photocopy, kita copy paste keinginan Tuhan untuk kita taruh di dalam hidup kita. Dan yang ketiga, yang membutakan mata rohani, yang menutup telinga rohani adalah dosa. Ini paling mengerikan! Maka, jangan kita berbuat dosa sekecil apa pun, sehalus apa pun. Jangan berbuat dosa! Dengan langkah-langkah ini akan membuat kita bisa mendengar suara Tuhan, mengerti kehendak dan rencana-Nya dalam hidup kita.

    Jika hal itu kita lakukan, maka akan timbul kerinduan bertemu Tuhan. Baru kita bisa mengerti mengapa kita bisa merindukan memandang wajah Tu...

    Sikap Hati

    Sikap Hati

    Kalau kita benar-benar percaya Tuhan dan kita mengasihi Dia, benar-benar berhasrat untuk melakukan kehendak Tuhan, kita rindu agar hidup kita benar-benar menjadi keharuman di hadapan Tuhan. Dan betapa indah serta mulia, seorang yang hidupnya indah di mata Tuhan, bagaikan bunga yang cantik mempesona dan berbau harum di hadapan Tuhan. Kita bisa membuat keharuman di hadapan Allah melalui perilaku kita. Dari apa yang kita pikirkan, kita renungkan, kita ucapkan, kita lakukan, jika benar-benar sesuai dengan kehendak Allah Bapa, itu menyenangkan hati Bapa. 

    Sungguh, tidak ada keindahan hidup, keelokan hidup, kemuliaan hidup, kelimpahan, kekayaan hidup, selain menjadi kesukaan hati Bapa. Kalau kita percaya Allah hidup, Allah ada, Allah hadir, Allah melihat, Allah merasakan, Allah merespons dan bereaksi atas kehidupan kita, kita akan berusaha untuk itu. Hari ini Tuhan berikan kita hari yang baru. Kita bersyukur untuk kesempatan yang Tuhan berikan agar kita bisa berubah, bertobat terus dari setiap sikap hati yang salah, apalagi perbuatan yang salah. Dan terus membangun kesucian hidup, yaitu sikap hidup yang selalu mengarah pada perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. 

    Itu adalah wajah hidup kita, batin kita ini. Bukan hanya perbuatan yang sudah kita lakukan yang kita persoalkan, melainkan sikap hati, sikap batin kita, apakah masih ada potensi, kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah. Di sini dibutuhkan keseriusan sesuai dengan apa yang Alkitab katakan, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Kita harus sibuk, aktif di dalam batin kita, artinya kita selalu mempersoalkan, memperkarakan apakah sikap hati yang kita miliki ini sudah berkenan di hadapan Tuhan atau tidak. Setiap renungan hati kita, kita koreksi sehingga kita memiliki ketulusan. 

    Kalau dulu kita sering munafik, kita mengucapkan kata-kata yang bertujuan untuk menyerang orang, menjatuhkan, merusak nama baik atau sekadar membela diri, intrik-intrik kelicikan itu ada di dalam diri kita. Dan kita harus sadari intrik-intrik itu. Firman Tuhan mengatakan, “Hati itu lebih licik dari segala sesuatu. Kalau hati sudah membatu, siapa yang dapat mengobati atau memperbaikinya?” Artinya, jika hati sudah mengeras, rusak, fatal, tidak bisa diperbaiki. Jangan sampai hati kita mengeras.

    Kita tidak sadar kalau sebenarnya kita sedang sombong. Kita tidak sadar sebenarnya kita sedang mengangkat diri. Kita tidak sadar sebenarnya sedang menyerang orang lain. Kita tidak sadar kalau sebenarnya masih ada dendam, kebencian di dalam hati kita, juga mengharapkan kecelakaan dan kerugian orang lain. Tidak ada belas kasihan terhadap sesama. Tidak ada beban terhadap pekerjaan Tuhan. Semuanya untuk kepentingan diri sendiri. Bahkan ketika melakukan pekerjaan Tuhan pun, ada maksud-maksud supaya mendapatkan keuntungan baik materi maupun sekadar pujian. Hati kita ini licik dan jahat.

    Karenanya, kita mau memeriksa hati kita dengan saksama. Kita mengoreksi diri kita dengan saksama, sebab “Dari hati ini memancar kehidupan.” Betapa indahnya. Kita terus mengoreksi hati, terus menggarap hati oleh pimpinan Roh Kudus, sehingga “ditelurkan, dibuahkan” perbuatan-perbuatan yang indah, yang benar-benar menyenangkan Tuhan. Dan itu sebenarnya yang dimaksud Alkitab dengan “buah.” Tuhan Yesus berkata, “Akulah pokok anggur, Bapa-Kulah Pengusahanya.” Jadi, Bapa pemilik pokok anggur. Tentu Bapa sebagai Pemilik, lebih besar dari siapa pun. 

    Dan kita, carang-carang yang menempel pada Pokok Anggur, yaitu Tuhan Yesus. Kita menyerap spirit-Nya, gairah-Nya, seluruh gaya hidup, cara berpikir Yesus Tuhan kita supaya kita bisa menampilkan kehidupan anak-anak Allah seperti yang pernah ditampilkan oleh Tuhan Yesus. Dan itulah standar kehidupan yang Bapa nilai berkenan kepada-Nya. Kepada Tuhan Yesus di Matius 3:17, Bapa berkata,

    Bersikap Sopan

    Bersikap Sopan

    Sopan bisa berarti bersikap hormat atau pantas terhadap seseorang yang patut diperlakukan terhormat atau dianggap mulia. Menjadi kehendak Tuhan agar kita bersikap sopan terhadap Tuhan. Bersikap sopan berarti menghormati Tuhan dengan benar atau secara pantas. Ketika Tuhan Yesus berkata bahwa kita harus menyembah Tuhan Allah itu berarti kita harus bersikap sopan terhadap Tuhan (Luk. 4:8). Menyembah dari teks aslinya proskuneo (προσκυνέω), artinya memberi nilai tinggi. Kata ini juga berarti to kiss the hand to (towards) one (mencium tangan kepada seseorang). Mencium tangan menunjuk sikap hormat kepada seseorang. 

    Itulah sopan santun pada zaman itu bila seseorang menghormati orang yang derajatnya lebih tinggi dan yang patut dihormati. Kepada Tuhan pun kita harus melakukan penghormatan yang pantas sebagai sopan santun abadi. Orang yang gagal menghormati Tuhan tidak akan diperkenan masuk Kerajaan Surga. Perhatikan dalam Lukas 4:8, “Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’” Bukan suatu perintah yang boleh dan bisa dihindari. Lebih baik seseorang tidak pernah menjadi manusia daripada menjadi manusia yang tidak mengenal sopan terhadap Tuhan, sebab mereka tidak akan pernah diterima di kemah abadi. 

    Seberapa seseorang bersikap pantas terhadap Tuhan sangat ditentukan atau dipengaruhi oleh seberapa dalam seseorang mengenal Tuhan. Pengenalan tersebut menyangkut dua aspek, pertama pengenalan secara pengetahuan atau bisa dipahami sebagai pengalaman kognitif atau segala sesuatu yang menyangkut aktivitas pikiran. Kognitif berarti kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Hal ini menjadi landasan untuk mengalami Tuhan. 

    Pengenalan kedua adalah pengenalan melalui pengalaman riil mengalami Tuhan dalam kehidupan konkret. Dengan demikian kesopanan seseorang di hadapan Tuhan bersifat progresif, yaitu seiring dengan pengenalan secara kognitif yang dimiliki seseorang dan pengalaman riil bersama dengan Tuhan. Semua ini merupakan harta abadi, sebab hal ini menentukan keadaan kekal seseorang. Seiring dengan perjalanan waktu seseorang harus bertumbuh dalam pengenalan akan Allah, maka seiring pula pertumbuhan hormatnya kepada Tuhan. Orang yang tidak memiliki pengenalan akan Allah tidak mungkin memiliki kebenaran dalam tindakannya, mereka pasti tidak bersikap sopan terhadap Truhan. 

    Pemazmur berkata, “Orang bebal berkata dalam hatinya: Tidak ada Allah. Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik” (Mzm. 14:1). Salah satu penyebab mengapa seseorang tidak bersikap sopan terhadap Tuhan selain tidak mengenal Tuhan juga karena tidak mampu menyentuh hadirat Tuhan. Mereka tidak mampu percaya dan menghayati bahwa Allah itu eksis sebab mereka tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan.  Orang-orang seperti ini hanya menghayati Tuhan secara paksa di gereja atau dalam pertemuan agama khususnya, tetapi tidak belajar menghayati kehadiran Tuhan setiap hari. 

    Tidak heran, walaupun mereka bergereja tetapi mereka belum menemukan Tuhan. Seharusnya, walaupun jemaat tidak mampu mengerti dan tidak mampu menghayati kehadiran Tuhan, tetapi gereja menampilkan sebuah kebaktian atau liturgi yang sungguh-sungguh menampilkan atau merasakan kehadiran Tuhan secara penuh. Kalau worship leader tidak mampu menyentuh hadirat Tuhan, bagaimana jemaat dapat menyentuh hadirat Tuhan? 

    Banyak orang yang berkata ada Allah, sebenarnya dalam hati mereka ada suara “tidak ada Allah.” Mereka menyatakan percaya kepada Allah hanya di mulut dan ada di dalam gereja khususnya. Sebenarnya mereka tidak percaya dengan sungguh-sungguh bahwa Allah itu ada. Hal ini dapat dibuktikan atau nampak dari cara hidup sembarangan yang mereka miliki. Mereka memuaskan diri dengan berbagai kesenangan dan tindakan, tetapi mereka tidak memedulikan perasaan Tuhan. Inilah sebenarnya orang-orang ateis praktis.

Customer Reviews

5.0 out of 5
79 Ratings

79 Ratings

Samuel Purba ,

Sangat memberkati

Trimakasih pak Erastus.. Podcast yang sangat memberkati

..amboy.. ,

Try by urself

This podcast really open my heart and strengthen my soul everyday. It makes my whole mind relax and always want to kno about Him.

Indrib ,

Enlighted Me

This podcast enlights me in starting to be a true Christian.

Top Podcasts In Religion & Spirituality

Hanan Attaki
Hanan Attaki
Mishary Rashid Alafasy
Muslim Central
Podcast Dakwah Sunnah
podcastdakwahsunnah
Firanda Andirja Official
Firanda Andirja
Adi Hidayat Official
adihidayatofficial
Kajian Ustadz Khalid Basalamah
Kajian Islam