Выпусков: 10

Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah dengan cara-cara yang benar.

Radio Rodja 756 AM Radio Rodja 756AM

    • Религия и духовность

Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah dengan cara-cara yang benar.

    Dosa Besar yang Dianggap Ringan

    Dosa Besar yang Dianggap Ringan

    Dosa Besar yang Dianggap Ringan adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah tematik oleh Ustadz Maududi Abdullah, Lc. Hafidzahullah pada Senin, 28 Syawal 1445 H / 07 Mei 2024 M.















    Kajian Tentang Dosa Besar yang Dianggap Ringan







    Pernahkah kita berpikir bagaimana kalau orang yang benar-benar taat kepada Allah? Bagaimana sayang Allah kepadanya? Apa yang akan Allah berikan kepadanya dan bagaimana Allah akan memperlakukan dirinya? Kalau kepada musuh-musuhNya yang memerangi Dia, memerangi rasulNya, memerangi kitabNya, memerangi orang-orang yang beriman kepadaNya begitu Dia perlakukan, bagaimana Ia akan memberikan sesuatu kepada negara yang di dalamnya hidup wali-waliNya?







    Namun, dimana negara-negara yang sekarang penghuninya adalah wali-wali Allah? Maksiat telah merajalela di mana-mana. Kesalahan kepada Allah, kesalahan menjalani syariat Allah, kesalahan dalam bermuamalah telah masuk ke dalam hampir seluruh jaringan kehidupan. Sampai manusia sekarang ini membawa maksiat ke kamar mandi. Kalau kamar mandi, areal yang biasanya paling steril dari aneka ragam kegiatan kecuali hanya satu-satunya kegiatan itu saja, sudah tak lagi lepas dari tempat maksiat. Ke mana kita akan mencari tempat yang lepas dari maksiat?







    Kamar yang dahulunya tempat istirahat sekarang tempat maksiat. Dahulunya tempat tidur tempat rehat sekarang teater dengan aneka ragam film barat. Rumah yang dahulunya tempat bercengkerama ayah dan ibu, anak dan menantu sekarang tak lagi menjadi tempat bercengkerama, hanya tempat bertatap muka walau sesaat. Setelah itu, masing-masing sibuk dengan maksiatnya. Jangan katakan kepada saya, “Ustadz terlalu berlebihan,” saya mengatakan itu yang saya lihat dan itu yang saya katakan, dan Allah menjadi saksi bahwa itu terjadi.







    Saudaraku, saudariku, kalau ini kelakuan umat Islam, apa yang bisa kita bayangkan kepada mereka yang tidak beriman kepada Allah dan rasulNya? Satu rumah hidup suami istri yang di agama mereka haram bercerai karena -menurut mereka- apa yang Tuhan satukan, hanya Tuhan yang boleh memisahkan. Akhirnya, sang istri membawa teman lelakinya dan suami membawa teman wanitanya. Sang istri memperkenalkan kepada suaminya, “Ini boyfriend,” dan si suami memperkenalkan kepada istri, “Ini girlfriend.” Dan mereka bisa hidup biasa-biasa saja. Wallahi, kehancuran moral tak terhingga kalau sudah tidak beriman kepada Allah dan rasulNya.







    Kalau hanya tahu dunia dan syahwat dunia, inilah kehidupan yang lebih dahsyat daripada binatang. Dianggap hak asasi manusia, asal tidak mengganggu yang lainnya dan saling ridha, semua aman?







    Saya tidak ingin berbicara tentang negara-negara penuh maksiat karena tidak beriman kepada Allah. Biarkan mereka. Saya ingin berbicara tentang negara umat Islam, Indonesia tercinta, yang kita salah seorang di antaranya dan warga negaranya, yang harus punya cinta kepadanya dan berjuang untuk kebaikannya. Sebagaimana pahlawan-pahlawan kita dahulu berjuang untuk kebaikan negaranya, bangsa dan tanah airnya, tempat lahirnya, tempat besar dan dewasanya. Dari buminya mereka makan, di buminya mereka tidur, di buminya mereka mencari nafkah. Kita harus berusaha untuk memperbaiki negara kita sendiri.







    Apabila kita melihat potret kehidupan umat Islam di negeri yang kita cintai ini bernama Indonesia, ada hal yang aneh namun tak terasa aneh, karena mereka tak mencari yang aneh-aneh. Namun bagi mereka yang mencari yang aneh, maka keanehan itu terlihat nyata. Yang aneh itu apa? Kita umat Islam terbesar, tapi terkalah. Kita umat Islam terbanyak,

    • 1 ч. 28 мин.
    Agar Allah Menjaga Kita

    Agar Allah Menjaga Kita

    Agar Allah Menjaga Kita adalah kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada Ahad, 03 Dzulqa’dah 1445 H / 11 Mei 2024 M.







    Kajian Tentang Agar Allah Menjaga Kita







    Di antara nikmat yang sangat besar yang Allah berikan kepada kita, saudaraku sekalian, yaitu nikmat Islam dan nikmat iman. Ini merupakan kenikmatan yang luar biasa, dan kita berharap, mudah-mudahan, nikmat-nikmat itu Allah tetap jaga untuk kita. Saya yakin semua kita ingin dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala; dijaga badannya, dijaga hartanya, dijaga keluarganya. Demikian pula yang paling penting adalah dijaga keimanannya sampai meninggal dunia, karena kalau Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjaga, siapapun yang ingin menyakiti kita tidak akan ada yang mampu. Kenapa? Karena Allah sebaik-baiknya penjaga. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,







    …اللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا…







    “Allah adalah sebaik-baik Penjaga.” (QS. Yusuf[12]: 64)







    Maka pertanyaannya adalah bagaimana caranya dijaga oleh Allah? Ini yang kita pikirkan. Sebab kalau sudah dijaga oleh Allah, kita tenang, bahagia dunia dan akhirat. Tapi kalau Allah tidak jaga, walaupun kita dijaga sama Kopassus, ABRI, ataupun militer, misalnya, maka sangat mudah Allah untuk memberikan mudharat kepada kita, karena kekuatan itu hanya milik Allah.







    Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memberikan kepada kita tips agar dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Abdullah bin Abbas berkata, “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah memboncengku di atas keledai, lalu beliau bersabda kepadaku,







    يَا غُلاَمُ! إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ…







    ‘Hai anak! Sungguh aku ingin mengajarkan kepadamu beberapa kalimat; Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapatkan Allah berada di hadapanmu.'” (HR. Tirmidzi)







    Lihat: Hadits Arbain ke 19 – Jagalah Allah Niscaya Allah Menjagamu







    Rasulullah mengatakan kepada Ibnu Abbas di sini, “Jagalah Allah.” Apa maksudnya “jagalah Allah”? Apakah Allah butuh kepada penjagaan kita? Tentu Allah tidak butuh kepada penjagaan kita, justru Allah yang menjaga kita. Tapi apa maksudnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan kepada Abdullah bin Abbas, “Jagalah Allah”?







    Al-Hafiz Ibnu Rajab dalam kitab beliau yang berjudul “Jami’ul Ulum wal Hikam” ketika mensyarah hadits ini, beliau berkata, “Jagalah perintah-perintah Allah, jaga larangan-larangan Allah, jaga batasan-batasan agama Allah, niscaya Allah akan menjaga kamu, menjaga pada badan kamu, pada harta kamu, bahkan kepada keturunan kamu, dan Allah akan jaga kamu saat sakaratul maut.”







    Sungguh ini kalimat yang hendaknya kita camkan. Siapapun yang ingin dijaga oleh Allah, maka kata Rasulullah, “Jagalah Allah,” artinya, jaga perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Contoh perintah Allah, misalnya shalat, jaga shalat. Allah berfirman,







    حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ







    “Jaga oleh kalian dengan sungguh-sungguh shalat lima waktu, terutama shalat wustha (Ashar). Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk.” (QS. Al-Baqarah[2]: 238)







    Allah juga berfirman,

    • 46 мин.
    Belajar Memahami Manusia dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

    Belajar Memahami Manusia dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

    Belajar Memahami Manusia dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 28 Syawal 1445 H / 07 Mei 2024 M.















    Kajian Tentang Belajar Memahami Manusia dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam







    Pada kajian kali ini kita belajar dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai teladan. Beliau adalah guru yang baik, beliau adalah pendidik yang sukses. Maka kita wajib menjadikan beliau sebagai panutan dalam mendidik. Demikian pula, di dalam hal keterampilan meyakinkan lawan bicara atau objek pendidikan kita.







    Nabi adalah orang yang bisa memahami bahwa manusia itu tidak sama. Kadang-kadang kita harus melihat manusia dari sisi lain yang mungkin tidak orang lain lihat. Dan ini tentunya husnudzan yang harus di kedepankan, positive thinking. Karena untuk mencari sisi buruk manusia itu mudah, tidak semudah mencari sisi positifnya. Maka dari itu, perlu kita kedepankan asas praduga tidak bersalah, atau husnudzan di dalam berhadapan dengan siapapun. Itu yang kita ambil dan petik pelajarannya dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.







    Ada sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya, dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah nomor 370. Bahwa ada seorang pemuda yang datang kepada nabi. Lalu dia berkata, “Wahai Rasulullah, izinkanlah aku berzina.”







    Bagaimana respon kita kalau ada orang datang dan berkata seperti itu? Mungkin kita akan mengatakan, “Kamu gila,” atau akan mengusirnya. Seluruh sahabat yang hadir spontan menoleh dan mencelanya. Padahal nabi belum bereaksi, tapi orang-orang yang ada di sekitar sahabat-sahabat nabi langsung memprotes dan mengingkari pemuda tersebut.







    Maka, mendengar ucapan pemuda itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata, “Sini, mendekatlah.” Nabi justru memanggilnya ketika para sahabat ingin mengusirnya, tapi nabi justru menyuruhnya mendekat. Maka pemuda itu pun mendekat kepada nabi, lalu ia duduk.







    Selanjutnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadanya, “Apakah engkau suka bila perbuatan zina itu menimpa ibumu?” Pemuda itu menjawab, “Tidak, sungguh, demi Allah, aku tidak suka.” Maka Rasul berkata, “Demikian juga orang-orang lain tidak suka bila perzinaan itu menimpa ibu-ibu mereka.”







    Kita harus menghadirkan rasa empati gitu terhadap orang, bahwa orang juga tidak suka hal itu terjadi pada mereka, sebagaimana kamu juga tidak suka hal itu menimpa dirimu. Ini sering dibangkitkan nabi di dalam banyak momen. Kadang-kadang orang lupa empati.







    Ini seperti Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika menjelaskan kepada seorang yang datang bertanya tentang perkara yang bisa masukkannya ke dalam surga dan menjauhkannya dari adzab neraka. Maka nabi menjelaskan kepadanya tentang enam perkara, lima di antaranya adalah rukun Islam, yaitu tauhid Laa Ilaaha Illallah, shalat, puasa, zakat, haji. Tapi ada satu poin lagi yang nabi jelaskan kepadanya, menjawab pertanyaannya, “Apa yang bisa membuatku masuk surga dan menyelamatkanku dari adzab neraka?” Poin keenam ini nabi mengatakan, “Perhatikan apa yang kamu suka orang-orang melakukannya kepadamu, maka lakukanlah itu kepada mereka juga. Dan apa yang kamu tidak suka mereka melakukannya terhadapmu,

    • 50 мин.
    Haramnya Mencela Nasab-Nasab Keturunan

    Haramnya Mencela Nasab-Nasab Keturunan

    Haramnya Mencela Nasab-Nasab Keturunan adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 28 Syawal 1445 H / 07 Mei 2024 M.







    Kajian sebelumnya: Diharamkannya Merendahkan Seorang Muslim















    Kajian Tentang Haramnya Mencela Nasab-Nasab Keturunan







    Pembahasan kita pada kesempatan yang baik ini masih berkaitan dengan sejumlah hal yang dilarang di dalam Islam. Kita membahas bab yang disebutkan oleh Imam An-Nawawi, باب تحريم الطعن في الأنساب الثابتة في ظاهر الشرع yaitu bab tentang haramnya mencela nasab-nasab keturunan yang sudah tetap menurut hukum syariat.







    Adapun ayat yang dibawakan oleh Al-Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala, yaitu firman Allah dalam Surah Al-Ahzab ayat yang ke-58,







    وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا







    “Dan orang-orang yang menyakiti kaum mukminin laki-laki dan wanita dengan sesuatu yang tidak pernah mereka lakukan, maka orang tersebut telah membawa sebuah fitnah dan dosa yang nyata.” (QS. Al-Ahzab[33]: 58)







    Jadi, dari bab ini kita melihat betapa Islam ini memperhatikan masalah nasab, karena nasab keturunan ini penting. Oleh karena itu, Islam mengharamkan berzina dan selingkuh, karena ini akan menimbulkan anak-anak zina yang tidak sah dari sisi pernikahan. Islam memerintahkan untuk menikah dan memerintahkan untuk menjaga dan mengetahui garis keturunan kita.







    Orang-orang Arab dahulu, bahkan sampai sekarang, mereka sangat menjaga garis keturunan mereka, karena ini hal berkaitan dengan kejelasan garis keturunan tersebut. Oleh karena itu, kalau ada orang yang kemudian menisbahkan nasabnya bukan kepada ayahnya atau kakeknya, tapi kepada orang lain, ini hukumnya haram, tidak dibenarkan oleh Islam.







    Kemudian kita melihat juga dalam hal berkaitan dengan keturunan dan nasab ini, berkaitan dengan lima hal yang harus dijaga dalam Islam.







    Pertama, Islam menjaga agama Allah, Maka dari itu, ada perintah untuk berjihad di jalan Allah, ada perintah untuk amar makruf nahi munkar, benar-benar menjaga agama Allah, dan dilarang melecehkan agama Allah Ta’ala. Bahkan, seorang yang melecehkan agama Allah dan dia punya ilmu, ini bisa terjerumus dalam kekufuran.







    Kedua, Islam memelihara jiwa. Maka dari itu, Islam melarang seorang Muslim membunuh saudaranya, bahkan juga melarang membunuh orang-orang kafir yang berlindung di negeri Muslim. Islam menjaga kehormatan jiwa manusia.







    Ketiga, menjaga harta. Harta adalah sesuatu yang menjadi milik seseorang. Tidak boleh kita mengambil harta orang lain dengan cara yang batil. Islam melarang merampok, mencuri, menipu dalam hal berkaitan dengan harta. Ini karena harta adalah sesuatu yang harus dijaga bagi seorang Muslim. Oleh karena itu pula Islam mewajibkan seseorang membayar hutang. Jika tidak dibayar di dunia, maka akan dituntut di akhirat nanti.







    Keempat, menjaga kehormatan. Maka dari itu, Islam melarang menuduh seorang Muslim berzina tanpa mendatangkan bukti dan saksi. Dan ini semua menunjukkan bahwa Islam menjaga kehormatan seorang Muslim.

    • 1 ч. 27 мин.
    Pelajaran dari Kisah Nabi Shalih dan Kaumnya

    Pelajaran dari Kisah Nabi Shalih dan Kaumnya

    Pelajaran dari Kisah Nabi Shalih dan Kaumnya adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 27 Syawal 1445 H / 06 Mei 2024 M.







    Kajian sebelumnya: Kisah Nabi Shalih ‘Alaihissalam















    Kajian Tentang Pelajaran dari Kisah Nabi Shalih dan Kaumnya







    Pada kesempatan ini, memasuki pelajaran-pelajaran atau ibrah yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Shalih. Ada lima pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Shalih.







    Pelajaran yang pertama adalah kita mengambil nasihat dan pelajaran dari kebinasaan orang-orang yang dibinasakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,







    وَأَنذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُّجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ ۗ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُم مِّن قَبْلُ مَا لَكُم مِّن زَوَالٍ ‎﴿٤٤﴾‏ وَسَكَنتُمْ فِي مَسَاكِنِ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ وَتَبَيَّنَ لَكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا لَكُمُ الْأَمْثَالَ ‎﴿٤٥﴾‏







    “Dan berikanlah peringatan kepada manusia pada hari mereka ditimpa adzab, kemudian berkatalah orang-orang yang dzalim: ‘Wahai Rabb kami, berilah kesempatan kepada kami (untuk kembali ke dunia) walaupun sebentar, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul’. (Kepada mereka dikatakan): ‘Bukankah dahulu kamu telah bersumpah bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? dan kamu telah tinggal di tempat-tempat orang-orang yang mendzalimi diri mereka sendiri, dan telah jelas bagimu bagaimana Kami telah memperbuat terhadap mereka dan Kami telah membuat perumpamaan.” (QS. Ibrahim[14]: 44-54)







    Di sini Allah mengabarkan kepada kita tentang orang-orang yang dzalim, yang diadzab oleh Allah, berharap mereka diberi kesempatan untuk hidup di dunia walaupun sebentar saja, untuk menerima seruan dan ajakan Allah, taat kepada para rasul, tapi tidak bisa. Dan orang-orang yang dzalim, yang diadzab oleh Allah, akan menyesal, seperti mereka menyesal.







    Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu pernah berkata, “Orang yang bahagia itu orang yang bisa mengambil pelajaran dari orang lain.”







    Jadi, ketika hidup di atas muka bumi ini, kita harus bisa mengambil pelajaran dari apa yang terjadi sebelum kita dan dari apa yang terjadi di saat-saat ini. Allah kabarkan dalam Al-Qur’an, dari orang-orang yang dibinasakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, orang-orang yang melakukan kesyirikan, tidak taat kepada Allah, tidak taat kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, atau para rasul sebelumnya. Itu dibinasakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.







    Kita lihat di sini, Nabi Shalih ketika mendakwahi mereka agar mentauhidkan, taat kepada Allah dan taat kepada rasul. Mereka malah menolak ajakan Nabi Shalih dan membunuh untanya, kemudian Allah binasakan.







    Penulis mengatakan bahwa kalau kita melewati tempat-tempat dibinasakannya orang-orang yang diadzab, kita harus memperhatikan adab-adab berikut ini;







    Yang pertama, kita mengambil ibrah akan kebinasaan mereka. Allah Taala berfirman,

    • 56 мин.
    Bisikan Malaikat dan Bisikan Setan

    Bisikan Malaikat dan Bisikan Setan

    Bisikan Malaikat dan Bisikan Setan adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Hadits-Hadits Perbaikan Hati. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada Senin, 27 Syawal 1445 H / 06 Mei 2024 M.















    Kajian Islam Ilmiah Tentang Bisikan Malaikat dan Bisikan Setan







    Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata,







    ما منكم من أحد إلا وقد وكل به قرينه من الجن وقرينه من الملائكة…







    “Tidak seorang pun di antara kalian kecuali telah ditugaskan temannya dari jin dan dari malaikat.” Mereka bertanya, “Meskipun engkau, Ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Juga kepadaku, akan tetapi Allah ‘Azza wa Jalla menolongku atasnya, maka ia masuk Islam dan tidak menyuruhku kecuali kebaikan.” (HR. Muslim)







    Juga dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, bahwanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar dari kamarnya pada suatu malam. Kemudian, ia berkata, “Aku pun cemburu.” Maka beliau melihat apa yang aku kerjakan, dan bertanya, “Wahai Aisyah, apa yang engkau lakukan, apakah engkau cemburu?” Maka aku menjawab, “Bagaimana tidak cemburu, wanita sepertiku memiliki suami sepertimu.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Apakah telah datang kepadamu setanmu, Aisyah?” Maka Aisyah menjawab, “Ya Rasulullah, apakah bersamaku ada setan?” Nabi mengatakan, “Iya.” Aisyah bertanya, “Dan bersama setiap orang?” Beliau menjawab, “Iya.” “Dan bersamamu juga ada, Ya Rasulullah?” Beliau menjawab, Aisyah bertanya, “Iya, tetapi Tuhanku telah menolongku sehingga masuk Islam.” (HR. Muslim)







    Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,







    إِنَّ لِلشَّيْطَانِ لَمَّةً بِابْنِ آدَمَ وَلِلْمَلَكِ لَمَّةً فَأَمَّا لَمَّةُ…







    “Sungguhnya setan itu mempunyai bisikan kepada anak Adam, juga malaikat punya bisikan, adapun bisikan setan maka ajakan melakukan keburukan dan mendustakan kebenaran, adapun bisikan malaikat maka ia adalah ajakan melakukan kebaikan dan membenarkan yang haq, maka barangsiapa yang mendapatkan bisikan tersebut, hendaklah ia memuji kepada Allah. Dan barangsiapa yang mendapati selainnya, maka hendaklah ia meminta perlindungan dari setan yang terkutuk.” Kemudian, beliau membaca, ‘Setan menjajikan kepada kalian kefakiran, dan mengajak kalian melakukan perbuatan keji.'” (HR. Tirmidzi)







    Sesungguhnya termasuk perkara yang penting untuk diperhatikan dalam memperbaiki hati, yaitu mengetahui perbedaan antara bisikan malaikat dan bisikan setan. Bisikan adalah sesuatu yang terbetik dalam hati. Sehingga orang yang menjaga dirinya, ia melihat apakah yang terbetik dalam hatinya itu adalah bisikan setan atau bisikan malaikat. Hendaklah ia benar-benar mengetahui perbedaan dengan ilmu dan cahaya ketakwaan, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla,







    إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِّنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ

    • 35 мин.

Топ подкастов в категории «Религия и духовность»

Простые смертные
Такие дела
Жуть
Blitz and Chips
Библия в современном русском переводе
mave
Без звезд не разобраться
Наталья Ермоленко
Неправильные эксперты
Неправильные эксперты
Хотелось бы верить
Arzamas

Вам может также понравиться

Podcast Dakwah Sunnah
podcastdakwahsunnah
Firanda Andirja Official
Firanda Andirja
Cerita Sejarah Islam
Cerita Sejarah Islam Podcast
Radio Muhajir Project
Muhajir Project
Tentang Rasa
Tentangrasa
Kumpulan Dakwah Sunnah
PodcastSunnah