10 min

DP Tante 50 Ribu, Kisah The Remon Lensa Lawu

    • Samhälle och kultur

lihat di Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=Yr9LiY1IZiM&t=68s

Sebuah perjalanan panjang tentu memiliki beberapa ruang henti, untuk sejenak melepas lelah, kemudian melanjutkan kembali perjalanan dengan suka ria. Perumpamaan tersebut sepertinya tepat untuk menggambarkan kisah Muhammad Abdillah Ghani Muqit  a.k.a The Remon.

Sembilan tahun silam, Remon bercita-cita masuk pada perguruan tinggi seni dengan harapan mampu mematangkan kemampuan dan kecintaannya pada bidang seni rupa. Takdir berkata lain, hinga kini cita-cita tersebut belum terlaksana. Kecintaannya pada bidang seni rupa,tak pernah luntur oleh halangan. Semangat tersebut  yang mendorong Remon untuk terus mempelajari seni rupa secara otodidak dari seniman-seniman lain, serta belajar berkarya bersama dalam komunitas-komunitas seni di kotanya Karanganyar.

Proses tersebut nyaris buntu dan hampir membuat Remon putus asa, hingga suatu saat kerabatnya ada yang meminta tolong untuk mengajarkan putranya menggambar. Remon berupaya memahami dunia anak-anak dengan mengimajinasikan dirinya kembali ke masa kanak-kanak. goresan-goresan yang dia torehkan di atas kertas serasa lebih ringan, tanpa beban. Hal tersebut membuat Remon kembali bersemangat hingga akhirnya Remon menemukan sebuah figur yang mampu mewadahi ekspresi kegelisahan, gagasan, dan segala pesan yang ingin dia sampaikan melalui karyanya.

Dalam kesehariaannya, Remon adalah desainer di sebuah percetakan dan penerbitan. Pada saat pekerjaan utamanya sedang senggang, Remon memanfaatkan waktu untuk menabung karya. Segala macam gagasan, ide, dan pengetahuan yang ia dapatkan melalui berbagai perbicangan dengan teman di kampung atau diberbagai komunitas, menjadi inspirasi bagi Remon untuk menghasilkan gambaran atau skesta yang ia kerjakan.

Perkenalan Remon dengan Ruang Atas, suatu ruang berkarya bersama yang diampu oleh Wahyu Eko Prasetyo, seorang alumni perguruan tinggi seni menjadi jembatan Remon mempelajari seni rupa dari kacamata akademik. Persinggungan itu pula merupakan salah satu bahan bakar yang memantik Remon untuk lebih serius belajar dan menabung karya.

Berbekal tabungan karya dan semangat merayakan sebuah titik singgah dalam proses perjalanan berkeseniannya, Remon nekad menggelar pameran tunggal yang bertajuk “Kemon Remon”.  Pameran tunggal tersebut akan berlangsung  mulai Jumat, 24 Januari 2020 hingga Senin 27 Januari 2020 di Ruang  Atas, Jl. Agung Timur, Mojosongo, Jebres, Surakarta.  Pameran Kemon Remonakan dibuka oleh Wahyu Eko Prasetyo dan suguhan pertunjukan musik dari Sinjo Murdock serta Elektro Gagal Disco, yang akan hadir pada hari jumat 24 Januari 2020 pukul 19.00 WIB.

Penulis: Iqbal Rekarupa
Editor: Ajie Bayu

=======
Lensa Lawu - Beranda Ragam Budaya Surakartan
MEDIA SOCIAL & WEB
Instagram: https://instagram.com/LensaLawu​
Facebook : https://facebook.com/LensaLawu​
Twitter : https://twitter.com/LensaLawu​
Official Website: https://lensalawu.com/

lihat di Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=Yr9LiY1IZiM&t=68s

Sebuah perjalanan panjang tentu memiliki beberapa ruang henti, untuk sejenak melepas lelah, kemudian melanjutkan kembali perjalanan dengan suka ria. Perumpamaan tersebut sepertinya tepat untuk menggambarkan kisah Muhammad Abdillah Ghani Muqit  a.k.a The Remon.

Sembilan tahun silam, Remon bercita-cita masuk pada perguruan tinggi seni dengan harapan mampu mematangkan kemampuan dan kecintaannya pada bidang seni rupa. Takdir berkata lain, hinga kini cita-cita tersebut belum terlaksana. Kecintaannya pada bidang seni rupa,tak pernah luntur oleh halangan. Semangat tersebut  yang mendorong Remon untuk terus mempelajari seni rupa secara otodidak dari seniman-seniman lain, serta belajar berkarya bersama dalam komunitas-komunitas seni di kotanya Karanganyar.

Proses tersebut nyaris buntu dan hampir membuat Remon putus asa, hingga suatu saat kerabatnya ada yang meminta tolong untuk mengajarkan putranya menggambar. Remon berupaya memahami dunia anak-anak dengan mengimajinasikan dirinya kembali ke masa kanak-kanak. goresan-goresan yang dia torehkan di atas kertas serasa lebih ringan, tanpa beban. Hal tersebut membuat Remon kembali bersemangat hingga akhirnya Remon menemukan sebuah figur yang mampu mewadahi ekspresi kegelisahan, gagasan, dan segala pesan yang ingin dia sampaikan melalui karyanya.

Dalam kesehariaannya, Remon adalah desainer di sebuah percetakan dan penerbitan. Pada saat pekerjaan utamanya sedang senggang, Remon memanfaatkan waktu untuk menabung karya. Segala macam gagasan, ide, dan pengetahuan yang ia dapatkan melalui berbagai perbicangan dengan teman di kampung atau diberbagai komunitas, menjadi inspirasi bagi Remon untuk menghasilkan gambaran atau skesta yang ia kerjakan.

Perkenalan Remon dengan Ruang Atas, suatu ruang berkarya bersama yang diampu oleh Wahyu Eko Prasetyo, seorang alumni perguruan tinggi seni menjadi jembatan Remon mempelajari seni rupa dari kacamata akademik. Persinggungan itu pula merupakan salah satu bahan bakar yang memantik Remon untuk lebih serius belajar dan menabung karya.

Berbekal tabungan karya dan semangat merayakan sebuah titik singgah dalam proses perjalanan berkeseniannya, Remon nekad menggelar pameran tunggal yang bertajuk “Kemon Remon”.  Pameran tunggal tersebut akan berlangsung  mulai Jumat, 24 Januari 2020 hingga Senin 27 Januari 2020 di Ruang  Atas, Jl. Agung Timur, Mojosongo, Jebres, Surakarta.  Pameran Kemon Remonakan dibuka oleh Wahyu Eko Prasetyo dan suguhan pertunjukan musik dari Sinjo Murdock serta Elektro Gagal Disco, yang akan hadir pada hari jumat 24 Januari 2020 pukul 19.00 WIB.

Penulis: Iqbal Rekarupa
Editor: Ajie Bayu

=======
Lensa Lawu - Beranda Ragam Budaya Surakartan
MEDIA SOCIAL & WEB
Instagram: https://instagram.com/LensaLawu​
Facebook : https://facebook.com/LensaLawu​
Twitter : https://twitter.com/LensaLawu​
Official Website: https://lensalawu.com/

10 min

Mest populära poddar inom Samhälle och kultur

Sommar & Vinter i P1
Sveriges Radio
The Just Enough Family
Sony Music Entertainment
P3 Dokumentär
Sveriges Radio
Mer än bara morsa!
Kenza & Ines
Kriget på pressläktaren
Banda
Kropp & Själ
Sveriges Radio